POV Ayya
"Kamu kenapa, Nak?" sapa Ibunya lagi.
"Ndakpapa, Bu. Ayya cuma kelampau capek kayaknya."
"Beneran?"
Ayya menganggukkan kepalanya. Ia menarik selimut dan segera menyentuhkan kakinya ke lantai. Seraya menatap Ibunya, ia berkata lembut.
"Bu, mungkin tidak seseorang mendapat petunjuk lewat mimpi?"
"Kamu mimpi yang dulu lagi, Nak?"
"Iya, tapi ada yang berbeda."
"Kamu tetap kedepankan husnudzon sama Allah ya? InsyaAllah kalau kita berprasangka baik, yang datang juga baik."
"Yah?"
"Iya, Bu. Ayya akan coba tak memikirkan yang tidak-tidak."
"Semoga saja benar kata Ibu. Mimpi itu bisa jadi pertanda baik buat Ayya ke depannya."
"Aamiin."
"Sudaaah... jangan kawatir ya?"
Ayya menganggukkan kepala dan berdiri. Pamit pada Ibunya untuk beres-beres dan mandi.
"Yasudah... kamu mandi dulu, sana."
"Iya, Bu. Ini juga mau beberes dulu."
"Ibu tinggal ke depan, ya? Jangan tidur lagi. Pamali tidur waktu asar."
"Iya, Ibuku yang cantik."