"Pergi!! Cepat enyah kau dari sini!!" pekik Aksa.
"Haha... tenang, Tuan Aksa. Saya hanya coba membantu Tuan. Pikirkanlah. Ini semua gak mudah. Apa kata orang lain nanti tentang Anda?"
"Saya masih berbaik hati menawarkan kedua kalinya lo."
"Kalau ndak... aku akan segera mendapatkan yang kau punya." Kelana berbicara sambil meringis. Menahan sakit di wajahnya.
Napasnya tersengal. Darah keluar dari mulutnya. Dengan tergopoh, ia mencoba bangun dari kesakitannya. Sesekali dahinya mengernyit menahan sakitnya.
"Cepat pergi!! Enyahlah biadab!!"
"Haha... baik, Tuan Aksa. Tunggu kedatangan saya kapan saja. Sampaikan salam saya dengan Tuan Putri. Nona Nurul Hayya." Ucap Kelana seperti seorang psikopat.
Plaaak!!
Sebuah pukulan mengenal kembali kepala laki-laki itu. Lagi, ia tak membalasnya.
"Sudah kubilang, jangan kurang ajar! Pergi atau..."
"Atau apa? Hah? Mau panggilkan polisi? Silakan. Hahaha!"
"Apa maumu brengsek!!" Pekik Aksa kian tak tertahankan lagi amarahnya.