"Assalamu'alaikum, Paman."
Ah, si bungsu yang dapat julukan Curut itu ternyata lebih sopan dari si kakak yang diberi julukan Musang! Tapi, omong-omong kenapa dua saudara itu beda sekali cara memberi salamnya, ya? Ah, si bungsu terlihat polos sekali.
Tampang uke-nya boleh juga.
Rencaku nanti, kalau Kim Jae Wook tak mau di uke-in (?) Kyosuke Aniki, maka dia kandidatnya, yaaa si bocah Curut tampang ... errr... agak bod- eh lugu saja lah. Kata papa tak boleh menghina.
Oh iya, Kyosuke Aniki memang punya kelainan biseksual. Jadi, perempuan ataupun pria menjadi targetnya.
Dan kulihat, kakak keduaku yang kegenitan bernama Shikasuke itu mencoba dekat-dekat dengan anak perempuan Om Kumiz.
Shikasuke Niini yang bercita-cita mendapat warisan Kakek paling banyak itu, malah semakin tebar pesona pada anak perempuan Paman Kumiz, yaa.. Paman Kumiz! Pakai 'z' bukan 's' yaa, ingat! Biar agak keren lah.
"Niini!!" panggilku agak kesal pada Shikasuke Niini. Dia kakak kembar dari Shinosuke Nii-chan. Jangan bingung dengan nama-nama keluarga kami, karena cukup mudah mengingatnya kok. Semua punya pelafalan 'uke' di belakang nama mereka. Aku tidak tahu kenapa seperti itu. Mungkin saja leluhur kami memang sengaja memilih nama yang ada 'uke-uke'nya.
Kakekku bernama Takahashi Daisuke. Papaku bernama Kensuke. Lalu anak-anaknya dari yang paling tua ada Kyosuke, Shikasuke, Shinosuke dan diriku ini. Nana saja, tidak pakai UKE, ya!
"Niini!!" panggilku kesal saat melihat Shikasuke semakin dekat dengan kakak yang semok itu.
Aku tak bermaksud memanggilnya Nini Pelet yang terkenal itu. Tapi, memang itu panggilan kesayanganku untuk Shikasuke Niini.
"Nani, Nana?" (Apa, Nana?)
Nane, Nano, Nanu!
Kurang ajar! Biasanya, dia tak memanggil nama asliku. Biasanya, mereka akan memanggilku 'Hime' seperti deskripsi di awal tadi. Ini pasti gara-gara rubah itu!
Rubah ama musang sama saja, 'kan?
"Hentai yo!" jawabku asal. (mesum!)
Lalu, aku menghampiri papa yang tengah bercengkrama tak mesra dengan Paman Kumiz. Aseeekkk!!
Hahaiii....
Si bungsu Paman Kumiz dan Shinosuke Onii-chan terlibat perbincangan bodoh, tentang siapa yang bisa menghitung bulu putih Hanuman maka akan ditraktir makan bumbu mie instan.
Baka yaro!! (Dasar bodoh!)
Ehem!
Ehem!
Aku berdehem. Sengaja menarik perhatian. Mataku dan mata Paman Kumiz yang baru kuketahui bernama Jaelani, beradu pandang. Aku memandangnya karena dia menarik perhatian.
Ada belek di mata kirinya. Bukankah itu menarik perhatian?!
"Mata kirimu, ada beleknya!"
Sial!
Itu bukan kalimatku untuknya. Melainkan sebaliknya! Ehhh!!! Apa-apaan ini?! Harusnya itu 'kan dialogku!
"Wah kita jodoh! Mata Paman juga ada beleknya. Udah kering lagi!"
Refleks ia menggosok matanya. Bukan sebelah kiri, tapi sebelah kanan.
Ganteng-ganteng kok bodoh sih?
Kubilang 'kan mata-mata, eh mata kiri ... kenapa dia menggosok mata kanan? Aku tahu sekarang darimana kebodohan Curut alias si bungsu Kim itu!
Astaga!!
Apa aku baru saja menghina??
"Memang kamu mau sama aku?! Aku duda lho! Anak dua lagi."
Bersambung ....