"Memang kamu mau sama aku?! Aku duda lho! Anak dua lagi."
Ah elah, kenapa dia promosi? Tapi tak mengapa. Aku merasa Paman Kumiz adalah jodohku. Seakan ada ikatan yang menyatakan dalam hati kalau dia adalah jodohku di masa lalu. Dan, aku akan mewujudkan itu di masa depan. Entah perasaan aneh macam apa ini?
Bisa saja dia Avatar Mahadewa Shiwa, lalu aku ini Parwatinya. Atau dia itu sebenarnya Krishna dan aku Radha. Atau bahkan mungkin dia adalah Rama, dan aku ini Shinta.
Aku hampir saja menganggguk, tapi urung karena papa sudah pasang wajah sangar, seakan ia tengah mengancam Paman Kumiz dengan kalimat, 'I can kill you, Kim! And sent you go to hell!'
Eh sudah benar belum ya kira-kira? Itu bahasa english-ku. Soalnya aku lemah bahasa english. Bahasa tubuh, aku jagonya! Ya, ya, ya bahasa tubuh!
Jangan mesum loh!
"Mina!" (Semuanya!)
Deg!
Itu suara tua si Kakek!
Oh astaga! Pantas saja mansion ini begini keadaannya.
Berdebu, cat terkelupas, kayak rumah-rumah hantu di film Jepang lah!
Eh rupanya, memang ditinggali demit, berjenis.... err... apa yaa? Gendecong!
Bukan genderuwo bencong loh yaa.
"Kakek~~!"
Si gila warisan mulai berakting, siapa lagi kalau bukan kakak keduaku, Shikasuke.
"Oohh, Suke-chan kesayanganku!" si Kakek ikut berdrama. Aku curiga mereka sering menonton drama India bersama-sama.
Aniki lagi-lagi berdecih.
Nah, aku menaruh curiga juga pada Aniki. Jangan-jangan giginya keselip daging sapi nih! Padahal, kemarin malam kami makan daging sapinya.
Papa berdehem. "Tou-sama, aku dan putra-putraku bernama 'Suke', kalau Tou-sama belum lupa."
"Kakek sudah tua, Oyaji! Pastilah sudah lupa."
Nah, ini suara kakak terakhirku, Shinosuke. Masih ingat dia kembarannya Shikasuke?
Kau dan mulut tajammu, Onii-chan!!!
Tidak dapat warisan baru kau tau rasa! Dia sudah mau mati loh!
Aura sekitar kakek menghitam. Membuat tetangga kami, tiba-tiba lari terbirit-birit!
"Urusai yo! Terserahku lah!" suara Kakek bagai Vajra Dewa Indra.
Yaa ... walaupun aku belum pernah dengar bunyi senjata utama si Maha Senapati itu sih.
Selanjutnya, aku melihat Papa membaca mantra untuk menenangkan Kakek. Mantranya bernama ayat seribu dinar, kata Onii-chan.
Entah dia berbohong atau tidak, hanya Dewa yang tahu.
Are, apa Kakek benar-benar demit?!
***
Kakek adalah orang paling kaya diantara orang yang kurang kaya. Dia punya perusahaan besar, entah di bidang apa. Aku jarang berinteraksi dengan Kakek Daisuke.
Tapi, anehnya papa malah punya usaha jualan jamu. Jamu Kuat itu menu dalam daftar kios jamu Papa yang sudah memiliki banyak cabang di Indonesia ini.
Jamu Kuat? Apa itu artinya, ya? Aku tak tahu. Kakak-kakakku pelit, hingga ketika aku menanyakannya mereka malah lempar-lemparan.
Iya, maksudku... aku tak mereka gubris, malah main lempar bola. Kesal bukan?
Jika kutanya pada papaku, maka beliau akan menjawab ambigu. Seperti,
"Menguatkanmu dalam segala hal,"
Apa-apaan itu? Ambigu, bukan?
Tiba aku mau mencobanya, semua Takahashi, bahkan kakek yang tak pernah peduli padaku, akan langsung menjerit lebay bak drama kolosal!
"Kau belum cukup umur, Nak!" itu kata papa.
"Kau akan menyerang kami, Baka!"
Nah ini suara Kyosuke Aniki yang sok cool.
"Aku sih tidak masalah. Tapi nanti Papa akan membunuhku, Imouto!" kalau ini yang berkata Shinosuke Onii-chan.
"Aku tak suka perempuan!"
Ehhh!!!
Yang 'belok' siapa sih? Bukannya Kyosuke, kenapa sekarang jadi Shikasuke?
Baiklah, Niini saja yang aku pasangkan dengan uke-uke Korea! Haha!
"Merepotkan!"
Bersambung ....