"Shin!" panggil Jangjun lirih, sembari mendekat ke arah putranya.
Ryushin tak merespons. Ia masih dalam posisi semula.
Jangjun mulai panik. Ia berjongkok dan mengguncang bahu Ryushin.
"Hey, jangan bercanda! Cepat bangun, Bodoh!" bentak Jagjun. Ia menarik kepala Ryushin untuk menghadap ke arahnya. Ia dapat melihat wajah Ryushin yang begitu pucat saat ini.
Jangjun membawa kepala Ryushin ke dalam dekapannya. Ia menepuk kasar pipi pucat yang dingin itu.
"SHIN!! BANGUN! APA-APAIN INI, HAH?"
Ryushin tak merespons. Bahkan kini tangan pun terkulai di lantai.
Jangjun begitu panik. Ia terus mengguncang tubuh gempal anaknya itu.
"SHIN!! BANGUN KUBILANG!!" teriak Jangjun tepat di telinga Ryushin.
Ryushin mengerjapkan matanya perlahan. Dalam samar ia melihat pria tampan bermata sipit sepertinya.
"Ahh, Pak Malaikat, apakah sudah saatnya?" lirihnya.
Jangjun tercekat. Spontan ia mendorong kepala Ryushin hingga keningnya terantuk kaki meja belajar.