Chereads / Mainan Tuan Muda / Chapter 17 - Pengalaman pertama

Chapter 17 - Pengalaman pertama

'plak'

Suara nyaring itu bukan hanya menggema di ruangan yang sunyi, suara tamparan keras itu juga menggema di dalam kepala Yudistira yang harga dirinya terasa terinjak-injak oleh perempuan angkuh di hadapannya.

"Jangan kurang ajar!" Maki Dya dengan napas terengah-engah.

"Kamu harusnya sadar diri Yudis, jangan bersikap seolah kamu adalah Wardana karena sampai kapanpun enggak akan ada yang mengakui hal tersebut." Yudistira membiarkan Dya mendorong tubuhnya menjauh, tangan laki-laki itu terkepal. Di dalam hatinya, laki-laki bersumpah akan membalas seluruh penghinaan yang Dya berikan untuknya.

Pagi harinya Dya sudah berkemas, perempuan itu menyeret kopernya dengan kasar. Dya juga mengabaikan Arjuna yang sedang mencuri kecup dari Medda di meja makan.

"Mau kepana?" tanya Arjuna melihat barang bawaan Dya.

"Eh, non Dya mau pulang?" Medda lansung melirih Arjuna ketakutan.

"Ekhm, kan perjanjiannya sore kita baru pulang."

"Gue mau sekarang."Dya memberikan penekanan pada setiap kata yang ia ucapkan, Arjuna melirik Medda yang mendadak resah.

"Sore aja lah, bareng gue sama Medda sekalian."

"Atau kalau non Dya mau pulang sekarang, kita pulang juga gimana tuan?"bibir Arjuna menipis, ia masih ingin bersama Medda di sini.

"Enggak usah, aku mau pulang sendiri." Ucap Dya dengan nada yang sedikit lebih lembut kepada Medda. Begitu menyadari pintu kamar Yudistira terbuka, Dya bergegas membawa barang-barangnya ke luar. Ternyata sudah ada taxi yang menunggu di sana.

"Eh, buru-buru banget non. Enggak sarapan dulu?" Medda mengejar Dya.

"Enggak usah, aku pulang ya. baik-baik kamu di sini, kalau dua orang ini kurang aja telefon aku. Paham?" Medda mengangguk dengan ragu.

"Kabarin gue kalau udah sampe rumah." Ucap Arjuna yang juga ikut mengantar Dya ke depan pintu.

"Enggak usah sok baik lo."

"Ck, masih aja ngambek." Dya tidak lagi menjawab, perempuan itu melempar semua barang bawaannya ke bagasi dan menutup pintu mobil dengan kasar.

Kening Arjuna kembali berkerut, karena tidak berselang lama satu mobil lagi berhenti di depan pintu villa. Joko, penjaga villa muncul sembari membungkuk hormat.

"Joko. Ngapain kamu?" Pertanyaan Arjuna di balas dengan kemunculan Yudistira bersama barang-barangnya.

"Tolong di masukin ke bagasi ya."

"Siap tuan." Arjuna memperhatikan Yudistira yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Mau kemana lo?"

"Balik."

"Loh tuan Yudis pulang duluan juga?"

"Iya, baik-baik di sini ya Medda." Arjuna langsung memasang gestur siaga, di tariknya Medda agar berdiri di belakang tubunya.

"Balik sana lo." Yudistira hanya tersenyum simpul kemudian memasuki mobil dan meninggalkan villa.

Yudistira menolak buku menu yang di tawarkan oleh pelayan, ini adalah restoran langganannya. Laki-laki itu memiliki menu faforit yang selalu ia pesan ketika berkunjung ke restoran tersebut.

"Ayama taliwang satu, minumnya lemon tea aja." Yudistira membiarkan pelayan mencatat pesanannya, laki-laki itu menyapukan pandangannya begitu si pelayan pergi.

"Shit!" makinya begitu melihat Dya ada di restoran yang sama dengannya, Yudistira melihat salah seorang pelayan mendekati perempuan itu dan bertanya pesanannya.

"Kalau memang harus, paksa aja." Yudistira tiba-tiba saja mengingat perkataan Ru beberapa waktu lalu.

"Satu butir aja udah bisa bikin panas sebetulnya, tapi kalau-kalau lo butuh persiapan lebih nih gue kasih lima butir"Yudistira memeriksa dompetnya dan masih menemukan obat itu di sana.

"Kamu harusnya sadar diri Yudis, jangan bersikap seolah kamu adalah Wardana karena sampai kapanpun enggak akan ada yang mengakui hal tersebut"Perkataan Dya semalam seolah menjadi pecut yang membuat tubuh Yudistira bergerak secara tiba-tiba. Laki-laki itu mendekati salah satu pelayan dan meminta pelayan tersebut membantunya dengan iming-iming sejumlah uang.

***

Dya mengambil tisu untuk menyeka keringat di dahinya, perempuan itu tiba-tiba saja merasa kepanasan. Tubunya mendadak tidak nyaman, padahal restoran yang di datanginya bisa di katakan cukup sejuk dan nyaman.

"Ssss…" perempuan itu mendesis, tubuhnya mulai terasa semakin tidak nyaman. Demi meredakan rasa gelisahnya, Dya menghabiskan minumannya dengan cepat. merasa tidak ada perubahan, perempuan itu akhirnya memilih untuk bangkit menginggalkan restoran tanpa menyentuh makan siangnya sama sekali.

"Aak!"

"Dya!" kakinya tidak bisa berdiri tegak, beruntung seseorang membantunya. Tapi begitu menyadari siapa penolongnya Dya langsung memberontak.

"Astaga, lo butuh bantuan!"

"Lepas!" Dya tidak peduli sekalipun tubunya jatuh mengenai lantai, perempuan itu sama sekali tidak ingin di sentuh oleh Yudistira.

"Gue bantu lo ke mobil, ayo!"

"Egh.."Dya menggigit bibir karena sentuhan Yudis di pinggangnya, kepalanya pening dan area bawah tubuhnya tiba-tiba saja basah.

"Jangan ngelawan, gua cuma mau bantu lo. Oke." Dya tidak lagi memiliki tenaga untuk melawan, perempuan itu pasrah mengikuti Yudistira.

"Pak?" Joko langsung bergegas membukakan pintu untuk majikannya.

"Kamu balik lagi ke restoran Ko, bawa barang-barang perempuan ini kesini."

"Oh baik pak." Yudistira mendudukan Dya dengan susah payah karena perempuan itu tidak bisa berhenti menggeliat.

"Panasshh.." desis Dya sembari menarik leher blousenya.

"Sttt, tahan Dya. Kita tunggu Joko sebentar."

"Engh.. hiks..hiks.."Perempuan itu mulai menangis sembari merapatkan kedua kakinya, tangannya mencengkram tangan Yudistira yang duduk dengan canggung di sampingnya.

"Ma.. mau ngapain?!"Jerit Dya dengan panik begitu merasakan tangan kasar membelai pahanya.

"Bantu kamu."

"Enggak, engh!" Tubuh Dya melengkung, perempuan itu menggigit bibirnya saat merasakan tangan Yudistira menyelip di sela-sela mini span yang di kenakannya.

"Enggak, Yudis. Ah.. hiks.. berhenti. Tolong, berhenti.."Yudistira mengabaikan penolakan tidak serius dari Dya, laki-laki itu justru menarik tubuh perempuan itu semakin rapat ke arahnya dan mulai membiarkan tangannya bekerja di area atas dan bawah tubuh Dya.

"Eng.. Yudis.. ah.." Dya merasa kebingugan, ia ingin menyingkirkan tangan laki-laki kurang ajar yang berani menjamahnya. Tapi sayangnya, setiap sentuhan Yudis justru menjadi penawar dari rasa tidak nyaman yang di rasakannya sejak tadi.

"Enggak.. Yudis, pak Joko." Seru Dya dengan panik ketika Yudistira mulai menurunkan pakaian dalammnya.

"Enggak apa-apa, Joko pasti tau diri untuk enggak masuk ke sini sekarang." Yudistira memangku Dya dari belakang, kaki perempuan itu melebar membuka akses lebar untuk tangan Yudistira.

"Emh.. ah.."Dya menarik rambut Yudistira begitu gelombang besar berhasil membuat tubuhnya lemas, ia pikir rasa tidak nyamannya akan segera berhenti sayangnya rasa panas di tubuhnya masih tetap ada.

"Yudis, jangan! Enggak.. hiks..jangan.."Dya panik karena merasakan Yudistira mulai memasukinya.

Dya tidak lagi menangis, perempuan itu hanya meringkuk di kursi penumpang sedangkan Yudistira berbaring di sampaingnya. Laki-laki itu menatap langit-langit mobil dengan pikiran di awang-awang.

"Pake ini, gue mau ambil barang-barang lo di pak Joko." Yudistira meraih jaket dari tasnya untuk menutupi tubuh Dya. Perempuan itu masih bergeming, Yudistira berusaha memaklumi karena bagaimanapun Dya baru saja merasakan pengalam pertamanya.

"Pak."

"Mana barang-barang Dya?" Pak Joko langsung mengulurkan tas yang di ambilnya di restoran tadi.

"Non itu.."

"Jangan banyak tanya."Joko langsung mengunci mulutnya.

"Ini barang- Dya!" Yudistira langsung menutup mobilnya dan berlari mengejar putri bungsu keluarga Aksara yang berlari menghindarinya.

"Dya! Buka pintunya."

"Jalan pak." Perintah perempuan itu kepada supir taksi yang berhasil di cegatnya.

"Dya! Shit!" Yudistira meninju udara kosong dengan kesal.