54
Arqom selesai berbincang dengan pimpinan Universitas Negeri Bhakti Husada. Ia menawarkan kontrak terbit secara langsung yang kini sudah ditanda tangani olehnya. Awal mula harusnya editor yang turun tangan. Mengingat sekarang jadwalnya Nufus ikut SBMPTN yang kebetulan dilaksanakan di sana, Arqom berinisiatif untuk mengajaknya ke kantor bersama.
Rupanya ia kalah cepat. Begitu tungkai kakinya mencapai ujung koridor kampus, ia disuguhi pemandangan yang membuat hatinya memanas. Momen di mana Nufus berbicara dengan pria lain disertai senyum di wajahnya cukup membuat Arqom kesal. Ingin sekali ia menghancurkan momen mereka, tapi timingnya kurang pas. Ia mendapat panggilan telepon dari orang lain yang merupakan klien penting. Mau tak mau, Arqom harus menelan mentah-mentah kecemburuannya demi mengangkat panggilan ini.