51. Hari H
"Aku ... bakal nyoba secara perlahan. Makasih sarannya, Mba."
Naya menepuk lengan kananku sembari tersenyum. Alhamdulillah tercerahkan. Kini, aku tau jalan apa yang harus kuambil.
"Ketemu di sini."
Kami sontak menoleh ke sumber suara, mendapati Arqom sudah berdiri dengan setelan rapi berwarna biru tua. Naya dan aku buru-buru bangkit. Jika Naya membungkuk sopan ke arah Arqom, lain denganku yang hanya melihatnya dengan tatapan bingung.
Ah, hormat.
Saat aku hendak membungkuk jua, Arqom menahanku sembari tersenyum. "Tidak perlu. Kamu bukan karyawan saya."
Saya? Oh, formal toh. Aduh ... otakku lagi gak konek.
Aku terkekeh menanggapi ucapannya. "Silakan duduk dulu."
Arqom mengambil tempat duduk di antara aku dan Naya. Meja kami berbentuk lingkaran. Yang tadinya aku dan Naya berhadapan, kini dibuat menyerong ke sudut yang berbeda. Suasana menjadi awkward.