Sudah tiga hari ini Bela belum mengembalikan hoodienya Raka. Setiap dia ingin mengembalikan hoodie itu ke Raka, dia selalu dibayang-bayangi dengan rasa ketakutan. Takut berhadapan dengan Raka beserta teman-teman Raka yang tergabung dalam geng Raka itu. Itulah yang membuatnya selalu tidak jadi mengembalikan hoodie hitam itu. Alhasil karena kelamaan mengembalikan hoodie itu, jadinya hoodie itu keburu robek duluan sebelum dikembalikan. Perasaan cemas kini semakin bertambah, disamping takut mengembalikan juga takut kalau Raka marah karena hoodinya robek.
"Kamu kenapa Bel, kok sedari tadi diam saja. Kayak sedang mikirin sesuatu?"Puteri menyentuh pundak Bela yang sedang duduk disampingnya. Bela terlihat melamun sedari tadi karena mikirin hoodi Raka terus.
"Masak aku harus ke kelasnya dia? Aku takut lah berhadapan sama dia. Nanti kalau dia ngerjain aku lagi kayak kemarin gimana? Apalagi hoodinya ini robek, dan aku juga nggak sengaja."batin Bela dalam hati yang selalu dibayang-bayangi hal yang belum tentu terjadi itu. Hingga membuatnya ketakutan terus dari kemarin.
"Bel,,,"Puteri menggoyangkan pundak Bela yang masih diam sambil melamun saja ketika diajaknya berbicara.
"Eh ada apa Put?"Bela kaget dan tidak tahu pertanyaan Puteri padanya itu apa karena dia tadi sedang melamun.
"Nah kan, apa aku bilang. Kamu tadi ngelamun kan."kata Puteri sambil menatap Bela.
"Nggak kok. Aku tadi sedang lelah saja."Bela mencari alasan lain.
"Nggak mungkin. Kamu punya masalah ya?"Puteri terlihat mencari posisi ternyaman untuk bisa berbicara nyaman dengan Bela berdua.
"Beneran. Aku nggak punya masalah. Ngapaian sih cari masalah, dibuat happy aja lah."jawab Bela sambil nyengir untuk memperlihatkan keadaan yang baik-baik saja dihadapan Puteri.
Seperti biasa kalau jam istirahat tiba, Bela selalu memilih untuk duduk diam diri di kelas saja. Sebagian besar dari teman-temannya keluar dari kelas untuk istirahat di kantin, beda dengan dia. Dia lebih memilih untuk istirahat di kelas sambil membaca novel. Itung-itung bisa hemat uangnya.
Memang dari dulu kalau jam istirahat tiba Bela selalu duduk di kelas saja sambil membaca novel. Bukan karena tidak ada jatah jajan ataupun uang, uang mah ada tapi Bela memang tipical anak yang hemat dan tidak suka boros. Hanya seperlunya saja dia istirahat,
"Dia kayaknya di kelas ini."terlihat segerombolan anak laki-laki berdiri didepan kelas Bela.
Tanpa diketahui Bela, hari ini Raka dan teman gengnya datang ke kelasnya. Bela yang sedang duduk di bangkunya sambil ditemani Puteri terlihat sedang mengobrol. Kurang lima menit lagi jam istirahat akan selesai. Jadi semua anak kelas 11 ipa 1 sudah kembali lagi ke kelas untuk melanjutkan pelajaran.
"Mana ya anak itu?"Raka masuk ke kelas 11 ipa 1 untuk mencari sosok Bela. Satu persatu anak-anak di kelas 11 ipa 1 dilihatnya.
"Ayo kita bantu cari dia?"kata teman-teman Raka yang siap membantu Raka untuk mencari Bela.
Braggggg
Disaat Bela sedang asyik membca novel untuk menghilangkan rasa bingungnya itu, tiba-tiba ada suara yang begitu mengagetkannya. Buku yang sedang dibacanya langsung dia lempar dan dadanya langsung berdegub kencang sekali.
Puteri yang sedang duduk disebelah Bela juga ikut kaget sekali. Mereka berdua langsung membelalakkan matanya kearah sumber suara yang ada didepannya.
"Kak Raka."teriak Puteri sambil menatap Raka yang sudah berdiri didepannya.
"Dia."Bela langsung melotot kearah laki-laki yang sedang berada didepannya sambil menggebrak mejanya. Ternyata laki-laki yang ada didepannya itu adalah Raka.
"Hei kaget kamu?"Raka terlihat menantang Bela yang masih syok itu.
Perasaan Bela sekarang campur aduk. Bingung, takut, dan cemas jadi satu sekarang. Bagaimana bisa laki-laki yang dia takuti selama ini sudah berada dihadapannya sambil menatapnya dengan dekat. Detak jantung Bela semakin tidak karuan berdetaknya.
Semua anak-anak yang ada di dalam kelas 11 ipa 1 langsung fokus kearah bangku Bela. Mereka terlihat ingin tahu ada apa terjadi diantara mereka berdua itu.
"Kemana aja kamu, apa kamu lupa sama barangku kemarin?"Raka mendekat kearah Bela.
"Astaga ini gimana?"Bela mengalihkan pandangannya kearah teman-temannya. Bela malu dan takut ketika dilihat oleh teman-teman sekelasnya.
"Hei aku bicara sama kamu."karena Bela terlihat membuang muka, tangan Raka langsung menolehkan dagu Bela agar menatapnya.
"Hehhh."Bela marah karena Raka menyentuh dagunya.
"Eitssss dia marah bos."kata teman Raka yang lain yang bernama Brian.
"Ternyata dia beda dari cewek-cewek yang lain."batin Raka yang tangannya tadi sempat ditepis Bela. Baru kali ini dia melihat ada seorang cewek yang tidak mau disentuhnya. Setahu dia semua cewek bila disentuhnya pasti akan seanng dan kegirangan sekali.
"Mana hoodie ku kemarin?"Raka langsung berterus terang.
Bela dengan cepat langsung membuka tasnya dan segera mengambil hoodi Raka. Dia tidak mau berurusan dengan Raka terus. Sehingga membuatnya jadi pusat perhatian banyak orang melihatnya.
"Ini kak."Bela langsung menyerahkan hoodie Itu kepada Raka yang masih berdiri didepannya.
"Udah kamu cuci ini?"tanya Raka sambil menagamati hoodienya.
"Sudah kak."jawab Bela sambil menoleh kearah Puteri yang sedang fokus menatapnya sedari tadi karena bingung. Pasti Puteri kebingungan dengan apa yang terjadi antara dirinya dan Raka.
Raka tidak langsung percaya saja. Tapi dia kini sedang mengamati hoodinya yang sudah dipakai Bela kemarin. Takutnya nanti ada sesuatu yang rusak disana.
"Kamu ada urusan apa sama dia?"bisik Puteri kepada Bela.
"Ini apa?"tanya Raka sambil menunjukkan bekas robekan hoodi tapi sudah dijahit itu.
"Aduh dia tahu segala."Bela membelalakkan matanya kearah bekas robekan yang sudah dijahitnya kemarin.
Bela tidak bisa apa-apa sekarang. Dia kira Raka tidak akan mengetahui dan melihatnya. Secara robekan itu sudah dijahitnya dan tidak terlalu menganga. Tapi ternyata anggapannya salah. Bela nampak panik sekali sekarang.
"Ini kenapa?"bentak Raka kearah wajah Bela.
"A…anu itu kak…"Bela tergagap saat hendak menjelaskannya karena takut.
"Cepat bilang?"tatapan Raka benar-benar tidak bersahabat sekarang. Raka marah sakali barangnya dirusak orang lain.
"Jadi gini ya kamu dipinjami malah merusak."ucap Raka sambil menekan dagu Bela.
Bela diam saja saat dimarahi Raka. Karena dia juga sadar kalau dirinya salah. Akibat dari pertengkaran nya dengan Rian kemarin membuat hoodie Raka jadi rusak.
"Pokoknya kamu harus ganti."Raka melepaskan tangannya dari dagu Bela kemudian menatap mata Bela dengan dekat sekali.
"Eh ini ada apa?"tanya Raisa yang baru kembali dari kantin bersama Diana.
"Iya kok ramai disana."
Raisa dan Diana terlihat langsung berlari kearah bangku Bela dan Puteri, kebetulan mereka habis dari kantin. Yang menarik perhatian Raisa adalah Raka beserta segerombolan gengnya sedang menggerubungi bangku Bela dan Puteri.
"Kak Raka ada apa?"Raisa langsung mendekati dan berdiri disamping Raka yang tadi sedang memelototi Bela.
"Kamu."Raka menoleh kearah Raisa.
"Aduh kak ada kak Raisa. Dia pasti marah."batin Bela menatap Raisa.
"Kamu ada apa sama dia?"Riasa membentak Bela.
Mereka terlihat bersitegang. Awalnya yang bersitegang adalah Bela dan Raka tapi ini malah ditambahi Raisa. Semua mata anak kelas 11 ipa 1 tertuju pada bangku Bela semua.
"Eh ini ada apa? Kalian dengar nggak bel masuk udah berbunyi."Bu Ayu datang karena jam kimia akan dimulai di kelas 11 ipa 1.
"Bro, ada guru. Ayo kita kembali ke kelas."ajak teman-teman Raka sambil menaiki tangan Raka.
"Awas elo."Raka menyempatkan untuk menatap Bela dengan tajam sekali sekaligus mengancam Bela.