Chereads / BERAKHIR CINTA / Chapter 18 - Bab 18 Menjelaskan ke Teman

Chapter 18 - Bab 18 Menjelaskan ke Teman

Selama pelajaran Kimia berlangsung, pikiran Bela tidak bisa fokus. Perasaan takut kini terus menghampirinya. Apalagi ancaman dan tatapan Raka masih jelas teringat terus di kepalanya. Bu Ayu yang sedari tadi menjelaskan materi kimia didepan Bela hanya lewat begitu saja di telinganya Bela.

"Bela kamu kenapa?"Bu Ayu sempat memperhatikan Bela yang tidak konsentrasi sama pelajarannya. Tapi Bela hanya diam saja dan tidak meresponnya.

"Bel, kamu dipanggil Bu Ayu itu."Puteri menyenggol Bela yang masih melamun itu.

"Ya bu ada apa?"tanya Bela balik karena tidak mendengar pertanyaan Bu Ayu tadi.

"Huuhhhh melamun. Hukum aja bu."Raisa mengompori.

"Sudah diam Raisa."

"Kamu kenapa Bel? Kok kayaknya kamu melamun sedari tadi? Kamu sakit?"tanya Bu Ayu mendekati Bela.

"Biasa cari perhatian."sindir Raisa dari kursi belakang.

"Sudah Sa, kamu itu diam aja."kata Dirga yang duduk dibelakang Raisa.

"Nggak kok bu. Saya baik-bak saja."jawab Bela sambil memasang muka baik-baik saja agar Bu Ayu percaya.

Tidak terasa jam pelajaran kimia selesai. Dan kini giliran jam pulang tiba. Semuanya berdoa sebelum pulang. Terlihat Bela masih duduk disana sambil ketakutan. Sedangkan beberapa teman sekelasnya sudah pulang duluan.

"Aduh ini gimana aku takut nanti kalau dia nungguin aku dan mau balas dendam karena udah ngrobek hoodinya itu. Tapi itu bukan karena aku, tapi Rian."batin Bela yang sedang ketakutan sekarang.

"Bel, kok bisa kamu dapat hoodinya kak Raka?"Puteri menyenggol tangan Bela.

"A..aku.."Bela bingung harus jujur atau nggak.

"Semua penasaran sekali sama kamu lho. Termasuk aku juga. Udah ceritain semuanya, kamu ada hubungan apa sama kak Raka?"tanya Puteri yang terus mendesak Bela untuk mengaku.

Bela nampak tambah bingung aja sekarang. Dimana dia sudah bingung menghadapi Raka kaya gimana ini malah ketambahan harus menjelaskan sama Puteri akan kejadian memalukan kemarin di kamar mandi. Tidak memalukan sih sebanarnya hanya saja dia malu saat teringat dirinya basah dan bagian tubuhnya dilihat Raka. Makanya Raka meminjami hoodi itu padanya untuk menutupi tubuhnya yang terlihat itu.

"Hei, kamu ada urusan apa sama kak Raka? Beraninya elo ganggu dia?"Raisa tiba-tiba datang dan langsung memperkeruh suasana.

"Kalau ditanya itu dijawab dong, jangan lihatin aja."bentak Raisa kepada Bela yang hanya diam saja saat ditanya olehnya.

Bela bukannya diam ataupun tidak mau menjawab pertanyaan Raisa. Hanya saja dia tidak ingin mencari kesalahan dari Raisa. Lagian percuma kalau dia jelasin, Raisa pasti tidak akan percaya. Setahu dia, apapun yang dia lakukan pasti dimata Raisa akan menganggapnya salah.

"Sudah ya sa, kamu nggak boleh bentak dan marah sama dia."Puteri membela Bela yang hanya diam aja.

"Sudah ya kamu diam saja. Nggak usah ikut campur. Dia berani mengusik kak Raka maka dia harus berurusan sama aku."jawab Raisa sambil menatap tajam kearah Puteri.

"Aku kemarin minjam hoodie kak Raka karena kemarin aku terkunci di kamar mandi."jawab Bela mengakui semuanya dihadapan teman-temanya termasuk Raisa.

Raisa langsung terdiam seribu Bahasa. Dia tentu ingat atas kejahilannya kemarin dengan Diana kemarin yang telah mengunci Bela di kamar mandi.

"Apa Bel? Kemarin, kamu kekunci di kamar mandi?"Puteri kaget dengan pengakuan Bela itu. Bela langsung mengangguk.

"Siapa yang nglakuin itu semua sama kamu?"tanya puteri yang kasihan sama Bela. Bela hanya menggelengkan kepalanya karena dia sendiri juga tidak tahu.

Seketika Puteri langsung menoleh kearah Raisa yang tiba-tiba diam dan tidak berbicara. Puteri merasa curiga sama Raisa. Melihat sikap Raisa yang tiba-tiba berubah itu membuatnya yakin kalau Raisalah dalang dari semua masalah Bela kemarin itu adalah Raisa.

"Apa? Kenapa kamu lihatin aku kayak begitu? Kamu ngira aku yang nglakuin itu?"tantang Raisa yang merasa kesindir dengan tatapan Puteri padanya itu.

"Siapa yang nuduh kamu? Kamu sendiri itu yang ngira aku nuduh kamu. Atau jangan-jangan kamu ya."ucap Puteri sambil menatap tajam kerah Raisa.

"Mana ada. Buang-buang waktu aja kau ngunci dia kemarin di kamar mandi."Raisa langsung pergi begitu saja. Dia memutuskan untuk pergi takutnya dia ketahuan kalau dirinyalah pelakunya.

Kini di kelas itu tertinggal Bela dan Puteri saja disana. Terlihat ada Dirga juga disana tapi Dirga hanya duduk dibelakang sambil menontoni dari kejauhan.

Puteri benar-benar tidak menangka kalau kemarin teman sebangkunya yang dianggap baik itu dikerjain orang jahil. Bela kini sedikit lega setelah memberi tahu keajadian sebenarnya dengan Raka kemarin sehingga sudah tidak ada hal yang dicurigai lagi.

"Terus kamu kemarin kok bisa keluar itu gimana?"tanya Puteri yang masih penaran.

"Aku bisa keluar karena ada Kak Raka kemarin. Dia yang nolongin aku bisa keluar dari kamar mandi itu. Kalau nggak ada dia mungkin aku juga nggak bisa keluar."ucap Bela sambil menunduk. Sebenaranya dia juga tidak mau ditolongi Raka.

"Terus kok bisa hoodi kak Raka ada ditanganmu?"

"Kemarin aku nggak hanya dikunci aja melainkan juga disiram air oleh pelaku itu hingga membuat aku basah kuyup. Makanya kak Raka minjami aku hoodinya itu. Biar aku nggak kedinginan."Bela terus menjelaskan semuanya pada Puteri biar tidak salah paham terus. Diam-diam Dirga mendengarnya sambil duduk dibelakang.

"Aku juga nggak tau siapa yang melakukannya itu. Hikss."Bela langsung menangis karena sedih mengingatnya. Dia sampai heran kenapa ada orang yang menjahilinya sampai separah itu.

"Udah Bel sabar."Puteri berusaha menenangkan Bela yang terlihat kasihan sekali itu.

Dirga yang sengaja menguping dari belakang merasa kasihan pada Bela. Biargimanaun Bela telah dikerjain leh orang tapi disisi lain dia juga cemburu karena Bela, wanita yang dicintainya itu berurusan dengan Raka. Takutanya nanti Bela menyukai Raka.

"Bel, kamu nggak usah sedih. Nanti biar aku cari pelakunya."Dirge tiba-tiba datang.

"Lho kamu belum pulang?"Puteri kaget melihat Dirge masih ada dikelas.

"Belum lah."

"Ceritanya ini mau ada pahlawan kesiangan."ucap Puteri sembari menggoda Dirga. Sebenarnya Puteri sudah mencurigai kalau Dirga ketua kelasnya itu menaruh hati sama Bela. Tapi Bela tidak tahu dan tidak peka.

Akhirnya mereka bertiga pulang bersama-sama sekarang. Setelah sebelumnya Bela ditenangkan oleh dua temannya itu. Dia tidak menyangka kalau ada teman yang baik di kelasnya yang mau menenangkannya disaat dirinya sedang sedih dan menangis tadi.

"Aku anterin kamu pulang ya?"Puteri menawarkan bantuan kepada Bela.

"Nggak usah."jawa Bela dengan cepat.

"Udah biar sama aku aja. Ayo aku antar pulang."giliran Dirge yang mengajak Bela pulang bersama.

"Nggak usah. Aku pulang bareng adek aku nanti."jawb Bela.

"Oh adik kamu yang kemarin yang masih smp itu ya?"Dirge teringat dengan Bela dan Rian saat ditemuinya dijalan raya.

"Ya."

"Beneran ini bel?"Puteri memastikan lagi.

"Ya."jawab Bela sambil tersenyum.

"Ini nih yang gue suka dari dia. Dia itu anaknya mandiri dan nggak manja."batin Dirga sambil senyum-senyum sendiri melihat Bela.

"Ya sduah kalau gitu aku pulang duluan ya."Puteri terpaksa pulang dulu karena ada les juga.

Bela langsung berjalan cepat keluar dari sekolahnya. Dia takut bila bertemu dengan Raka. Biarpun sekolah sudah nampak sepi tapi dia masih was-was saja.

Entah kenapa semenjak dia berurusan dengan Raka, hatinya jadi tidak tenang. Belum lagi dia sudah merobek hoodie kepunyaan Raka itu. Tentu itu akan menjadi ketakutan terbesarnya bila Raka akan membalas kejahatan kepadanya.

"Aku juga nggak bisa mengganti hoodie itu. Uang aku dari mana coba nanti kalau dia minta ganti rugi."batin Bela sambil berjalan keluar.

"Kak."panggil Rian yang sudah menunggu diluar.

"Astaga dek, kamu sudah sampai ya? Maafin kakak ya udah buat kamu nunggu kamu lama?"