Hari ini adalah hari minggu. Dimana sekolah pada libur. Yang biasanya anak-anak sekolah akan beristirahat dan menghabiskan waktu liburnya dengan keluarga di rumah, beda dengan Bela. Justru di hari minggu seperti ini dia manfaatkan untuk berjualan. Itung-itung dia mencari tambahan uang dari hasil jualan.
Memang Bela tidak bisa mencari pekerjaan dengan leluasa lantaran dia masih terikat dengan sekolahan. Jadi dia berusaha mencari pekerjaan sendiri. Dia memutuskan untuk berdagang keliling sambil menjajakan jajanan pasar.
Dia yang bisa memasak, dimanfaatkannya sebagai ladang uangnya. Setiap hari minggu memang dia selalu berdagang keliling di sekitar rumahnya. Yang dia jual hanya jajanan pasar dan beberapa nasi bungkus. Dia sudah berjualan sejak di bangku SMP. Saat itu dia mendapatkan modal dari bantuan sekolah berupa uang. Dan uangnya digunakannya untuk berwirausaha sendiri.
"Aku berangkat dulu ya dek."kata Bela kepada Rian dengan pelan agar tidak mengusik tidur bibi Devi.
Berhubung bibinya tadi malam pulangnya jam 3 pagi, jadi kini masih terlelap tidur. Sudah biasa kalau bibinya masih tidur meski jam sudah setengah tujuh.
"Aku mau ikut kak."kata Rian sambil berdiri.
"Jangan kamu dirumah saja."jawab Bela dengan lirih.
"Nggak. Pokoknya aku mau ikut."Rian nampak ngotot.
"Jangan dek. Nanti kalau ada apa-apa sama kamu di jalan. Nanti bibi juga yang repot. Kasihan."Rian jadi terdiam setelah mendengar ucapan kakaknya itu.
Rian juga sadar kalau selama ini bibinya telah banyak berkorban demi dia untuk mencari uang demi membiayai biaya rumah sakit bila harus cuci darah. Memang dia sering menjalani cuci darah karena dia menderita penyakit ginjal. Dan itu tentu butuh biaya banyak. Adapun bibinya kerja banting tulang begitu ingin mencarikan uang untuk membiayainya.
Akhirnya Bela pergi sendirian jualan kelilingnya. Sedangkan Rian duduk di rumah sambil membersihkan rumah. Rian terlihat tidak tega melihat kakaknya harus berjualan sendiri.
Bela mulai berkeliling sambil membawa keranjang kecil di tangannya. Dengan sabar dan ikhlasnya dia berjalan memasuki gang demi gang untuk menawarkan dan mencari pembeli. Kebetulan hari ini dia menjual martabak telur, nasi bungkus dan aneka gorengan.
"Bu beli jajanannya?"Bela menghampiri ibu-ibu yang sedang duduk di pinggir jalan.
"Jualan apa neng?"tanya ibu-ibu itu dengan kaget. Melihat ada seorang anak gadis cantik sedang berjualan.
"Ini bu ada martabak telur, nasi bungkus dan gorengan."Bela membuka tas keranjangnya yang tertutup itu.
"Ibu beli ini sama itu dek,"ibu itu memilih martabak telur dan gorengan tahu dan bakwan.
"Kalau ibu beli ini semuanya dek."kata ibu yang lain langsung memborong semua martabak yang ada.
Bela tersenyum puas. Baru saja mendapatkan pembeli, barang dagangannya langsung laku banyak. Itu tentu membuatnya puas dan senang. Dia kini tambah semangat lagi untuk berjualan.
Saat Bela sedang memasuki gang yang lain, nampak ada segerombolan anak laki-laki sedang istirahat di taman. Nampaknya anak-anak itu habis jogging disana.
Entah kenapa Bela malah jadi takut bila lewat disana. Karena didikan bibinya untuk tidak terlalu berdekatan dengan laki-laki malah membuatnya takut dan canggung bila berbicara dengan laki-laki disana. Akhirnya Bela mencari jalan lain dan pembeli yang lain.
"Mbak."saat Bela berjalan menjauhi segerombolan anak laki-laki itu, tiba-tiba dia mendengar ada yang memanggil.
"Mbaknya yang bawa keranjang itu."kata laki-laki disana. Memang Bela belum membalikkan badan karena dia ragu mbak yang dimaksud itu adalah dirinya atau bukan.
"Ya mas."Bela membalikkan badan dan menghampiri kerumanan anak laki-laki disana. Dia yakin kalau yang dipanggil tadi adalah dirinya.
"Mbaknya bawa apa itu?"laki-laki itu terlihat penasaran.
"I..ini saya jualan gorengan mas."jawab Bela sedikit terbata-bata. Dia melihat kalau semua anak laki-laki disana tertuju padanya semua.
"Coba lihat mbak."laki-laki yang memanggil Bela tadi langsung jongkok hendak melihat isi dari keranjangnya.
Bela terlihat dihargai sama laki-laki itu. Akhirnya dia mulai terlihat santai saat diajak bicara. Bela ikut jongkok dan membuka tas keranjangnya.
"Wah beneran gue lapar. Berapaan mbak?"laki-laki itu terlihat lapar makanya langsung menunjuk nasi bungkusnya yang sisa 5.
"Ini 5 ribuan mas."jawab Bela sambil menatap laki-laki yang ada didepannya. Dia tidka peduli sedang dilihati banyak anak laki-laki yang lain.
"Loe mau nggak?"tanya laki-laki itu sambil menoleh ke teman-temannya yang ada dibelakangnya. Semua teman-teman laki-laki itu terlihat terus menatap Bela.
Mungkin karena dandanan Bela yang memakai kacamata bundar dan rambutnya diikat satu dibelakang membuat kesan sederhana pada diri Bela. Tapi kalau dari paras Bela memang masih terlihat jelas cantiknya.
"Mau bro."
"Ya sudah mbak aku borong semua ini."kata laki-laki itu kepada Bela.
"Apa mas, diborong semua ini?"Bela nampak terkejut dan matanya langsung melotot kearah laki-laki yang jongkok di depannya itu.
"Ya. Berapa?"tanya laki-laki itu.
"Semuanya ini 45 ribu mas."jawab Bela dengan senangnya. Dia tidak menyangka kalau jualannya hari ini laris manis.
"Bentar mbak."laki-laki itu langsung berdiri dan merogoh dompetnya.
"Oh ya mbaknya, namanya siapa?"tanya laki-laki itu disela-sela Bela membungkus semua yang dibeli tadi.
"Mau kamu dekati itu bro?"usil salah satu teman dari pembeli itu yang ada di belakang.
"Saya Bela, mas."jawab Bela sambil membungkus nasi bungkus dan bakwannya.
"Namanya cantik kaya orangnya."puji salah satu laki-laki dari teman yang sedang membeli makanan Bela itu.
"Wkwkwk."Bela hanya bisa terseyum saja.
"Ini mas."Bela memberikan semua yang dibeli tadi.
"Ini mbak uangnya."laki-laki itu memberikan uang 50 ribu kepada Bela.
"Bentar mas, kembaliannya."Bela merogoh sakunya untuk mengambil uang 5 ribu.
"Nggak usah mbak. Buat mbak saja."laki-laki itu tidak mau menerima uang kembaliannya.
"Lho ini mas kembaliannya."
"Ngga usah. Buat mbaknya saja."laki-laki itu tetap tidak mau menerimanya.
"Ya sudah makasih ya mas."jawab Bela dengan terpaksa untuk menerima kembaliannya. Jujur dia aslinya tidak mau tapi berhubung pembeli tadi memaksanya jadi dia terpaksa menerima uang itu. Padahal dia sendiri juga ada uang 5 ribuan.
Bela terlihat puas sekali. Jualannya hari ini lancar dan langsung cepat habis. Tidak kayak biasanya. Mungkin kalau tidak diborong oleh laki-laki itu barang dagangannya masih dan dia belum pulang. Dia tidak lupa berterima kasih sama yang beli tadi.
"Hati-hati mbak di jalan."pesan dari laki-laki disana.
"Ya mas."jawab Bela sambil membalikkan badan melihat semua laki-laki disana.
"Tidak semua laki-laki itu jahat. Aku jadi bingung kenapa bibi melarangku untuk berhubungan dengan laki-laki. Mungkin dia ingin aku nggak dekat-dekat dengan cowok biar nggak pacaran dulu dan fokus ke cita-cita."Bela berusaha berpikir positif terhadap bibinya.
Bela tidak sabar segera tiba di rumah. Dia hendak memberitahu adiknya kalau dagangannya hari ini laris manis. Pasti adiknya juga ikut senang mendengarnya. Bela berjalan dengan langkah semangat sekali.
"Lho kakak udah pulang?"Rian kaget melihat Bela sudah pulang.
"Ya dek. Dagangan kakak laku semua tadi."jawab Bela sambil menghampiri Rian yang sedang menyapu itu.
"Masak kak?"Rian terlihat tidak percaya dan langsung membuka tas keranjang Bela dan memang benar dagangannya tidak tersisa satupun. Rian ikut senang melihatnya.
"Tadi ada yang borong dagangan kakak."Bela memberitahu Rian.
"Siapa Kak?"tanya Rian dengan penasaran.
"Itu orang yang ada di taman sana."Bela menunjuk kearah jalan yang menuju taman itu.
"Wah baik banget orangnya."puji Rian kepada orang yang sudah memborong barag dagangann kakaknya itu.
"Iya. Bahkan tadi uang kembalianya tidak diambil. Malah disuruh buat kakak saja."Bela terlihat sumringah menatap Rian.
Akhirnya mereka berdua masuk kedalam rumah. Mereka langsung bagi-bagi tugas dalam menyelesaikan urusan bersih-bersih rumahnya. Sedangkan Bi Devi masih terlelap tidur di kamarnya. Bela dan adiknya dikenal sebagai anak yang rajin dan selalu patuh.