Haerin Shin adalah seorang gadis manja. Anak perempuan dengan seorang kakak maha tampan bernama Hyun Shin. Haerin tidak pernah punya kekasih seumur hidupnya, tapi ia lengket seperti permen karet dengan seorang teman pria, Henry Lau dan bermusuhan dengan seorang gadis kaya—tak kalah kaya darinya, bernama Bona Lee.
Gadis ini punya tabiat yang aneh, Haerin cenderung manja, kekanakan, keras kepala dan cuek. Tapi disisi lain, ia adalah gadis penyayang, mandiri, sabar dan sedikit baik hati. Well, karakternya memang membingungkan, tergantung ia berhadapan dengan siapa, nyaris seperti bunglon.
Kerjaannya menghamburkan uang sang kakak dan orangtua. Ia penggila fashion, pemuja kartu kredit unlimited dan penjaja barang beliannya di jejaring sosial. Nyaris seperti anak orang kaya yang lain, sombong, tukang pamer dan sebagainya.
Alkisah, karena Haerin memang tidak bisa didekati lelaki manapun, maka ia hanya punya Henry Lau sebagai sahabat dan Casey sebagai seorang stylish sekaligus teman berbelanja Haerin ke luar negeri. Yang satu ini membuat Hyun sedikit khawatir pada kesehatan rohani adiknya, adik satu-satunya.
"Kau memusuhi Bona yang cantiknya seperti bidadari itu?" Hyun mencak-mencak di kamar sang adik yang lebih mirip gudang grosir tas dan sepatu
"Bidadari dari alam baka?" balas adiknya acuh tak acuh.
"Mulutmu itu," dengus Hyun. "Ya, Rin, maksudku kau boleh ke luar negeri, mencari tas Hermes atau Prada atau apa pun lah itu tapi bagaimana bisa kau pergi dengan Casey pemilik butik di ujung kota itu? Dengan Bona kau jauh lebih aman, dia perempuan! Aku heran kenapa sahabat-sahabatmu justru sekumpulan orang tidak normal."
"Kau bisa mati kalau Casey Oppa mendengarnya, pulang kantor dia akan menunggumu di ujung gang." Haerin meletakkan telunjuknya di leher, seolah ia memberi gambaran Casey yang akan menyembelih leher orang seperti binatang, dan itu sama sekali tidak membuat Hyun ketakutan.
"Aku rasa itu tidak lebih menyeramkan dibanding dengan dia tiba-tiba jatuh cinta padaku dan melakukan sesuatu pada bokongku. Baiklah, katakan padanya tunggu aku di ujung gang."
Setelah Hyun pergi, Haerin melongo karena tidak begitu paham apa yang dikatakan kakaknya. Ia mencoba mencerna itu lebih jauh lagi tapi sepertinya otak Haerin kekurangan kapasitas saat ini. Banyak angka dalam kepalanya untuk menghitung berapa banyak ia harus membobol ATM milik sang kakak, belakangan Hyun memblokir kartu kredit miliknya agar Haerin tidak terlalu boros berbelanja.
***
"Issshhhh… Marcus!" Ara berteriak histeris, ada beberapa email masuk bahkan jejaring sosial miliknya nyaris penuh spam comments dari beberapa teman dekat sampai teman kencan Marcus.
Adiknya itu suka bermain perempuan. Di mana saja dan kapan saja, fungsinya hampir menyerupai pintu ajaib Doraemon malah. Kesal dan muak, saat Ara melihat email dan pesan yang masuk sebagian besar adalah surat hingga hujatan untuk ia dan adiknya sendiri. Mereka tidak akur, tidak pernah akur ditambah lagi dengan kelakuan Marcus yang sedikit slebor seperti ini.
"Apa?" tanya Marcus tanpa dosa, ia menyembul dari balik selimutnya.
"Kau lihat ini? Banyak yang menanyakanmu padaku, soal janji ini dan itu. Lalu sebagian lagi mengataiku, sebagian lagi menghujat kau, dan ada seorang gadis yang katanya semalam kau tinggalkan di restoran tanpa membayar tagihan! Kau benar-benar memalukan!" teriak Ara frustasi pada kelakuan adiknya.
"Oh, tidak ada yang mengaku hamil anakku?"
"Apa?"
"Mereka tidak cukup pintar untuk membuatku terpancing, sudahlah pindahkah ke spam saja emailnya, Kakak terlalu merepotkan."
Merepotkan?
"Heh! Marcus gila!!"
Klik! Pintu kamar Marcus tertutup sendiri setelah pria itu memencet remote-nya. Adik seperti ini, benar-benar menyusahkan. Seringnya hanya membuat Ara kebakaran jenggot saja.
***
Hyun harus kembali mengurut dada. Bukan, bukan karena ia lemah jantung atau apa, tapi kali ini sang adik kembali berulah. Mereka adalah keluarga kaya raya dengan berbagai bisnis properti, keluarga besar yang terkenal dan terhormat. Tapi Haerin, anak perempuan keluarga Shin satu-satunya setelah mereka menunggu hingga tujuh turunan, selalu membuat ulah. Kali ini di Paris, gadis itu bersama seorang pria jadi-jadian dan berbelanja barang apa saja dengan menggunakan tagihan. Ya, TAGIHAN. Kurang jelas? T-A-G-I-H-A-N. Layaknya gadis itu seorang putri dari kerjaan Arab, ia mengambil barang seenaknya lalu seluruh tagihan datang ke rumah.
Hyun nyaris tertawa sambil menggelinding saking kagetnya. Masih untung jika dibayar dengan kartu kredit, bisa dicicil beberapa bulan, tapi jika tagihan? Begitu pihak terkait menelepon, maka Hyun segera mengirimkan sejumlah uang. Sejumlah uang yang tidak pernah sedikit jika Haerin yang pergi keluar negeri. Mungkin anak itu bisa membuka galeri sepatu dan tas atau berjualan sekalian.
Satu lagi yang membuat Hyun tidak habis pikir dengan kelakuan adiknya. Gadis itu selalu merecoki siapa pun gadis yang dekat dengan kakaknya. Mengganggu orang itu, hingga menolaknya mentah-mentah. Parahnya lagi, ia pernah memotret dirinya sendiri yang masih berbalut handuk sehabis mandi disamping kakaknya yang tertidur lelap, lalu mengirim foto itu pada pacar sang kakak. Betapa luar biasa, Haerin tak ubahnya benalu dalam hidup Hyun.
Kadang-kadang, Hyun berpikir untuk menyingkirkannya. Baik secara harfiah atau pun istilah. Mungkin Haerin harus dicarikan pawang, tapi siapa orangnya?
"Hyun, petugas hotel Hilton bilang jika adikmu bersama seorang pria berpakaian warna-warni yang tidak matching sama sekali dari atas hingga ujung kakinya. Siapa dia?"
Dia siluman Casey, kata Hyun dalam hatinya.
"Itu teman baiknya, Bu. Tak usah khawatir. Aku akan hubungi Haerin dan segera menyuruhnya pulang." Hyun tersenyum dan menepuk pelan bahu ibunya, menuju ke kamar dan bersiap memaki putri kerajaan keluarganya itu. Ya, Haerin seorang putri, putri siluman.
….
"Jika aku pergi dengan Bona, itu akan jauh lebih berbahaya! Ketika pulang mungkin salah satu dari kami ada yang masuk ke ICU dan yang satunya lagi cedera parah. Itu mengerikan! Aku tidak mau dioperasi. Tenanglah, Kim Casey tidak suka perempuan sepertiku, dia tidak akan macam-macam!"
Tentu saja, dia gay, dengkus Hyun dalam hatinya.
"Cepatlah pulang." Hyun kehabisan kata dan napas setelah barusan memarahi adiknya habis-habisan terkait semua ulah yang ia lakukan.
"Tapi aku masih ingin berlibur di sini," rengeknya manja.
"Kau benar-benar akan dideportasi, Haerin. Lihat saja, kau akan dideportasi! Lagi pula, mana ada mahasiswi tingkat akhir sepertimu malah asyik berleha-leha dan ke luar negeri sepanjang tahun? Kau mau kuliah berapa lama? Jangan mempernalukan keluarga!"
Tut
Haerin menutup sambungan telepon internasional itu, lalu beralih pada Casey yang sibuk memainkan kuku jarinya. Pria itu dengan gemulai melipat tangan di dada, dan berjalan dengan anggun ke arahnya.
"Kak Hyun?" tanyanya datar.
"Hum, dia ingin aku pulang," jawab Haerin pelan.
"Ya, kau memang harus pulang. Belanjamu sudah banyak, aku akan siapkan penerbangan kita di first class besok. Malam ini ayo kita ke spa dan merawat kecantikan kita." Haerin tertawa dan mengangguk sambil berjalan mengiringi langkah Casey.
"Gadis-gadis akan sangat iri pada kecantikanmu, Oppa. Bahkan jika kau baru keluar dari spa, mereka akan sangat kebingungan bagaimana bisa membiarkan seorang pria lebih cantik dari mereka. Uh, aku saja iri."
Casey tersenyum lebar dengan wajah merona, lalu mengibaskan rambutnya dengan bangga. "Yah, itulah aku." Pria cantik itu membusungkan dadanya yang rata. "Ya ampun, ini panas sekali di mana dunia ini penuh dengan pujian, aku benar-benar lelah dipuji seperti itu. Baiklah, malam ini apa pun yang kau mau, semuanya bebas biaya."
Casey melangkah anggun dengan gayanya yang lebih mentereng dari artis hollywood sekaliber Paris Hilton. Bahkan, hotel Hilton tempatnya menginap saja seolah menjadi kerajaan mendadak beberapa hari belakangan sejak ia datang.
Dasar Kim Casey.
"Yah, itulah rencanaku sebenarnya." Haerin tersenyum puas dan mengikuti Casey yang berjalan mendahuluinya.