"Gadis? Gadis mana? Siapa? Aku tidak kenal!" Hyun menyangkal atas tuduhan mengerikan yang ditujukan kepadanya. Ia tidak punya gadis lain, ia bersumpah demi apa pun. Jadi, siapa yang mendatangi Ara bahkan bertingkah layaknya tukang begal dan beraksi brutal seperti itu? Di hari pernikahan mereka?
"Tapi yang jelas orang itu merusak semuanya! Aku tidak peduli apa dan siapa dia, kita urus itu nanti. Sekarang, carikan pengganti mempelai wanita dan berjalanlah ke altar. Putraku menunggu seseorang untuk dinikahi sekarang!"
"HAH?!" semua orang terperangah sekarang, termasuk Haerin karena ia merasa keselamatannya terancam sekarang. Tidak mungkin mereka memilih ibunya untuk jadi pengganti mempelai, bukan?
Terdengar tepuk tangan yang riuh, pertanda ada seseorang yang menjadi pusat perhatian didalam ruang utama itu. Ada seorang mempelai berjalan disana. Haerin hampir saja kehabisan napas detik itu juga. Ia melihat sekeliling dan mencari celah jendela, berharap bisa menciut dan kabur dari sana. Masa depannya diujung tanduk, benar-benar terancam.
"Haerin…" Hyun menatapnya dengan mata memelas.
"Ti….dak," gumam gadis itu ketakutan.
"Kami mohon, tolonglah. Selamatkan martabat keluarga kita."
"Sayang…"
"Kami mohon.."
Haerin terpaku saat tiba-tiba para orang dewasa itu mengelilinginya. Bahkan Hyun dan ibunya sudah berlutut memohon dengan sangat, membuat gadis ini bingung dan putus asa.
"Ingatlah untuk membalas budi pada orang tua, jadilah berguna untuk keluarga."
Bujukan-bujukan itu begitu menghantuinya, seolah menjabarkan betapa ia tidak berguna selama ini. Membuat Haerin merasa terpojok, dan ia mulai menangis saking kalutnya.
"Pernikahan macam apa? Aku ingin memakai gaun dari perancang busana terkenal, menikah dengan pria paling kaya di negeri ini. Bukan seperti ini." Gadis itu mengeluh, saat ibunya dan calon ibu mertuanya mulai melucuti pakaian yang ia pakai, dan karena Haerin masih perawan ia memakai penutup kepala yang menyamarkan wajahnya.
"Kau bisa lakukan itu di pernikahanmu yang kedua nanti." Hyun berkata seenaknya saja.
"No! Kenapa tidak kau saja yang menikah sana? Pergi sana! Kau mengacaukan masa depanku!"
Dan kau membuat masa laluku menyeramkan. "Aku ini laki-laki, Haerin! Kau ada-ada saja."
"Ssstt… sudah, ayo hapus air matamu dan berjalanlah ke altar." Bujuk Nyonya Shin.
"Tidak! Ibu, jangan begini padaku!"
"Pernikahan ini hanya pencitraan, tiga bulan. Tiga bulan saja dan semuanya bisa kau akhiri dengan mudah. Tapi untuk hari ini, kami mohon dengan sangat." Kata-kata Tuan Cho sungguh membuat luka hatinya makin menganga. Tiga bulan? Lalu bercerai? Jadi apa dia nanti? Bahkan lulus kuliah juga belum, apakah Haerin harus jadi janda secepat itu?
"Huaaaaaa…!" Tangisnya pecah membahana, dan membuat semua orang langsung panik seketika.
"Kenapa lagi? Kenapa?" Tuan Shin akhirnya turun tangan untuk menangani putrinya.
"Ada musuhku di sana, ada Lee Bona. Dia akan mempermalukanku, dia akan mengejekku habis-habisan." Haerin merengek dalam tangisnya, hingga suaranya nyaris tidak ada lagi. Ia ngeri sendiri dengan segala realita yang ada dihadapannya nanti, meskipun kepalanya sudah terpasang hiasan kepala pengantin, bajunya sudah berganti dengan gaun putih panjang yang elegan dan sederhana. Sekilas, sisi silumannya hilang jika ia berpakaian begini anggun.
"Sssttt, sudah. Mari kuberi tahu." Hyun menarik adiknya untuk merenggang dari orang-orang. "Apa kau pernah melihat pria itu?" Haerin menggelengkan kepala.
"Fotonya?"
"Jelek."
"Tidak, sungguh dia tampan sekali. Percayalah dia tidak terlalu buruk. Satu hal yang harus kau tahu, dia kaya raya. Sangat kaya dibanding kakakmu dan bisa memberimu segalanya."
"Segalanya?" Haerin melongo, terhipnotis.
"Segalanya." Hyun tersenyum meyakinkan, lalu mencium dahi adiknya agar anak itu bisa jinak layaknya tersihir mantra.
Sesungguhnya aku sangat menyesal, aku minta maaf. Hyun berujar dalam hatinya, dan membiarkan sang adik keluar ruangan dalam gandengan Ayah mereka.
***
Agaknya ini jeda yang cukup lama setelah mempelai pria datang dan berdiri dengan gagah di altar. Bahkan, pendeta yang akan menikahkan hari ini juga sudah turun dari altar, seperti sedang membincangkan sesuatu dibelakang layar. Tinggalah Marcus sendiri, yang mati gaya dan gugup hingga hampir pingsan karena berdiri sendirian. Menunggu pengantin wanitanya muncul.
Teman-temannya, bahkan sebagian tamu tentu saja berdecak heran. Ada apa ini? Kenapa mempelai pria mendadak berganti wujud? Mana mungkin Marcus menikah dengan Ara, kan? Atau, Marcus dengan Hyun? Ini lebih tidak mungkin! Jadi, siapa? Mendadak semua foto dan bingkai-bingkai potret pre wedding Ara-Hyun juga diturunkan. Kini sebagian dinding kosong tanpa gambar-gambar itu. Membuat Marcus semakin malu saja.
Kentara sekali jika saat ini dirinya sedang jadi kambing hitam, ah masa bodoh! Demi Coin, ya, demi harta berharga itu. Kini Marcus hanya mencoba mengingat lagi sosok adik Hyun yang akan jadi istrinya hari ini. Minggu lalu Marcus datang ke rumah mereka dan bertemu dengannya sekali. Gadis itu berambut coklat lurus, tidak terlalu cantik, nyaris mirip orang jepang. Ya, mungkin itu dia. Wajahnya juga mirip Hyun sedikit, namanya… um, Miyake. Ya, namanya itu, seingat Marcus.
Akhirnya pintu diujung sana terbuka juga, menampakkan seorang pria gemuk yang menggandeng gadis berpakaian pengantin (tentu saja! Kau mau dia pakai bikini?) Nyaris membuat Marcus syok karena inilah kenyataan mengerikan yang akan ia hadapi.
"Jangan tegang." Tuan Shin mengeratkan pegangan tangannya pada sang putri, ia begitu terharu karena tidak tahu akan melakukan tugas besar itu secepat ini. Berjalan di altar, ah.. itu hanya akan ia alami sekali seumur hidup saja, karena Tuan Shin hanya punya seorang putri.
"Ayah," bisik Haerin manja. "Apakah aku begitu tak ada artinya? Hingga harus jadi sabun cuci muka yang membersihkan wajah kalian seperti ini?"
"Sayang, jangan bilang begitu." Ayah Haerin mengambil jeda dan berhenti sejenak saat musik mengalun mengiringi langkah mereka. "Kau begitu berharga, kau pun tahu itu. Jadi, bisakah kau lakukan ini untuk kami? Putriku punya tugas yang besar, dan kau akan semakin menjadi kebanggaan kami. Maaf jika cara ini menyakitimu," ujarnya bijaksana.
"Apa ini akan baik-baik saja?" Haerin melihat ke ujung sana, seorang pria dengan bahu yang tegap menunggunya harap-harap cemas. Lelaki yang bernasib sama dengannya hari ini, menjalankan tugas dan menyelamatkan nama baik serta uang keluarga mereka.
"Percayakan saja pada kami."
Musik pun mengalun merdu disaat Haerin mendekat pada mempelai pria yang menunggunya dengan gugup. Haerin belum melihat wajahnya dengan jelas, meski ayahnya telah memberikan tangannya yang kecil dan lembut untuk dipegang oleh pria itu. Dekapan tangannya tegas, melindungi, jarinya panjang dan hangat. Kali ini, hanya kesimpulan itu yang bisa Haerin ambil.
Sama dengan Marcus yang masih samar-samar melihat wajahnya, ia hanya menyentuh calon istrinya dengan segala rasa tak terduga-duga. Hanya tangan kecilnya yang lembut, rapuh dan seolah ingin dilindungi kini dalam genggaman dan kuasa Marcus. Beberapa kali tangan itu gemetar dan Marcus meremasnya lembut seolah menenangkan. Hatinya berdebar-debar hingga ia tahu jika telapak tangannya mulai berkeringat. Gadis itu mengelusnya lembut dan bahkan mencoba mengelapnya ke gaun yang ia kenakan.
Sesaat kemudian, mereka berpandangan, dan Marcus berhasil menembus matanya lewat furing tipis penutup wajah itu. Namun yang ada dirinya malah tersentak kaget, hei! Ini bukan adik Hyun yang ditemuinya minggu lalu!
"Siapa kau? Kau salah masuk gedung?" tanya Marcus dengan tololnya, dan untung saja suaranya hanya terdengar berbisik tak jelas.
"Aku calon istrimu." Kata gadis itu sambil mengerutkan alisnya.
"Adik Hyun?"
Dia mengangguk. Sungguh percakapan tidak penting menjelang detik-detik pemberkatan. Mereka berdua— serta tamu dan yang lainnya mengikuti acara ini dengan khidmat. Hingga waktu Marcus membuka penutup wajah gadis yang kini resmi jadi istrinya, ia benar-benar terkesima.
Gadis itu bagai malaikat merangkap bidadari dari surga. Caranya menatap, mengangkat wajah, dan gugup membuat Marcus terpesona. Dia luar biasa! Begitulah yang bisa Marcus simpulkan.
"Kalian boleh berciuman kalau mau," kata seseorang yang entah siapa di sana. Lalu tanpa Marcus duga, gadis itu mendekat dan menarik kepalanya. Menempelkan benda lembut dan lembab wangi chery di bibirnya, bahkan Marcus tergoda untuk menyecapnya sebelum gadis itu tersenyum dalam ciuman mereka dan menarik lepas kepalanya.
Dia amat luar biasa, Marcus sekarang tahu, namanya Shin Haerin dan gadis itu adalah istrinya. Selamat datang di surga dunia!