Chereads / ANA AND SECRET BOOK ! / Chapter 4 - Bagian ke Empat

Chapter 4 - Bagian ke Empat

Liburan ke Dufan membuatku sangat senang karena ini untuk yang pertama kalinya bersama dua sahabatku. Terus terang aku selama ini belum mempunyai teman karena tampangku yang bule ini sering di bully. Tapi ya, sudahlah semua tinggal masa lalu, kini aku berbeda.

Puas rasanya mencoba berbagai permainan yang ada disini, walau sebenarnya aku sering kemari bersama saudara sepupuku. Yang rata-rata semuanya cewek seumuran denganku tapi kini mereka menyebar di berbagai kota, hanya pada waktu libur panjang atau hari raya bisa berkumpul bersama,

"Eh kita kemana lagi nih !" sahut Dina, kami beristirahat sambil duduk menikmati minuman. Setelah tadi menikmati berbagai wahana yang menarik.

"Engga tahu, tapi sepertinya ada 2 arena lagi sih ! pada mau engga nih !" tanya Rena, kami saling pandang karena dua wahana itu yang akan membuat jantung kami berdebar.

"Dan satu lagi, tapi itu sih nanti terakhir !" sahutku, dan semua mengangguk.

"Ya udah, pergi yu !" ajak Dina, kita pun pergi menuju tempat wahana selanjutnya.

Suara teriakan dan gerakan dari mesin terdengar membuat kami merasa takut. Kita semua hanya menatap tak berkedip melihat wahana yang meliuk bagai ular dan naik turun membuat jantung berdebar padahal hanya memandangnya saja.

"Bagaimana nih ? mau naik apa tidak ?" bisik Rena.

"Bilang aja lo pada takut !" sebuah ejekan terdengar dari samping dimana kita berdiri. Sontak kami berpaling dan terkejut, bagaimana tidak Dodi dan kawan-kawan sudah berdiri disana.

"Menurut gue sih ini tidak terlalu tegang !" ucap Wahyu dengan gaya coolnya.

"Ini permainan favorit gue nih ! hari ini gue akan pecahin rekor yang ke 20 kali !" teriak Robi dengan semangat.

"Bagaimana mau naik atau tidak nih ?" tanya Dodi lagi seperti menantang kami untuk menaikinya.

"Tentu saja, siapa takut !" Dina balik menantang.

"Ya udah, ayo ngantri !" Ajak Robi kepada kami bertiga, akhirnya setuju untuk naik.

Kita pun mengantri, kami di depan sedang para cowok di belakang. Mereka asyik bercanda tanpa perduli orang lain yang memperhatikan mereka. Walau permainan ini memacu adrenalin tapi pengunjung panjang mengular dan penuh.

"Ko rambut lo jadi pirang sih ?" tanya Dodi tiba-tiba dengan menyentuh rambut ku. Aku terkejut.

"Engga apa-apa, pengen aja !" jawabku dengan tenang.

"Jelek ah !" ucapnya sambil memalingkan wajah.

"Wey, cantik kali !" wahyu menepuk pundak Dodi.

"Na, jangan di ambil hati lo cantik ko !" ujar Wahyu tersenyum.

"Terima kasih !" jawabku, ada senggolan dari Dina dan Rena. Robi tiba-tiba membisikan sesuatu yang lainnya tersenyum.

Ketika giliran kami semua tanpa di duga, wahyu menarik tanganku dan duduk bersama di wahana, Robi bersama Dina sedangkan Rena dengan Dodi. Semuanya tak menyangka hal ini terjadi. Wahyu tersenyum, sedangkan aku khawatir karena aku duduk ke dua dari depan sedang yang lain berada di belakangku berurutan.

Tanda pengaman mulai di turunkan, dadaku berdebar kencang. Sebuah tangan tanpa di duga menyentuhku.

"Jangan khawatir, elo lepasin aja ! kalau mau menjerit ya keluarin sekerasnya !" ujarnya, aku hanya mengangguk pelan.

Kereta pun mulai berjalan perlahan, dadaku berdegup kencang. Kereta berjalan menuju atas dan ketika sampai di ujung ...

"AAAAAAAAA .... !"

Suara jeritan menggema, bukan hanya dari mulutku tapi dari semua yang menaikinya, tubuhku berguncang, seperti diaduk-aduk. Tak lama semua berakhir begitu saja. Aku tertegun tubuhku lemas, ini adalah pengalaman tak terlupakan.

"Elo, engga apa-apa kan ?" Wahyu bertanya, aku hanya menggeleng.

Akhirnya kami pun turun dari wahana, aku melihat Dina dan Robi bertengkar entah karena apa.

"Elu sengaja kan megang tangan gue ?" tanya Dina marah.

"Enak aja, elo kali ! tiba-tiba tangan lo megang tangan gue karena takut !" jawab Robi tak mau kalah.

"Udah-udah malu tahu ! dilihatin orang !" Wahyu menengahi pertengkaran mereka, aku sempat melirik Dodi yang sedang menatap ke arahku dan matanya beralih menatap tajam ke Wahyu, entah kenapa.

"Yuk, geng kita tinggalin cowok mesum ini !" Dina menarik tanganku dan Rena meninggalkan para kelompok cowok.

"Aaahhh ... indahnya pemandangan sore dari bianglala ini !" seru Rena, rambut kami diterpa angin kencang, suasana di atas gondola, di puncak sangat indah. Pemandangan laut dan sekitarnya dan terlihat semburat kuning keemasan.

"Betul, tak ingin waktu berlalu cepat !" di timpali Dina.

"Iya indah !" ucapku, tangan kami saling berpegangan.

"Kita sahabat selamanya ya !" ujar Dina, menatap kita berdua.

"Yoi !" sahut Rena.

"Oke !" jawabku.

"AAAA ... !" kami pun berteriak bersama.

"Woi ... berisik !" terdengar seseorang berteriak, kami pun melihat dan kelompok cowok berada di belakang kami.

"Biarin wew !" Dina melelet lidahnya mengejek mereka.

Akhirnya kami pun pulang dengan hati gembira, tapi mampir dulu ke sebuah kedai bakso yang paling enak. Ternyata kelompok cowok mengikuti kami dan duduk di meja lain, kita tak perduli saling mengobrol dan bercanda. Sebelum akhirnya pulang ke rumah masing-masing.

-------------

Tak terasa ujian akhir semester pun dimulai, aku tidak lagi membaca buku sihir karena memang belum ada lanjutannya. Buku ke dua masih kosong melompong tanpa ada tulisan sama sekali. Kini aku berkonsentrasi dengan pelajaranku.

Sesekali kami belajar bersama, kadang bergantian. Ketika di rumah Rena tanpa diduga kelompok cowok datang, tapi memang sudah diduga, karena Robi satu kompleks perumahan dengan Rena. Rumahnya tidak jauh dari rumah Rena.

Kami tidak bisa menolaknya, akhirnya kita pun belajar bersama. Wahyu yang terpintar di antara kami, mengajari Matematika dan hitungan lainnya.

"Waduh, gue haus nih ! kok engga di kasih minum ?" sindir Robi.

"Ambil sendiri di rumah lo gih ! kan dekat !" balas Dina, mereka saling melotot,

"Udah, gue minta maaf ! gue ambil dulu ya !" jawab Rena dan menuju dapur.

"Engga sopan banget sih !" sindir Dina.

"Biarin wew !" jawab Robi cuek. Sementara aku sedang mengerjakan soal matematika.

"Na, lo salah ! harus ini dikali ini sama dengan ... " Wahyu membenarkan jawabanku yang salah, duduknya memang di sebelahku, setelah itu Rena. Sedangkan Dodi di samping Wahyu.

"Cie ...!" Robi tiba-tiba bersuit.

"Kenapa lo Rob ?" tanya Wahyu heran.

"Deket amet ! ada yang cemburu tuh !" Robi tertawa sambil melirik ke arah Dodi.

"Dod, lo suka Ana ?" tanya Wahyu.

"Enak aja, siapa bilang !" Dodi melempar penghapus ke arah Robi. Tak lama Rena datang membawa minuman dan juga cemilan.

"Ayo, diminum ! katanya haus !" ujar Rena menatap Robi.

"Iya nih, bilang aja lo laper !" Dodi menambahkan.

"Iya, nih gue minum !" Robi pun langsung meminum sirop sampai habis.

"Gila lo ya !" Dodi menepuk pundak Robi.

"Loh katanya diminum ? ya gue minum lagian haus !" jawab Robi tanpa rasa bersalah.

"Malu-maluin lo Rob !" Wahyu tertawa.

"Sorry Ren, minumnya abis ! he ...he .. !" cengirnya.

"Masih ada kok ! minuman lo !" ucap Rena menunjuk gelas minum Robi, semua terkejut kok bisa padahal tadi kosong. Aku sengaja melakukan itu untuk menjaili Robi.

"Oh ... eh... iya ya ?" Robi bengong dan mencicipi sirup itu dan rasanya sama. Kok bisa ya ?

"Ya udah, tadi sampai mana ? lo curang Yu ! lo malah nerangin ke Ana doang !" ujar Dodi tiba-tiba, semua pun teralihkan dengan insiden tadi.

Bersambung ...