Chereads / ANA AND SECRET BOOK ! / Chapter 9 - Bagian ke Sembilan

Chapter 9 - Bagian ke Sembilan

"Loh, udah saling kenal ?" tanya Kevin.

"Dia temen sekelas gue Vin !" jawab Dodi.

"Kok lo ada disini ?" tanyaku, sedikit malu berada di antara teman-temannya Kevin yang semuanya cowok.

"Na, jus Stroberi yang lo buat sebenarnya buahnya dari kebunnya bokapnya Dodi ! Dia adalah seorang petani Stroberi terbesar disini termasuk juga kebun buah Blueberri !" jelas Kevin.

"Iya itu betul ! sebenarnya itu dari warisan kakek gue sih, turun temurun !" jawab Dodi, aku terdiam jadi dia orang sini ? kok aku engga tahu ya ?

"Jadi itu jus buatan lo ? enak banget, segar ...!" pujinya. Tak lama bi Isah datang membawa minuman.

"Eh, ada den Dodi, kapan datang ?" tanyanya kepada Dodi.

"Dua hari lalu bi !" jawab Dodi, rupanya saling kenal.

"Non, masa engga ingat sih ? dulu non ketika masih kecil sering main loh sama den Dodi ! setiap kemari pasti mainnya selalu berdua !"ujar Bi Isah sambil tersenyum dan kemudian pergi, aku tertegun ... eh ? masa sih, kok aku engga ingat ya ?

"Cie Dod ...!" ledek teman-temannya. Mukanya memerah tanpa sadar aku pun sama.

"Maaf, gue mau ke dalam !" aku cepat-cepat pergi dari sana.

Aku pun menuju dapur dan melihat bi Isah sedang memasak, ada yang ingin aku tanyakan kepadanya tapi ...

"Non, ko malah bengong !" bi Isah menepuk pundakku.

"Bi beneran, Aku dan Dodi ... dulu sering main bersama ?" tanyaku memastikan saja. Bi Isah mengangguk dan bercerita tentang masa kecil aku waktu umur 8 tahun !

"Anu ... bi, kok aku engga ingat ya ?" tanyaku pelan sambil menatap kosong ke jendela dan melirik ke arah bi Isah dengan tatapan bersalah.

"Maafkan bibi non .... !" ucap bi Isah.

"Engga ko bi, hanya ingin tahu kenapa " jawabku, kulihat bi Isah menghela nafas.

"Itu karena non pernah kecelakaan ..." kemudian bi Isah memelukku, aku tertegun. Kecelakaan ?

Bi Isah melepas pelukanku dan menatapku, kemudian mulai bercerita tentang kejadian itu ketika berumur 10 tahun. Ku lihat air mata bi Isah menetes, sedang aku seperti ada sesuatu yang aneh.

"Maafkan, bibi ya non ... seharusnya ..." Dia terdiam.

"Engga apa-apa bi, maafkan aku ... yang tidak ingat kejadian itu !" kataku dan mengusap air mata bi Isah.

"Jadi sampai sekarang non masih belum ingat lagi ? bibi pikir sudah ... makanya tadi berkata seperti itu !" ujarnya.

"Engga apa-apa bi ! aku bahkan baru tahu pernah kejadian seperti itu !" aku tersenyum menenangkan hati bi Isah yang sedih.

--------------

Aku sedang berjalan-jalan sore itu, entah kenapa lagi pengen menenangkan diri sendiri. Pemandangannya sangat indah, jalannya memang menanjak ada yang terus ke gunung dan juga ke perkebunan teh. Banyak sawah, kebun dan sebagainya. udaranya pun segar, aku pun menghirupnya membuat dada semakin enak dan fresh.

Sampai aku tertarik melihat sesuatu yang membuatu penasaran, dan mataku tertegun dan takjub ! dihadapanku terhampar kebun stroberi ... aku menatap tulisan yang menjadi pintu gerbangnya.

"Non Ana ya ?" tiba-tiba ada seorang bapak menyapaku, aku mengangguk.

"Iya pak !" kataku, aku ragu mengenalnya.

"Saya bapaknya Dodi ! pak Badrun !" jawabnya sambil tersenyum.

"Oh, maaf pak !" sahutku.

"Lagi jalan-jalan non ?" tanyanya.

"Iya pak !" jawabku.

"Ayo mampir ke kebun bapa, sepertinya Dodi juga ada di sana !" ajaknya, aku tertegun menolak pun tak bisa.

Maka aku pun diajak ke perkebunan stroberinya, selama perjalanan dia bercerita tentang masa kecil kami berdua, aku hanya mengangguk dan tersenyum saja karena aku belum mengingat apapun yang terjadi waktu lalu.

"Dod, sini ! ini ada non Ana !" teriaknya kepada seorang pemuda yang memakai topi dari jauh memang tidak terlihat kalau itu dia, dan lelaki itu berlari mendekat dan benar saja itu Dodi.

"Kok ada disini ?" tanya Dodi terkejut melihatku.

"Kamu teh gimana, tadi non Ana lagi jalan-jalan dan ketemu bapa !" jawab pak Badrun menjelaskan pertemuannya denganku.

"Eh, iya maaf !" ujarnya.

"Ya sudah, kalian berdua saja ya ? bapa mau melihat kebun di sana !" pak Badrun pergi pamitan.

"Iya, pak !" jawabku.

Kami terdiam cukup lama, sebelum akhirnya Dodi mengajakku jalan-jalan melihat perkebunan Stroberi milik keluarganya.

"Ini yang baru ditanam, nanti dipindahkan kebangunan sana !" dia menunjukan sebuah bangunan besar disana dan mengajakku untuk pergi.

"Wow ... !" mata ku terbelalak melihat hamparan buah Stroberi yang warnanya merah menyala dan besar.

"Ini sudah matang ?" tanyaku ketika menyentuh buahnya.

"Sudah, petik aja bersih kok !" jawabnya, dan ku petik satu kemudian mencicipinya.

"Manis, sedikit asam tapi segar !" aku memberikan pendapat. Dodi hanya tersenyum.

Kami pun menyelusuri bangunan besar, sesekali dia memberikan penjelasan tentang semuanya. Kini beralih ke bangunan lainnya yang ternyata itu kebun Blueberri ! buahnya pun berwarna ungu nampak menggoda. Aku pun mencicipinya ternyata sama saja.

"Lo engga apa-apa ?" tanya Dodi, aku terdiam.

"Kenapa lo engga cerita ?" aku balik bertanya, kini ia yang terdiam.

"Apa yang gue lakukan selama ini bukan jail tapi mengingatkan tentang dulu !" jawabnya sambil menatapku

"Maksud gue, tentang kecelakaan itu !" ujarku.

"Itu semua salah gue !" jawabnya, aku menatapnya.

"Semua yang terjadi sama elo, semua salah gue !" Dia mendekat dan memegang pundakku.

"Gue, minta maaf !" ucapnya.

"Engga, perlu ... pasti ada salah gue juga sehingga itu terjadi !" jawabku dan membalik tubuhku, mukaku memerah.

"Waktu itu ... gue ... mencium bibir lo !" aku terkejut dan menatapnya mukanya berubah memerah. "Lo marah dan menangis kemudian berlari tanpa diduga ada sebuah mobil menabrak lo !" jelasnya, Aku tertegun.

"Oh ... " hanya itu yang keluar dari mulutku tanpa berbicara lagi. Kini semua hening, tanpa sadar aku menangis.

"Lo kenapa ?" tanyanya terkejut. Tapi aku malah terus menangis tanpa henti entah kenapa. Tanpa di duga dia memelukku, aku terkejut tapi tak menolak.

"Maafkan aku Na !" bisiknya, aku terdiam. Kemudian ku lepas pelukannya dan ku usap air mataku.

"Kok, gue nangis ya !" tanyaku, aku menarik nafasku untuk menenangkan diriku.

"Engga kok, siapa bilang suka ?" ucapku.

"Sungguh !" kataku lagi.

"Na, elo engga apa-apa ? kok, ngomong sendiri ?" tanya heran.

"Itu Blueberri kamu yang ngomong !" jawabku sebal dan aku tersadar.

"Udah ah, ayo kita pergi !" ajakku sementara Dodi masih terbengong tapi mengikuti langkahku pergi.

"Itu bangunan apa ?" tanyaku sambil menunjuk ke arah bangunan lain.

"Oh itu untuk Blackberri !" jawabnya.

"Hp ?" tanyaku tersenyum. Dodi tertawa dan mengajakku ke sana.

"Ini masih percobaan ! bibitnya didatangkan khusus dari luar negeri ! jadi bakalan beda buahnya !" jelasnya, aku menyapa mereka dan tersenyum.

"Mereka suka disini ! semuanya pandai merawat !" ujarku tanpa sadar.

"Na ! boleh gue ngomong sesuatu ?" tanyanya. Aku menatapnya dan mengangguk.

"Lo .... penyihir ? tanyanya tiba-tiba, aku terkejut bukan main. Kok dia tahu tentang aku ? aku terdiam tak menjawabnya.

Bersambung ....