Chereads / ANA AND SECRET BOOK ! / Chapter 6 - Bagian ke Enam

Chapter 6 - Bagian ke Enam

Rumah oma tidak berubah sejak dulu sampai sekarang, termasuk isi di dalam rumahnya, banyak barang antik dari mulai jam besar, gramophone, lemari kayu jati yang besar hingga barang pecah belah serta lukisan. Kalau di luar memang tidak terlihat bertingkat tapi bila sudah di dalam ada lantai atas bahkan oma punya perapian loh! seperti di rumah orang barat. Mungkin karena udara disini sangat dingin tapi sejuk.

Aku melihat kamar tidur oma, yang dahulu aku selalu tidur bersamanya. Sama sekali tidak berubah semua perabotannya, oh iya rumah oma ada tujuh kamar, 4 dibawah dan 3 di atas termasuk 2 kamar pembantu di belakang. Ada halaman depan, samping kiri, kanan dan belakang. Oma memang suka bunga dan selalu merawatnya dengan sepenuh hati, apapun bunganya. Dari bunga ros, melati dan sebagainya. tumbuh dengan indah beraneka warna. Sedang di halaman belakang ada kolam ikan lengkap dengan saungnya, kami bila berkumpul sering makan bersama disana dengan ikan goreng yang diambil langsung dari kolam.

Ada ayunan, perosotan dan 3 buah pohon buah, jambu, mangga dan belimbing. Ada juga dua kandang satu sapi dan lainnya lagi kambing, semua ada 8 ekor masing-masing. Lengkap bukan. Aku tidur dikamar atas bersebelahan dengan kedua orang tuaku, ada jendela yang menghadap depan walau kecil dengan pemandangan pegunungan indah.

Ku buka tas koperku yang berisi baju, untungnya di setiap kamar ada kamar mandinya. Aku tertegun melihat buku sihirku yang ke dua berada disana, dengan penasaran ku buka sampulnya dan ternyata sudah ada tulisannya ! aku tertegun dan kemudian aku pun membacanya. Tak sadar aku tertidur dan di bangunkan oleh mamaku karena sudah sore. Aku mandi sebentar karena dingin dan turun ke bawah untuk makan malam.

Makan malamnya adalah kesukaanku bila datang kemari yaitu sayur asam dan ayam goreng beserta sambal lalapnya, wow ! aku suka pedas, ketika makan bakso pun sambalnya suka banyak ha ...ha ...! Setelah itu kami beristirahat di ruang tengah sambil menikmati cemilan dan hangatnya kayu bakar dari perapian, minumannya bajigur dan bandrek. Bi Isah hebat deh ! dalam memasak.

Malamnya aku kembali membuka buku pelajaran kedua, pelajaran kali ini justru lebih ke kehidupan sehari-hari bukan sihir atau magic, dari mengenal tumbuhan obat yang aku juga tulis di buku khusus agar tidak lupa karena tulisan seperti di buku sihir biasa akan hilang. Cukup banyak dan aku tak mengerti bagaimana rupa dan bentuknya.

----------------

"Ana ... Ana ... !"

Aku merasa ada yang memanggilku dengan lembut di telingaku, seperti .... suara Oma ! aku terbangun malam itu dan menatap sesosok tubuh berdiri di depan tempat tidur dan aku terkejut di hadapanku benar-benar oma !

"Oma ... !" aku menghambur kepelukannya. "Maafkan Ana ... oma !" ucapku sambil menangis, kurasakan ada usapan lembut di rambutku.

"Tidak sayang, oma yang salah ! oma terlambat menyadari dan mengajarimu tentang sihir !" aku mengangkat wajahku dan menatapnya, oma tersenyum dan mengusap air mata di pipiku dengan lembut.

"Bila kamu bertemu oma, itu artinya kamu sudah mempelajari buku kedua, buku sihir oma !" ucap oma.

"Oh begitu, kok tulisannya bisa hilang ?" tanyaku kepada oma, oma menarikku dan duduk dipinggir tempat tidur.

"Ana, apa yang kamu lihat, baca dan di praktekan adalah semua ilmu sihir oma sendiri ! bila kamu sudah menguasai semuanya dari 1 sampai 7 buku sihir, maka kamu berhak menuliskan sihir buatanmu sendiri yang kamu bisa simpan untuk keturunan selanjutnya !" jelas oma.

"Oma akan mengajariku bukan ?" tanyaku, oma tersenyum dan menggeleng.

"Tidak sayang ! tapi oma akan mengawasimu bila terjadi sesuatu kepadamu ! lanjutkan saja dan pelajari sendiri !" jawab oma, aku memeluk oma karena rindu.

"Oma aku, mama dan papa akan pindah !" ucapku.

"Oma tahu sayang, justru di sana kamu akan lebih meningkatkan lagi ilmu sihirnya !" ujar oma.

"Oh ya, kok bisa ?" tanyaku oma tertawa dan menoel hidungku.

"Baiklah akan oma beritahu satu rahasia saja ya ? di sana ada sekolah sihir untukmu !" aku terkejut.

"Seperti Herry Potter ?" tanyaku, aku hanya ingat dia bila berhubungan dengan sihir. Oma kembali tertawa.

"Seperti itulah, tapi berbeda dengan kamu lihat di film sayang !" jawab oma yang tahu tentang filmnya.

"Sudah, sekarang kamu tidur ya ? jangan khawatir kita akan selalu bertemu !" oma berdiri dan melambaikan tangan lalu menghilang, aku tertegun dan mencubit tanganku.

"Aww ... !" sakit, jadi ? ini bukan mimpi ? wow, ilmu sihir ternyata luar biasa !

Keesokan harinya aku malas untuk bangun, karena udara cukup dingin, tapi ku paksakan juga untuk membuka selimut tebalku dan turun dari tempat tidur untuk mencuci muka dan menggosok gigi dan kemudian turun kebawah.

Di bawah, mama dan papa sudah bangun dan sedang duduk di teras depan, sambil menikmati kopi atau teh hangat dengan cemilan pisang goreng dan ubi bakar.

"Pagi sayang. tumben sudah bangun !" sapa mama kepadaku yang ku peluk lehernya dan mencium pipinya.

"Maunya sih gitu ! tapi pengen aja bangun pagi ! eh kok banyak kabut sih ?" tanyaku heran, karena banyak kabut seperti asap menyelimuti pegunungan dan bukit.

"Itu namanya Halimun sayang, nama lain kabut disini ! mungkin karena udaranya dingin jadi seperti itu !" jelas papa, aku memfoto dan mengirimkan ke teman-temanku.

"Kamu mau minum teh manis ?" tanya mama aku mengangguk, tak lama bi Isah datang membawa sepiring pisang goreng dan diletakan di meja.

"Bi tolong teh manisnya satu buat Ana !" ucap mama kepada bi Isah.

"Teh manis yang biasa kan non ?" tanyanya sambil tersenyum, aku mengangguk dan dia pun pamit.

"Emang teh manis seperti apa ? kok yang biasa ?" tanya mama, aku tersenyum.

"Oma selalu membuat teh spesial racikannya sendiri ! enak dan harum sekali, gulanya juga tidak terlalu manis ! nanti mama coba deh !" jawabku, mama tersenyum saja. Aku mengambil pisang goreng dan memakannya, hmmm ... enak sekali.

Tak lama bi Isah datang menghidang teh spesialnya dan harumnya itu menyebar kemana-mana.

"Harum sekali tehnya !" ujar mama, aku menawarkan kepadanya teh manis itu.

"Hmmm ... enak ! mama belum pernah merasakan teh seperti ini !" mama menyukainya. Aku pun menjelaskan apa yang di jelaskan oma kepadaku dulu tentang teh spesial ini.

"Oh, kok mama engga tahu ya ?" tanya mama heran.

"Mama pasti tahu dan pernah merasakannya tapi engga, ngeh !" jawabku.

Akhirnya aku tahu inti dari buku pelajaran sihir yang ke dua ini, yaitu sihir bukan hanya magic atau ilusi tapi juga nyata, buktinya meracik teh, makanan, dan obat-obatan adalah bagian dari sihir. Mengetahui bunga, tumbuhan dan lainnya membuat kita berbeda.

Beberapa hari kemudian Om Thomas pulang bersama Kevin yang sekarang lebih tinggi dibanding aku, dua hari kemudian mama dan papa kembali ke Jakarta dan membiarkan aku liburan disini, aku tak keberatan lagi pula om Thomas dan tante Dita sangat baik kecuali Kevin yang suka menjailiku....

Bersambung ...