Chereads / ANA AND SECRET BOOK ! / Chapter 23 - Bagian ke Dua Puluh Tiga

Chapter 23 - Bagian ke Dua Puluh Tiga

MUSUH PERTAMA DAN KEKUATAN SIHIR

"Aku menyukainya !" jawab Daniel tenang, aku dan lainnya tercengang dan itu dikatakan dengan suara lantang sehingga terdengar oleh semua yang ada di Cafe.

"Memang kenapa ?" tanyanya.

"Serius ?" tanya Silvia, bukan aku.

"Tentu saja, aku suka wanita yang apa adanya tidak pura-pura !" jawab Daniel serius.

"Ana ...?" tanya Silvia sambil menatapku, aku bingung.

"Daniel ... anu, ini terlalu cepat! maafkan aku..." jawabku dengan muka memerah dan menunduk.

"Aku tahu, tapi itu tidak masalah kok !" ujarnya, dan kami pun pergi, semua minuman dibayar oleh Daniel.

Kini Daniel membawa kami ke sebuah taman bunga yang luar biasa indah. Berbagai macam bunga, warna, bau dan jenis yang ada diseluruh dunia serta yang langka pun ada disini. Di tengah taman ada air mancur yang sangat indah sekali. Semua terpesona.

Mereka bagai memanggil diriku dan aku menyentuhnya dengan lembut, aku tersenyum mendengar mereka berebutan berbicara denganku, semuanya seperti anak kecil yang ingin menarik perhatian ibunya.

"Kamu persis mamaku !" ucap Daniel, aku tertegun tak sadar Daniel sedang memperhatikanku.

"Benarkah, seperti apa mamamu ?" tanyaku.

"Dia sering berbicara dengan bunga dan tumbuhan! dia tahu apapun semuanya! dirumahku banyak sekali tumbuhan dan tanaman milik mama !" jelas Daniel.

"Aku mengenal bunga dan tumbuhan dari oma, dia nenekku !" jawabku.

"Aku tahu, aku pernah mendengar nama itu !" katanya, aku menatap Daniel.

"Nenekmu sangat terkenal dan hebat! bisa disebut satu-satunya Muggle yang dicatat sejarah di dunia sihir !" aku terkejut dengan apa yang dikatakan Daniel.

"Benarkah? aku tak tahu apa-apa tentang oma! aku baru tahu dia seorang penyihir ketika ia sudah meninggal !" jawabku, aku terdiam.

"Ikutlah denganku akan kutunjukan sesuatu !" ajaknya aku mengikutinya ke tempat lain dari taman bunga dan kemudian menunjukan sebuah bunga yang sangat indah sekali.

"Bunga Wijaya Kusuma! bunga langka dari Indonesia! konon hanya satu kali tumbuh dalam 10 tahun! katanya bunga dewa! pemberian nenekmu ! Jelas Daniel perlahan aku mendekatinya.

"Dia berbeda Daniel, wujudnya seorang putri !" ujar ku ketika melihat bentuk bunganya.

"Benarkah ?" tanyanya tak percaya, tanpa sadar aku menyentuh lengan Daniel.

"Iitu ...!" mata Daniel melotot, aku melirik ke arahnya, apa dia tahu dan melihatnya karena aku menyentuhnya ?

"Jadi ... seperti ini wujud tanaman dan tumbuhan itu ?" tanyanya, seakan tak percaya, apalah karena ilmu sihirku meningkat sehingga orang lain jadi tahu yang kulihat karena ku sentuh ? mungkin saja ...

"Begitulah, mereka punya mata, telinga dan tangan! sayang tidak punya kaki !" jawabku.

"Jadi ini yang dilihat mama dan kamu ya ?" aku mengangguk.

"Ana ..." bunga Wijaya Kusuma memanggilku, aku mendekat.

"Iya putri !" jawabku, sambil menyentuh tangannya.

"Oh syukurlah aku bertemu denganmu sebelum aku layu, kemarilah !" dia kemudian mengulurkan tangannya, aku menyentuhnya dan kurasakan sesuatu memasukiku.

"Kamu merasakannya Ana, itu kekuatanku untukmu! jadi kamu kebal dari sihir jahat terutama dari timur yang terkuat !" jelas putri bunga.

"Selamat tinggal Ana !" setelah itu bunga itu layu dan mengering. Aku terdiam.

"Jadi kita harus menunggu 10 tahun lagi untuk melihat bunga itu mekar !" ucap Daniel.

"Iya, betul tapi sebagai bunga biasa !" jawabku terdiam dan bersedih.

"Sudahlah, dia mungkin sudah melaksanakan tugasnya !" Daniel menyentuhku, aku mengangguk tanpa sadar aku menangis, Ah aku terlalu sensitif ...

Tanpa sadar Daniel menarikku ke dalam pelukannya, dadaku berdebar-debar aku tak bisa menolak.

"EHEMM, ...!" terdengar suara deheman, aku melepas pelukan Daniel. Aku melihat teman-temanku berkumpul sedang melihatku.

"Maaf ya! mengganggu, tapi kita harus kembali !" ujar mereka. Mukaku memerah karena malu.

Akhirnya kami kembali ke sekolah dengan pengalaman di kota sihir yang sangat menyenangkan.

------------------

Di akhir musim gugur kami melakukan ujian di semua pelajaran baik tertulis ataupun praktek, salah satunya ujian elemen kami. Ujiannya pertandingan antar element, bagaimana kami mempergunakan elemen dalam menghadapi musuh dan juga mempertahankannya. Tentu saja dengan peraturan yang sudah ditentukan. Semua di nilai baik kalah maupun menang, baik laki-laki atau perempuan lawannya tak jadi masalah.

Kini giliranku lawanku ternyata perempuan pengguna elemen api dan angin namanya Angela, tak lama kami membungkuk untuk saling hormat, dia sudah menyerangku dengan api yang besar, aku terkejut secara reflek, akupun mengeluarkan air untuk melawannya.

Tapi itu belumlah selesai, dia mengeluarkan element petir! gabungan api dan angin! aku menghindar. Semua tertegun dengan pertarungan kami. Aku membalas mengeluarkan elemen kayu dan menyerangnya. Di tak tinggal diam api pun membakar kayuku.

Begitulah, tapi aku merasa dia menyerangku secara beneran bukan seperti yang sudah diberikan aturannya tapi aku tak perduli. Aku melangkah ke level lanjutan elemenku. Dia menyerangku dengan angin puting beliung dan kugunakan es untuk melawannya.

"Aduh !!" teriaknya es ku mengenai lengannya.

"Kurang ajar !" teriaknya, ketika hendak menyerangku kembali.

"CUKUP !! pak Vandemort menghentikan pertarungan kami.

"Kenapa di hentikan ?" protesnya.

"Bila bertarung dengan emosi! kamu akan kalah !" ujar pak guru dengan mata tajam.

"Oke, untuk kali ini aku kalah !" ucapnya dan langsung pergi.

"Pemenangnya Karennina !" teriak pak guru.

"Wah, selamat ya, Ana! tapi kenapa dia marah ya ?" tanya Amora heran.

"Yang aku dengar, dia sainganmu untuk bersanding dengan Daniel !" Silvia berkata.

"Ana, kamu harus hati-hati! dia bukan satu-satunya loh !" Karen memperingatkan.

"Hmmm ... engga fair juga kalau mereka mengeroyokmu hanya karena masalah memperebutkan seorang lelaki !" jawab Silvia, aku hanya terdiam dan menghela nafas.

Ujian pun selesai, aku duduk di depan jendela kamarku malam itu, tanpa diduga butir-butir salju mulai turun satu persatu dan makin lama makin lebat.

"Tok ... tok ... !"

Bunyi ketukan pintu terdengar, ternyata itu Emily, ia mengajakku untuk meminum segelas coklat hangat dan di jendela ruang tengah terlihat salju turun, ruangan hangat karena perapian.

"Terima kasih, apa yang dilakukan di musim dingin ?" tanyaku.

"Liburan tentu saja, akan masuk kembali di musim semi !" jawab mereka.

"Oh begitu !" ternyata begitu ya, aku akan merindukan sekolah.

----------------

Dan memang beberapa hari kemudian kami pulang ke rumah masing-masing untuk menghabiskan liburan musim dingin, kami pulang dengan menggunakan pintu khusus.

Kini aku berada di rumah, sudah seminggu tidak ada kegiatan yang berarti kecuali ke rumah kaca yang tidak mengenal musim, aku juga bereksperimen dengan membuat minuman, obat-obatan di lab yang ada disana. Sepertinya oma yang membuatnya.

Perut mama sudah mulai membesar sudah 6 bulan tak terasa, menurut dokter aku akan mempunyai adik laki-laki. Di rumah dipasang pohon natal yang cukup besar walau kami tidak merayakannya sih, tapi apa salahnya ini kan di negeri orang. Semua isi rumah didekorasi sedemikian rupa padahal masih 2 minggu lagi. Tapi suasananya di setiap rumah terasa.

Walau musim dingin aku selalu panen, sayuran dan buah-buahan dari kebun rumah kaca, untuk di olah oleh koki di rumah, awalnya terkejut tapi akhirnya dia terbasa dan mengerti.

Suatu hari aku dan mama serta papa pergi ke kota, selain mengontrol kehamilan di rumah sakit, ada acara yang diadakan oleh rekan papa. Tentu saja aku ikut, apa lagi papa memang masih harus bekerja. Aku menemani mama ke rumah sakit, kami duduk di ruang khusus untuk ibu hamil, tiba-tiba aku merasakan hawa aneh dari seorang ibu yang selalu menatap kami. Tampangnya seperti chinese, ada aura hitam ditubuhnya.

Tiba-tiba aura hitam itu menyerang mama ....!

Bersambung ....