Chapter 11 - Taring XI

"Aku ingin kamu bertahan sedikit lebih lama lagi, Exxone"

"Aku masih belum selesai dengan makhluk yang mengaku-mengaku sebagai dewa itu!"

"Bagus bagus. Aku ingin kamu berikan aku celah, setelah itu aku akan menenangkan Rotania sekaligus menangkap Tomelone"

"Menangkap? Kau benar-benar sombong! Makhluk yang menjadi mangsa ingin mencoba menangkap pemburunya? Jangan bercanda!"

Exxone bersiap melanjutkan pertarungannya melawan Tomelone. Tanda lingkaran hitam di lehernya menghilang.

"Kali ini aku tidak akan segan-segan meskipun aku akan merusak wadah ini!"

Tomelone menunjuk Exxone dengan tangan kanannya, muncul banyak persegi-persegi kecil yang membelah ruang-ruang secara acak dan bertebaran di sekitar Exxone.

Seluruh bidang persegi itu menajam dan merusak seluruh area yang didiaminya, langsung terbang cepat menghampiri Exxone.

"Pemberi kehangatan pada makhluk hidup yang bernafas, juga pemberi ketenangan pada yang sakit. Kugunakan kau sebagai pelindung! Arielz Vatra!!"

FUWOSHSH!!!

Api merah merambat keluar dari seluruh tubuh Exxone, menangkis dan meredam peluru-peluru bidang ruang yang mengarahnya.

"!!"

Pijakan kaki Exxone menghilang dan hanya terlihat kegelapan yang tak berujung.

Saat itu juga vampir laki-laki itu langsung terjatuh sebelum dia mampu bereaksi.

"KENA KAU!!"

Muncul bidang hitam yang sama diatas kepala Tomelone, darisana muncul vampir laki-laki yang terjatuh itu.

BUAK!!

Pukulan telak ke muka Exxone menembus api pertahanannya.

"MASIH BELUM!"

Tomelone mengeluarkan bidang persegi-persegi yang sama persis sebelumnya dan melemparkannya utuh-utuh kepada Exxone.

BRAK!! BUAKK!! DUAK!!

Kali ini api pertahanan Exxone tak mampu meredam serangannya.

Tubuh anak vampir itu terlontar di udara kesana-kemari tanpa henti.

"Exxone!!"

"TAHAN DULU!!"

Leo yang hendak membantu Exxone terpaksa berhenti setelah melihat tebasan kilat listrik menghalangi jalannya.

"Kau masih harus melawanku!"

"Pergi!"

"!!"

Leo mengeluarkan lima roh biru bersenjata dari belakang punggungnya. Mereka langsung terbang menghampiri Exxone.

"Kau sangat peduli akan muridmu sampai-sampai kau melupakanku ya?!"

Leo hanya tersenyum mendengar pertanyaan Julian.

"!!"

WHUOOSHH!!

"Radvgr Explosija!!"

BLARRRZZTTT!!!!

Muncul satu roh biru lainnya dari belakang Julian, roh itu memakai jubah panjang dengan ukiran besi di kedua bahunya. Roh penyihir itu menembakkan sihir peledak listrik yang sama persis seperti sihir milik Julian.

Target ledakannya terhimpis dan tersetrum ledakannya.

Sedikit tertatih, dia kembali bangkit perlahan-lahan.

"Dia mampu menggunakan sihir yang sama denganku?"

"Azure, roh penyihir. Salah satu kemampuannya adalah meniru sihir lawannya"

KACRINGG!!!

Suara banyak tombak dan pedang melesat kencang dengan niat membunuh.

"!!"

TRANGG!!! KRANGG!! PLANGG!!

Sebelum kembali ke kuda-kuda siaganya, Julian harus bertahan dari hujan tombak dan pedang.

Zirahnya yang tergores mata pedangnya tak mampu beregenarasi kembali.

"Lioner, roh senjata. Apapun senjatanya, dia memiliknya"

BLINK!

BUAK!!!

"UAHK!!"

Tendangan telak meretakkan zirah listriknya dan memaksa Julian berlutut sebelah kaki.

"Obolonre, roh petarung. Kemampuan unik, teleportasi"

DEG!! DEG!!

Detak jantung terdengar menggema di kepala Julian, kedua matanya melebar setelah mendengar suara jantungnya sendiri.

"Velona, roh pengutuk. Tendangan barusan sudah memiliki kutuk"

"UOHKK!!"

Laki-laki berzirah itu langsung muntah setelah mendengar kata-kata Leo.

Muntahnya terus berulang sampai mengeluarkan darah.

Salah satu roh lainnya mendatangi Julian dan berdiri di depan kakinya selagi dia menatap tanah.

"Chloe, roh penyembuh dan perlindungan"

"Sialan… siapa kau sebenarnya?"

"Akan kujelaskan kalau kau menyerah. Semuanya termasuk lima roh lainnya lagi"

Lima roh biru yang dikirimkan oleh Leo langsung mendekati medan tempur Exxone dan Tomelone.

"Sihir roh? Mengganggu saja!"

Tomelone sudah merasakan kehadiran para roh biru itu langsung menunjuk arah datangnya mereka.

"MATILAH!"

Muncul lima roh biru dari balik asap kebul akibat pertarungan mereka.

"Apa itu?"

Exxone baru saja mengintip sedikit kehadiran mereka.

TRAK!!!

Kelima roh itu langsung terjebak di dalam ruang bidang persegi milik Tomelone.

"Aku tidak ada waktu untuk meladeni mereka"

Tomelone menggenggam tangan yang dia pakai untuk menunjuk roh-roh itu.

KRANGGG!!!

Kelima ruang bidang persegi itu pecah seribu setelah aksinya itu.

"Tidak mungkin!"

DEG!!

Leo kaget setelah menerima respon sihir milik roh yang dia kirimkan barusan.

"Gadis itu akan hancur sebelum mengetahui kebenarannya. Aku tidak mau menanggung dosa anak muridku sendiri, biarkan orangtua bodohnyalah yang menerima dosa ini!"

"Kesempatan!"

Melihat Leo lengah, Julian menepak tanah di bawah badannya dan melepaskan banyak listrik yang besar mengarah seluruh lawannya.

TIK!

Leo menjetikkan jarinya dan berpidah tempat menjauh dari ledakan listrik Julian bersama dengan seluruh roh miliknya.

"Kali ini aku mengaku kalah. Tapi tidak untuk kesempatan berikutnya!"

PASHH!!

Julian menghilang setelah ledakan listrik menutup seluruh pandangan Leo.

"Pemberi terror dan ancaman pada seluruh makhluk hidup. Pemberi kerusakan dan rasa benci kepada korbannya. Pemberi rasa putus asa dan pilu pada target pemusnahaannya! ARIELZ VATRA!!"

"AKU SUDAH BOSAN MELIHAT API MERAHMU ITU! KAU SUNGGUH LEMAH!!"

Seluruh tubuh Exxone kali ini mengeluarkan api merah yang semakin membara dibanding sebelumnya.

Tanda lingkaran hitam di leher Exxone kembali muncul.

"UOAHH!!!"

Exxone melompat dan terbang kencang menghadap Tomelone langsung dari depan.

"MATILAH! CEPAT MATILAH!"

Peluru bidang persegi semakin banyak muncul dan merusak semua area asal kemunculannya itu terbang cepat dan mengarah kepada Exxone.

Tak kalah banyaknya juga bidang persegi yang lebar dan panjang ikut bermunculan dari langit hendak menimpanya dari atas seperti kaki manusia yang menginjak semut.

"UOAHHH!!!"

"UOOOHH!!!"

BLARR!!! BLARR!!! BUAMM!!!!

Exxone terus melaju seperti bintang meteor yang melintas di luar angkasa. Tak peduli apa yang dihadapannya terus meleleh menjadi abu.

"TOMELONE!"

"CIH!"

Kedua mata Tomelone mengeluarkan darah, mata hijau mudanya muncul gradasi merah tua dari pinggiran bundaran pupilnya.

Bidang ruang persegi yang dimunculkan semakin padat dan banyak terus mengahantam Exxone di udara. Semakin mendekati Tomelone, semakin padat dan besar.

Api merah Exxone mulai menghanguskan kaus olahraganya, tapi tidak untuk niatnya menyelamatkan Rotania.

Namun, kekuatan Cloe setiap makhluk hidup terbatas.

BAMM!!!!

"Aku menang"

"UAOHH!!"

Sedikit langkah lagi untuk menghajar Tomelone, api Exxone mulai pudar dan padam sedikit demi sedikit.

Kedua mata Exxone sudah tidak fokus dan nafasnya mendadak berhenti.

Inilah yang dimaksud dengan batas yang tak bisa diubah dengan mudah.

GEBRAKK!!!

Hantaman bidang ruang persegi panjang besar menimpa Exxone ke tanah.

"Kau memang bocah yang merepotkan"

Tak ada tanda-tanda Exxone melawan lagi setelah dia jatuh.

Tomelone mendarat ke tanah dan mendekati Exxone.

"Kau sungguh ingin bocah perempuan ini kembali ya? Kalau kau selemah itu tidak ada yang bisa kau selamatkan!"

Bidang persegi yang menimpanya pecah, hanya asap putih tebal yang menghalangi mereka.

"Kembali seratus tahun lagi untuk mengalahkanku! Itupun jika kau masih hidup setelah aku menikammu disini! HAHAHAHA!!"

Tomelone mendadak menghentikan langkah kakinya.

Seluruh bulu kuduknya mendadak bangun dan menegang, keluar keringat dingin dari dahinya.

"Tunggu.."

"Ahh…. Inikah batas kekuatan fisik diriku yang sekarang?"

Terdengar suara Exxone dari balik asap itu.

"K-kau?!"

"Tapi tidak buruk. Tanpa bantuan Cloe asli milikku tubuhku bisa bertahan sejauh ini"

"Kau!!"

Tomelone mulai melangkah kebelakang menjauh dari Exxone.

"Kena kau"

Seseorang muncul dibelakangnya.

"A-"

Menyadari sesuatu muncul dibelakangnya, dia segera membalikkan tubuhnya.

Sebelum dia bisa berputar sepenuhnya, telapak tangan orang itu sudah menggenggam lehernya dan mengangkatnya melayang.

"U…hk…"

"Bukannya sudah pernah kuperingkatkan kau? Kembalilah tidur jika tidak ingin kubunuh untuk kedua kalinya"

Orang yang muncul di belakangnya berpenampilan sama persis seperti Exxone.

Pupil mata kuning gelap berkornea hitam menatapnya dengan dingin.

"E…vac….h…..Kr.a…ch.."

Mendegar suara Tomelone yang tersengal-sengal, tergambar senyuman lebar dari Exxone.