Chapter 7 - Taring VII

"Disini Xelore. Tampaknya rencana Anda benar-benar terjadi. Sebenarnya, ini bukanlah rencana, hanyalah bergerak sesaat kejadian terjadi. Di lapang latihan tempur kelas satu penyihir terlihat pergerakan. Objek yang dicurigai, Rotania Slavia. Ganti"

"Disini Leo. Tampaknya musuh kita memang menginginkan kekuatan anak keluarga Slavia"

"Jadi apa tujuan dia menaruh sihirnya ke anak bernama Roen kemarin itu?"

"Entahlah. Jika dia ingin mendapatkan Slavia sejak awal, dia seharusnya tidak mencoba untuk melukainya"

"Disini Xelore! Tampaknya Slavia benar-benar terkena efek pengendali pikiran! Dia meledakan murid-murid lain!"

"Aku segera kesana. Unit lain bersiaga di titik masing-masing jika muncul serangan lainnya. Kita belum tahu berapa banyak musuh kita kali ini"

"Ro…tan..ia"

"Hei Exxone! Ada apa dengan pacarmu itu?!"

"Semuanya pergi darinya! Jangan dekat-dekat dengannya!"

Rotania yang awalnya terdiam meskipun di teriakki banyak vampir lain, bergeming setelah mendengar suara Exxone.

"Kau…"

"!!"

Rotania mengangkat tangan kirinya dan menunjuk laki-laki dengan setelan olahraga berwarna putih hitam itu.

Muncul sebuah cahaya putih kecil diujung jarinya, sebuah objek lingkaran kecil yang tak asing di mata Exxone.

Tepat sebelum Exxone bereaksi, bola putih menyilaukan itu sudah berada di depan mukanya.

"!!"

Shingg…!!

Kedua mata Exxone yang tertutup itu mulai terbuka perlahan-lahan.

Bola putih yang bisa memunculkan ledakan besar itu menghilang.

"Hah?"

Semua orang menatap Rotania yang memegangi tangan kirinya dengan tangan kanannya.

"Ada apa dengannya??"

"Kau… jangan-jangan!"

Exxone langsung menghampiri Rotania setelah dia menyadari sebuah hal.

"Ja…jangan!"

Krkkk…. Bruushh!!

Tanah lapangan yang rata itu meretak dan memecah dirinya menjadi batu-batuan kecil, mereka semua melayang dan terbang dengan cepat kearah Exxone.

"Apa?!"

Laki-laki yang awalnya ingin menghampiri temannya itu langsung berhenti mendadak, dia langsung menepuk kedua telapak tangannya.

"Berilah kekuatan pelindung kepada sang pemohon yang fana ini! Arielz Vatra!"

Setelah menepuk kedua tangannya, dia menepak tanah dengan kedua tangannya.

TAK!

FUWOOSHHH!!

Muncul dinding api setinggi tiga meter menghalangi mereka berdua.

Bret!! Bet!! Bet!! Brek!!

Batu-batuan yang terbang dengan cepat seperti peluru itu tertahan oleh dinding api yang menghanguskan setiap bijinya.

"Ehk!"

Exxone memegang leher kanannya dan merintih. Mata kanannya tertutup dan giginya menutup rapat.

"Ti…tidak..TIDAK!"

Rotania berteriak selagi menahan tangannya dan terjatuh.

"Ayo kita cepat melapor pada pelatih!"

"Pelatih! PELATIH!"

"Kemana pelatih?!"

"Aku dengar dia pergi toilet"

"Ha?!"

"HA!"

"Kita tidak bisa membiarkan ini terus berlangsung!"

"Kita harus membantu Exxone!"

"Tapi bagaimana?"

"Exxone tampaknya ingin mendekati Rotania. Namun dia terhalang oleh sihir Rotania. Kita harus membukakan jalan untuknya!"

"KELUARKAN SIHIR ANDALAN KALIAN!! TEMBAK DISAAT BERSAMAAN!"

"Kekuatan Ilahi yang turun ke dunia…"

"Raja vampir konon tunduk kekuatan sihir ini! Munculah…"

"Pelindung sekaligus penguat! Hadirlah di tangan makhluk fana ini!"

"Keberuntungan adalah salah satu penentu kemenangan dalam perang! Biarkah…"

Hampir lima puluh orang berkerumun merapalkan sihir mereka masing-masing untuk membantu Exxone.

"Kalian.."

Rotania yang awalnya terjatuh kini kembali bangkit dan melayang di udara.

Hawa keberadaanya berubah.

Udara di sekitar lapangan itu menajam, bulu kuduk beberapa murid mulai naik.

"Melesatlah! Urelux Roez!!"

"Piprexona Illurium!!"

"Extrente Maxima!"

Muncul banyak serangan yang terdiri dari banyak elemen dan objek yang dapat menghancurkan mendatangi Rotania.

"!!"

Rotania mengangkat kedua tangannya mengarah serangan skala besar-besaran itu.

Tak!

Kedua tangan rampingnya melipat.

Gabungan sihir penghancur yang diarahkan kepadanya berhenti bergerak dan berubah bentuk menjadi bulat.

"Hah!!"

"Apa?!"

"…"

PSHHH!!!

Serangan gabungan itu menghilang menjadi serpihan cahaya kecil, suara gemuruh yang dimunculkan pun hilang sekejap.

Beberapa murid terjatuh diatas lutut menyaksikan hal itu.

"Tidak mungkin"

"Apa itu barusan?"

"Sihir satu kelas dilenyapkan begitu saja?"

"Serangan barusan… sia-sia?"

Selagi semua teman-teman masih belum bisa menerima kenyataan itu, Exxone sudah muncul dibelakang Rotania.

Tatapan mata kuning gelapnya terlihat tajam, tanda lingkar hitamnya muncul di leher kanannya.

Rotania langsung menyadari kehadirannya dan menatap kebelakang.

BRAK!!

Exxone menangkap dan menepak dahi Rotania menjatuhkannya ke tanah.

Exxone memusatkan kedua matanya menatap dahi Rotania.

Kedua matanya menembus aliran Cleo milik Rotania, kemudian dia menemukan akar asal-muasal mengapa Rotania bertingkah layaknya musuh semua vampir.

Aliran Cloe menuju otaknya menepel sebuah tulisan sihir yang tak dapat dibaca.

"Inikah hal yang sama yang terjadi pada anak kelas dua itu?"

"Tepat sekali"

"!!"

BUAKK!!

Seorang laki-laki muncul dibelakangnya dan langsung menendangnya setelah menjawab pertanyaannya.

Pria dengan nuansa yang rapi, mengenakan jubah putih dan topi putih, juga kacamata berwarana putih gagangnya. Dia memegang tongkat kayu berukuran 150 cm dengan permata merah di atasnya.

"Uhh"

Exxone langsung bangkit selagi menahan rasa sakitnya.

"Oh!!"

"…"

"Tanda lingkaran itu…. Sepertinya aku pernah melihatnya di buku legenda vampir. Penemuan yang menarik"

"Cukup sampai disitu, Julian Brent"

Leo muncul membelakangi Exxone. Dia muncul dalam kedipan mata seperti berteleportasi.

"Hohoho… sepertinya saya tidak perlu memperkenalkan diri lagi"

"Ada perlu apa sampai-sampai seorang manusia yang juga merupakan pilar ke sepuluh dari Sepuluh Pilar Kejayaan Manusia datang kesini? Sebegitu inginnya kah Anda ingin memusnahkan vampir?"

"Tidak tidak. Meskipun kemusnahan vampir sudah dipastikan, saya ingin memastikan hal itu benar-benar terjadi"

Tatapan mata hitam dan alis Leo menajam setelah mendengar itu.

"Wakil Kepala Sekolah Leo! Kita harus selamatkan Rotania!"

"Tentu saja"

Leo tersenyum tenang selagi menjawab Exxone, menghilangkan semua emosi yang baru saja dia tunjukkan.

"Kenapa harus Rotania?"

Exxone menatap Julian bertanya-tanya.

"Karena dia Slavia"

"Karena dia Slavia?"

"Kamu tidak tahu apa-apa ya? Akan kuberitahu sekarang sebagai hadiah akan keberanianmu untuk mencoba menyadarkan perempuan itu"

"Biar diri ini saja yang menjelaskannya"

Leo menyela perkataan Julian.

"Tiga ratus tahun yang lalu, sama seperti sekarang pada saat-saat perang yang terus memanas, seorang penyihir keluarga Slavia menggunakan sihir pemanggil dewa penggerak ruang, Tomelone"

"Tomelone?"

"salah satu dewa yang tidak banyak dikenal manusia dan vampir. Kekuatannya mampu menghabisi separuh seluruh kekuatan tempur manusia dengan satu tarikan nafas"

"Benar-benar dewa yang luar biasa kuat. Hohoho"

Julian menyeringai penjelasan Leo.

"Slavia menjadi pahlawan perang untuk beberapa tahun kedepan, hingga pada suatu hari penyihir itu memiliki anak. Tomelone menuntut penyihir itu untuk memindahkan kekuatan dewanya kepada penerusnya"

"Mengapa?"

"Alasan egois, dia ingin dikenal seluruh dunia. Sebenarnya hal yang mengkhawatirkan adalah penggunaan sihir Tomelone dapat mengurangi umur penggunannya. Lebih buruknya adalah membuat penyihir itu kehilangan dirinya dan hancur karena tidak mampu menahan kekuatan maha dahsyat Tomelone"

"Menolak hal itu, penyihir itu terus bertarung hingga menghancurkan dirinya sendiri"

Julian meneruskan penjelasannya.

"Tomelone tidak menghilang begitu saja, entah bagaimana dia kembali muncul di penerus-penerus keluarga Slavia hingga pada anak vampir yang bernama Rotania Slavia"

"Tetapi tidak semua garis keturunannya mampu mendapatkan dan mengaktifkan kekuatan Tomelone"

"Berarti Rotania mampu menggunakan kekuatan Tomelone?"

"Tepat sekali! Hohoho"

"Itu alasanmu mencoba memainkan pikirannya?!"

Exxone bangkit dan menaikkan nadanya.

"Wah… sangat sulit untuk benar-benar mengambil pikirannya. Dia memiliki ketahanan mental yang kuat. Ditambah lagi selalu ada orang muncul dipikirannya setiap kali saya ingin mengambil alih pikirannya"

"…"

"Oh! Itu kamu! Wajah yang selalu terlihat di dalam pikirannya! Kamu lah alasan dia terus bertahan hingga pada titik ini"

"!!"

"Sudah hampir satu tahun lebih saya mencoba mengambil alih pikirannya! Tetapi selalu gagal! Ternyata kaulah alasannya! Sepertinya saya harus melenyapkanmu lebih dahulu!"

Julian terlihat kesal dan berjalan kesana-kemari.

"Satu tahun? Sudah selama itu kau berkeliaran di Dietrich? Akan kuhabisi kau disini sekarang juga!"

Wajah tenang Leo kembali terlihat kesal.

"Maaf Exxone. Sepertinya kau harus menahan Rotania seorang diri, dan kau harus mengembalikan pikiran Rotania seperti sedia kala"

"Wakil Kepala Sek-"

"Cukup Leo. Panggilan ini membuktikan rasa kepercayaanku padamu"

TIK!

Suara jentikan keras mendengung di telinga Exxone.

Detik berikutnya, hanya tersisa Rotania dan Exxone di lapangan tempur.

Leo dan Julian tidak terlihat dimanapun, begitu juga teman-teman kelasnya.

Rotania bangkit menghadap Exxone dan melayang diudara, dia dikelilingi aura berwarna merah gelap yang mulai memenuhi lapangan.

Exxone mengepalkan tangan kanannya dan mengarahkannya pada Rotania.

"Bersiaplah kau anak putri kesepian!"