"Lihat baik-baik Ustadz, siapa wanita ini?" tanya Ridwan menunjukkan foto Inayah saat berdoa dengan memakai mukena.
Yusuf menegakkan punggungnya dan melihat dengan seksama foto yang ada di ponsel Ridwan.
Kedua mata Yusuf tak berkedip merasakan ada sesuatu yang tiba-tiba berdegup kencang di hatinya.
Yusuf menatap Ridwan sesaat kemudian melihat lagi ke arah ponsel yang di pegangnya.
"Masyaallah, Ustadz.... bukankah ini foto Inayah? bagaimana Ustadz mendapatkannya?" tanya Yusuf masih dengan hatinya yang berdebar-debar indah.
Ridwan tersenyum bahagia melihat wajah Yusuf mulai ada perubahan dan antusias bertanya tentang Inayah.
"Coba Ustadz, gulir lagi ke samping masih ada tiga foto terbaru Inayah dengan penampilan barunya." ucap Ridwan dengan tatapan penuh.
Dengan tangan gemetar Yusuf menggulir ponsel Ridwan dengan jantungnya semakin berdegup sangat kencang.
Yusuf terpaku di tempatnya saat melihat foto Inayah dengan memakai pakaian syar'i dan hijab dari syal miliknya.
Entah perasaan apa yang di rasakannya hingga kedua katanya berkaca-kaca. Ada perasaan campur aduk dalam hatinya antara kebahagiaan dan kesedihan yang mendalam.
"Maafkan aku Inayah, aku masih belum bisa menemanimu untuk menuju jalan surga. Semoga kamu bertahan dan bisa menyelesaikan ujianmu dengan baik. Aku yakin dengan niat tulusmu, kamu bisa menyelesaikannya." ucap Yusuf dengan menatap wajah cantik Inayah yang bercahaya.
"Ehem... ehem... Ustadz jangan melamun, ayo cepat kemarikan ponselku. Aku mau menghapusnya." ucap Ridwan sambil meraih ponselnya dari tangan Yusuf, namun dengan cepat Yusuf menyembunyikannya di balik punggungnya.
"Tunggu Ustadz! kenapa harus di hapus?" tanya Yusuf dengan tatapan bertanya-tanya.
"Apa ini sebuah pertanyaan dari orang yang di landa rindu? tentu saja aku akan menghapusnya. Menyimpan foto Inayah tidak akan baik untukku, aku harus menjaga perasaan Shafiyah." ucap Ridwan dengan wajah memerah merasa malu pada dirinya sendiri. Ada hubungan apa antara dia dan Shafiyah hingga harus menjaga perasaan Shafiyah.
"Menjaga perasaan Shafiyah?? apa Ustadz sudah jadian dengan Shafiyah?" tanya Yusuf masih mengamankan ponsel Ridwan.
"Tidak, tadi aku hanya bercanda saja! ayo, cepat kembalikan ponselku Ustadz." ucap Ridwan berniat menggoda Yusuf.
"Tidak!! jangan di hapus!" ucap Yusuf dengan tatapan serius.
"Kenapa?? apa ada sesuatu yang Ustadz inginkan dari foto itu?" tanya Ridwan semakin menggoda Yusuf.
Wajah Yusuf merah padam dengan pertanyaan Ridwan.
"Tolong, kirim foto Inayah ke ponselku. Aku akan menyimpannya." ucap Yusuf berusaha tenang menghadapi godaan Ridwan.
"Apa hanya untuk di simpan saja Ustadz? apa tidak ada hal lainnya?" tanya Ridwan semakin membuat Yusuf gugup dan berkeringat dingin.
Yusuf menelan salivanya mendengar pertanyaan Ridwan yang tak bisa di jawabnya.
"Cukup Ustadz, jangan membuatku semakin malu. Ayo cepat kirim fotonya ke ponselku sekarang." ucap Yusuf dengan wajah masih bersemburat merah mengembalikan ponselnya Ridwan.
Sambil tersenyum dan melihat wajah Yusuf yang tegang Ridwan mengirim foto Inayah ke ponsel Yusuf.
"Sudah aku kirim Ustadz, dengan foto itu semoga bisa mengurangi rasa kerinduan Ustadz pada Inayah." ucap Ridwan sambil bangun dari duduknya berniat pergi.
"Ustadz mau kemana?" tanya Yusuf saat melihat Ridwan bangun dari duduknya.
"Aku mau ke rumah Shafiyah untuk membahas acara besok pagi. Apa Ustadz mau ikut? ada Inayah di sana." ucap Ridwan dengan senyum terkulum.
Yusuf menggeleng lemah.
"Aku belum bisa menemui Inayah sebelum Inayah mendapatkan jalannya dan datang padaku." ucap Yusuf kembali putus asa sampai kapan Inayah bisa datang menemuinya.
"Ustadz, bersabar saja... semua akan baik-baik saja. Aku harus pergi Ustadz, sudah waktunya aku ke sana." ucap Ridwan mengusap punggung Yusuf kemudian pergi keluar kamar.
Setelah Ridwan menghilang dari balik pintu, Yusuf membuka ponselnya dan kembali melihat wajah cantik Inayah.
"Kenapa aku semakin merindukanmu Inayah? sampai kapan aku harus menunggumu?" tanya Yusuf dalam hati dengan perasaan sedih.
Sudah ada dalam penglihatannya bagaimana ujian yang akan datang lebih besar saat Inayah menjadi kekasihnya nanti. Pertemuan pasti terjadi dan itu tidak akan mudah menyelesaikannya selain ada campur tangan Allah.
"Semoga kamu bisa lebih kuat dengan ujianmu nanti Inayah, jangan pernah putus asa demi cinta kita." ucap Yusuf pada foto Inayah.
Dengan ujian yang besar nanti, pikiran Yusuf lebih mencemaskan keyakinan Inayah di banding keyakinannya.
"Ya Allah, semoga takdir hidupku berakhir pada takdirnya Inayah. Jangan berikan ujian yang melebihi kemampuan Inayah. Berikan saja semua ujian Inayah padaku, insyaallah aku ikhlas menerimanya." ucap Yusuf dengan hati dan perasaan yang selalu tertuju pada Inayah.
***
Ridwan menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Shafiyah. Jantungnya mulai berdebar-debar saat melihat pintu rumah Shafiyah masih terbuka lebar.
"Apa Shafiyah sudah menungguku?" tanya Ridwan sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.
"Bismillahirrahmanirrahim, semoga malam ini lancar tanpa ada halangan." ucap Ridwan ingin mengatakan perasaannya pada Shafiyah tapi selalu tidak ada keberanian dalam dirinya.
Dengan perasaan sedikit gugup Ridwan keluar dari mobil dan berjalan ke rumah Shafiyah. Hati Ridwan terus berdoa agar dirinya tetap tenang dan punya keberanian untuk bisa mengungkapkan perasaannya.
"Assalamualaikum." ucap Ridwan berdiri tegak di depan pintu rumah Shafiyah.
"Waalaikumsallam Ustadz." ucap Shafiyah bangun dari duduknya dan menghampiri Ridwan.
"Apa kamu sedang menungguku Shafiyah?" tanya Ridwan dengan pertanyaan yang membuat wajah Sahfiyah memerah.
"Oh... tidak seperti itu Ustadz, kebetulan aku sedang bicara dengan Inayah. Mari silahkan masuk Ustadz." ucap Shafiyah merasa tertolong dengan adanya Inayah yang menemaninya menunggu Ridwan.
Dengan perasaan malu Ridwan mengutuk dirinya sendiri karena terlalu percaya diri dengan pemikirannya.
"Assalamualaikum Inayah." sapa Ridwan pada Inayah yang sepertinya mencari keberadaan seseorang.
"Waalaikumsallam Ustadz." ucap Inayah dengan perasaan sedih karena tidak menemukan keberadaan Yusuf.
"Apa kamu sedang menunggu seseorang juga Inayah?" tanya Ridwan kemudian menutup mulutnya yang tidak bisa diam dengan kedua tangannya seolah-olah terlihat mengusap wajahnya.
Wajah Inayah memerah tidak bisa menjawab pertanyaan Ridwan selain tersenyum kemudian kembali duduk di tempatnya.
"Shafiyah, aku ke belakang sebentar. Aku akan membuatkan minuman untuk Ustadz." ucap Inayah kemudian bangun dari duduknya dan pergi ke dapur.
Sambil duduk di kursi, Inayah mengusap dadanya yang tiba-tiba merasakan sakit penuh dengan kesedihan.
"Kenapa Ustadz Yusuf tidak ikut Ustadz Ridwan? apa Ustadz Yusuf tidak ingin bertemu denganku? apa Ustadz Yusuf benar-benar sudah melupakan aku? Ya Allah, kenapa hatiku berharap penuh pada Ustadz Yusuf?" tanya Inayah dalam hati dengan perasaannya yang campur aduk merasa rindu ingin bertemu dengan Yusuf.
Dengan perasaan sedih dan ingin menangis, Inayah bangun dari duduknya untuk membuat minuman Ridwan.
"Ustadz Yusuf ternyata sedang sakit Inayah, karena itu Ustadz Yusuf tidak bisa menemuimu." ucap Shafiyah tiba-tiba sudah di pintu dapur dan menghampirinya.
Shafiyah tahu saat ini hati Inayah pasti sedih karena Yusuf tidak datang. Karena itulah Shafiyah berusaha menenangkan hati Inayah atas permintaan Yusuf.