"Sampai kapan kau akan memperlakukan ku seperti ini ? bisakah kita kembali seperti dulu ? aku merindukan sosok Sean yang ku kenal dulu."
"Sean yang selalu bersikap hangat dan penuh perhatian pada ku." Suara wanita itu terdengar memelas mengandung kesedihan dan kerinduan yang teramat dalam akan sosok pria yang sudah jauh berubah ini. Akan tetapi dari pada memilih melupakan Jessie lebih memilih terus menempel seperti ini karena dia tidak sanggup melupakan pria yang ia cintai walaupun ia sudah tak lagi sama seperti dulu.
Sean tetap diam seribu bahasa, dia tidak berpaling sedikitpun walaupun dia mendengar suara gadis di belakangnya sudah bergetar menahan tangis.
"Sean tolong jangan diam, aku mohon katakan sesuatu," ucap wanita itu terus memelas.
"kenapa masuk tidak mengetuk pintu ?" ucap Sean akhirnya bicara walaupun dengan nada dingin.
"Biasanya kan aku juga tidak pernah mengetuk pintu ?" jawab Jessie heran.
"Biasanya yang kamu maksud itu bertahun-tahun yang lalu Jessie."ucap Sean menyahut dengan ketus.
"Mulai sekarang ketuk pintu dulu."
"Dan beritahu dulu pada Ivan atau Yunxi terlebih dahulu kalau kamu akan kemari."
"Kamu jahat Sean, bagaimana bisa kamu memperlakukan aku sama dengan seorang tamu yang harus lapor dulu pada asisten mu" gerutu Jessie sedih.
"Kenapa kamu terus bersikap dingin pada ku Sean ? Apa kamu tidak sadar sikap dingin mu menyakitiku."
"Aku tidak merasa menyakiti mu." tandas Sean
"Jangan berlagak sebagai korban."
"Kamu hanya tersakiti karena ekspektasi mu sendiri."
"Sean, apa sesulit itu kamu memahami perasaan ku." ucap Jessie dengan suara tercekat menahan tangis.
"Lebih tepat Obsesi mu Jessie."
"Kamu harus belajar membedakan obsesi dan cinta."
"Aku sangat sadar kalau perasaan ku bukan obsesi Sean tapi ini Cinta, Murni Hanya cinta" Mendengar jawaban Jessie Sean hanya terkekeh pelan, Wanita ini sangat keras kepala dan pantang menyerah, terlebih lagi dia punya sifat tidak tahu malu. Bagaimana bisa seorang wanita mengejar pria ?
"Sean,tolong pahami isi hati ku." ucap Jessie lagi
Sean menyandarkan kepalanya di kursi seraya menutup matanya rapat. Sungguh, mendengar ucapan Jessie membuatnya muak. "Apa sebenarnya yang kau inginkan dari ku Jessie ?' Tanya sean dingin.
"Aku ingin hubungan kita membaik seperti dulu," ucap wanita itu dengan manja.
"Bukan kah sekarang sudah baik ?" Tanya Sean lagi dengan sikap masih acuh tak acuh akan kehadiran jessie.
"Aku ingin kejelasan hubungan kita, demi kedua keluarga kita Sean."ucap Jessie dengan sikap merajuk yang di buat-buat.
"kamu sendiri tau kan kalau kedua orang tua kita sangat dekat seperti layaknya sebuah keluarga, Ayo kita wujudkan harapan mereka, please Sean menikah lah dengan ku"ucap nya memohon.
"Kejelasan hubungan kita" Sean mengernyitkan dahinya bingung "kejelasan seperti apa yang kamu maksud Jessie?" Tanya Sean.
"Iya, kita kan sudah saling kenal bahkan sejak kita kecil, ayo kita menikah dan memberikan kebahagiaan sempurna untuk keluarga kita, aku pastikan akan jadi istri yang baik dan sempurna untuk mu,"ucap Jessie dengan nada selembut mungkin seraya menelusupkan jarinya ke sela handuk kimono yang di kenakan Sean dan mengelus dengan lembut dada bidang Sean.
"Kamu kira pernikahan itu mainan Jessie ?" Tanya Sean.
"Tidak, pernikahan bukan mainan Sean." Jawabnya.
"Tuh kamu tahu." ejek Sean.
"Apa menurut mu seseorang harus menikah dengan keadaan terpaksa ?" tanyanya lagi.
"Tidak, pernikahan itu harus di dasari cinta dan komitmen."
"Hmm... lalu kenapa kamu berpikir kita harus menikah,"
"Itu Karena kita saling mencintai. Ya, Kan" Jawab Jessie.
"Tidak, aku tidak pernah mencintai mu Jessie."
"Hubungan kita sejak dulu hanya sebatas kakak adik saja Jessie, tidak lebih dari itu! " erang Sean tertahan bukan karena gairah tapi karena kesal dengan dirinya sendiri dengan elusan Jessie yang sensual dan semakin liar di dadanya namun tidak mampu membangkitkan gairahnya.
Kekesalan Sean semakin memuncak tak kala dia tau miliknya tidak bisa berdiri walaupun dia melihat wanita sexy dan menggoda didepannya yang sudah hampir telanjang bulat, dia semula mengira dirinya impoten ternyata tidak. barusan hanya dengan memandang lukisan gadis itu miliknya langsung berdiri tegak meminta untuk segera di puaskan.
Tapi sekarang bahkan dengan elusan Jessie dan kecupan-kecupan hangat dari bibir ranum Jessie yang ia rasakan di lehernya tidak bisa membuat miliknya bangkit bahkan senjatanya tetap setia melakukan hibernasi tidak ada tanda-tanda ia akan bangun.
Keluarga Alexander dengan Keluarga D'Angelo memang sudah dekat sejak puluhan tahun lalu bahkan Sean dan Jessie menghabiskan masa kecil mereka bersama, melihat kedekatan Sean dan Jessie banyak orang menduga bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang tengah di mabuk cinta dan tak terpisahkan, namun ada satu hal yang tidak mereka tau bahwa keluarga D'angelo tidak bisa menikah secara acak dengan siapapun apalagi jatuh cinta dengan sembarangan wanita.
Mereka hanya bisa menikah dengan gadis yang memang ditakdirkan untuk menjadi permaisuri keluarga mereka dan jika bukan gadis takdir yang menjadi mempelai wanita mereka akan mencari gadis pengganti hanya untuk meredam amarah dari kutukan itu.
"Sean!" jerit Jessie saat Sean tiba-tiba menepis tangannya hingga ia jatuh terjungkal dari kursi. ia menatap Sean kesal pria itu bahkan tidak berniat sama sekali menolongnya.
"Sean, Kaki ku sakit." ucapnya manja.
"Kamu bisa memanggil pelayan untuk menolong mu," ucap Sean acuh, ia tau Jessie hanya bersandiwara.
"Sean, kok kamu tega sih," ucap Jessie.
"Kamu makin hari makin Jahat."
"Bukan kah itu yang kamu mau ?" Tanya Sean.
"Tidak! itu bukan yang aku mau."
"Aku mau cinta dan kasih sayang mu Sean, seperti dulu saat kita kecil."
"Kamu bisa mencarinya dari pria lain Jessie." ucap Sean dingin.
Jessie bukan wanita bodoh yang tidak peka , dia sangat tahu kalau sean tidak pernah mencintainya, rasa sayang Sean padanya tidak lebih dari rasa sayang seorang kakak pada adiknya.tapi jesssie tidak pernah peduli akan hal tersebut dia yakin dia bisa membuat Sean bertekuk lutut padanya.
Sejak SMP benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Jessie, dia begitu mengangumi Sean D'Angelo baginya hanya Sean lah laki-laki yang pantas mendampinginya, dia bahkan setiap malam mengkhayalkan Sean memeluk dan menciumnya dengan lembut dan Setelah dewasa, Jessie sering melakukan masturbasi, meremas kedua bukit kembar miliknya, memelintir puncaknya dengan tangannya sendiri lalu memasukkan jarinya ke pintu istananya mengobok-obok isi di dalamnya seraya membayangkan tubuh kekar Sean menindih dan menguasai tubuhnya.
Membuat perasaan itu makin hari makin menggila dan mengikatnya dengan fantasinya sendiri hingga ia bertekad kalau Sean harus menjadi miliknya. Dia adalah milik Sean dan Sean miliknya. Tidak ada satu pun wanita di dunia ini yang pantas mendampingi Sean selain dirinya, tidak ada, mereka tidak pantas hanya Jessie Alexander yang pantas. ia akan melakukan apapun untuk mendapatkan Sean.