Chereads / Hidden Desires / Chapter 30 - Bab 30. Hubungan Jarak Jauh.

Chapter 30 - Bab 30. Hubungan Jarak Jauh.

Sherly menggeleng pelan. "Tidak, Tom. Jangan berhenti." Ia meraih tangan Tommy dan menggenggamnya. "Aku tidak apa-apa."

Tommy pun mendudukan dirinya di samping Sherly. "Kau pasti akan kesakitan. Maafkan aku. Aku terlalu bergairah sampai-sampai aku tak bisa mengontrol tindakanku."

Sherly membenarkan posisi duduknya. "Kumohon teruskan. Aku percaya kau pasti takkan menyakitiku."

"Tapi tadi kau berteriak." Ia menyapu bagian tubuh Sherly di balik jubah mandi yang terlepas dari ikatannya. Tatapannya terarah ke buah dadanya. Brengsek! Umpat Tommy, keperkasaannya kembali mengeras. Ia menginkan Sherly.

"Kumohon, Sayang, lakukan demi aku."

Perkataan Sherly seakan menarik mata Tommy yang tadinya di dada, kini ke matanya. "Aku takut akan menyakitimu, Sayang." Dielusnya pipi Sherly.

Gadis itu tak mau kalah. Jika sebelumnya ia berprinsip untuk tidak melakukan hal itu sebelum menikah, tapi sekarang hal itu sangat wajib baginya untuk dilakukan sebelum menikah. Toh, pria itu cepat atau lambat akan menikahinya.

Tapi tujuan Sherly sebenarnya ingin mengikat Tommy. Jika ia dan Tommy melakukan hal itu, kecil kemungkinan lelaki itu akan meninggalkannya demi wanita lain, terlebih Andin.

Ia mengulurkan tangan untuk mengelus bagian tengah tubuh Tommy yang sudah mengencang di balik celana jinsnya. "Kau benar-benar mencintaiku, kan?"

Tommy tersenyum. Ia tahu maksud godaan Sherly. Siapa sih yang bisa tahan setiap hari dibuat bergairah olehnya? Bukannya tidak ingin melakukannya, tapi dia hanya takut hal itu akan menghacurkan masa depan Sherly. Dan baru saja iblis yang merasukinya nyaris menghancurkan niatnya yang sudah lama dipendam.

"Sherly Sayang, aku..."

Tommy tak bisa meneruskan perkataannya. Belum sempat meneruskan perkataannya, tapi bibir Sherly sudah mendarat ke bibirnya. Tak ingin menolak perlakuan yang begitu nikmat, Tommy pun membalas ciuman Sherly hingga iblis sama-sama menguasai mereka berdua.

Setelah desahan dan erangan mereka saling bersahutan, Tommy menindih tubuh Sherky.

"Pelan-pelan, Sayang," kata Sherly.

Tommy perlahan-lahan menyatukan tubuh mereka. Gadis itu berteriak sakit, tapi bibir Tommy langsung menenangkannya. Dengan lumatan bibir yang erotis membuat rengekan Sherly berubah menjadi desah pelan saat keperkasaan Tommy yang besar itu berhasil masuk.

Tommy menggerakan tubuhnya secara perlahan. Kesempitan di bagian kewanitaan Sherly membuat keperkasaannya sakit. Tapi gairah dan kenikmatan yang mereka rasakan jauh lebih enak sehingga mampu menghalaukan rasa sakit yang mereka rasakan. Dengan pelan Tommy menggerakan pinggul, mendorong tubuhnya agar bisa masuk ke luar dari tubuh Sherly hingga erangan dan desahan saling bersahutan.

Wanita itu menggeliat-geliat, desahan-desahannya membuat Tommy semakin mempercepat gerakannya. "Tommy, oh, Tommy."

Desahan itu memicu Tommy semakin cepat, cepat dan "Oh, Sayang...." Tommy mendesah panjang, sedangkan Sherly semakin mengeliat di bawah tubuhnya. "Tommy, terus... Tommy... Tommy... terus... Oh, Tommy."

"Keluarkan, Sayang." Tommy mendesah. "Oh, Sherly keluarkan." Tommy mendorong tubuhnya semakin dalam.

Desahan mereka saling terlontar dari mulut Sherly. "Aku juga, Tom... oh... Tommy... oh my god, Tommy... oh... aku..." Tommy yang juga sama klimaksnya ikut berdesah panjang. "Oh, Sherly..." Dilepaskannya gairah yang sudah berhari-hari itu ke dalam tubuh Sherly. Ia berhatap suatu hari nanti benih itu akan tumbuh menjadi bayi.

***

Sejak hari itu Sherly dan Tommy sering melakukannya. Komitmen mereka tentang bercinta setelah menikah pun dilanggar. Kenikmatan itu selalu mendorong mereka untuk melakukannya setiap kali sedang bersama, kenikmatan itu juga yang membuat Tommy lupa tentang aturan yang harus ia lakukan selama belum menikah.

Dua bulan setelah keperawanan Sherly dan keperjakaan Tommy hilang, tubuh mereka memberikan perubahan yang cukup drastis. Tommy semakin gemuk, sementara Sherly semakin montok. Hal itu bisa dirasakan mereka, porsi makan mereka semakin meningkat sehingga membuat tubuh mereka semakin padat.

Sebagai desainer juga kontraktor yang hebat, Tommy harus menjaga penampilan baik secara fisik maupun visualitas, Tommy harus mengontrol penampilannya. Lelaki itu melakukan fitness rutin di salah satu gym terkenal setelah jam pekerjaan selesai. Tapi ketika sehari ada jadwalnya yang padat, Tommy terpaksa berolahraga di rumah saja dengan menggunakan treadmill, barbell dan juga skipping.

Sebisa mungkin Tommy selalu menjaga bobot tubuhnya agar terlihat proporsional. Selain dituntut dalam pekerjaan, itu juga demi menambah ketampanannya. Dan ketampanan dan kecerdasannya itulah yang membuat Tommy sekarang berada di luar kota.

Sukses dengan desain yang dibuatnya untuk proyek kecil yang diberikan Malik padanya, atasannya itu mempertemukan Tommy dengan salah satu sahabat Malik di Pulau Jawa. Sahabat Malik itu ingin mencari kontraktor yang seperti Tommy; bisa desain juga pintar dalam berbiacara. Dan sebagai teman yang dekat, Malik merekomendasikan Tommy, dengan syarat Tommy harus kembali di kantor Malik jika proyek milik sahabatnya itu selesai.

Hal itulah yang membuat hubungan Tommy dan Sherly akhirnya terpisah untuk sementara waktu. Meski setiap hari saling telepon dan video call, Tommy tidak merasa puas jika tidak secara langsung meniduri gadis itu. Hahaha.

Percintaan dahsyat mereka tempo hari membuat Tommy menjadi kecanduan terhadap Sherly. Tapi meski jarak terpisahkan, Tommy tidak sekali pun berpikir untuk mencobanya dengan wanita lain. Ia hanya ingin melakukannya dengan Sherly, Sherly dan Sherly, wanita yang akan menjadi istrinya.

Sukses dengan desain bangunan yang diberikan Malik kepada Tommy, Malik juga memberikan wewenang kepada Tommy untuk menangani proyeknya yang kebetulan berada di kota yang sama di mana Tommy berada saat ini.

Disibukkan dengan pekerjaan dan tanggung jawab sebagai pemimpin perusahan membuat Malik mempercayakan proyek besar itu kepada Tommy.

Hal itu membuat Sherly mau tidak harus rela menjalani LDR lebih lama lagi. Kesibukan Tommy yang semakin padat pun membuat komunikasi mereka jadi jarang. Tapi Tommy tidak pernah absen untuk mengirimkan pesan kepada gadis itu meski hanya berupa pemberitahuan bila mana dia sudah berada di lokasi.

Balasan pesan dari Sherly membuat Tommy terkejut. Tak peduli apa pun sibuknya dia, lelaki itu segera menelepon Sherly padahal dia sedang meeting dengan klien.

"Halo, Sayang, kau tidak apa-apa?" tanya Tommy khawatir. Ia panik saat Sherly membalas pesannya 'Aku tidak masuk sekolah. Tadi pagi aku pingsan. Mama menyuruhku ke rumah sakit, tapi aku tidak mau.'

"Aku hanya pusing, Tom," balas Sherly. Suaranya lemas. Tommy makin khawatir.

"Kau pasti suka terlambat makan. Jangan gitu ya, Sayang, nanti sakitmu parah."

"Aku malas makan. Kalau makan semua yang ada di perut pasti aku muntahkan."

Tommy terkejut. "Muntah?" ulangnya. "Kau pusing dan muntah-muntah?" Sherly bergumam. "Kau tenang dulu ya, Sayang. Aku akan mengatur jadwal agar besok atau lusa aku akan ke sana menjengukmu."

"Jangan. Kau kan sibuk. Aku tidak apa-apa, kok."

"Tidak, Sayangku. Aku sendirilah yang harus memastikan apa kau baik-baik saja."

Setelah bercanda sesaat, Tommy memutuskan panggilannya. Ia kembali mengobrol panjang lebar bersama klien. Tapi untung saja pikirannya tentang Sherly tidak merubah kualitas bicara ssehingga mampu meyakinkan si klien.

Tommy meraih ponselnya dari dalam handbag. Ia menekan keyboard mencari nama Andrew. Seteleh menemukannya, ia segera menempelkan benda portable itu di telinga sambil mengemudi dengan kecepatannya di bawah normal. "Halo, Andrew?"

"Ya, Tom?"

"Maaf aku menganggumu. Boleh aku bertanya?"

"Tentu saja, Tommy."

"Gejala orang hamil itu seperti apa? Sial! Aku sebenarnya bisa mencarinya di internet, tapi aku terlalu gugup saat Sherly mengatakan dia tidak masuk sekolah karena sakit. Dia pusing dan muntah-muntah."

Pria yang adalah sahabat Tommy waktu kuliah itu terkejut. "Wow!" katanya lalu terbahak.

"Apa yang membuatmu tertawa, hah?" tanya Tommy.

"Maaf, Bro, aku hanya bercanda. Ngomong-ngomong sudah berapa lama dia terlambat bulan?"

"Terlambat bulan? Maksudnya?" Tommy terkejut.

"Iya, datang bulan. Masa datang tahun. Tahun baru dong namanya."

"Maksud kamu menstruasi?"

"Yap."

"Aku tidak tahu. Dan aku tidak menanyakannya karena dia tidak menceritakan soal itu. Yang jelas kami sudah berhubungan sejak tiga bulan yang lalu."

"Tiga bulan? Lalu, setiap melakukan, apa kau selalu menggunakan pengaman?"

"Pengaman? Maksudmu, kondom? Tidak! Aku selalu lupa jika bersama Sherly. Dan aku tidak memikirkan tentang itu. Percintaan itu terlalu nikmat sampai-sampai aku tak berpikir lagi untuk menggunakannya. Lagipula dia akan kunikahi."

Andrew terbahak. "Cieee, nikah muda site eee," ledeknya. "Kalau dari ciri-ciri keteranganmu, itu berarti hamil. Kau akan menjadi ayah, Tom."

Tommy tersenyum lebar. "Benarkah? Apa kau yakin dia hamil?"

"Ya. Kalau kau bilang dia pusing dan muntah. Itu adalah salah satu gejala ketika orang sedang mengidam. Jadi, sebaiknya kau tanya padanya apa menstruasinya masih lancar atau tidak."

"Baiklah, terima kasih, Andrew."

"Sama-sama, Tom."

Dengan cepat Tommy melajukan mobilnya saat panggilan mereka terputus. Ia segera menuju kontrakannya dan mengemasi beberapa pakaian. Entah kenapa rasa bahagia menyelimutnya saat mengingat perkataan Andrew bahwa Sherly hamil dan ia akan menjadi seorang ayah.

Benar-benar berkat yang luar biasa bagi Tommy. sendiri tak menyangka jika itu akan terjadi.

Continued____