Aku langsung mendorong Zen. Pikiranku sibuk terisi oleh Jeremy sehingga aku merasa bersalah sekali jika sampai aku melakukan ini lagi dengan Zen. Seharusnya aku sadar posisiku. Kenapa aku harus tergoda lagi untuk hal seperti ini?
Zen menatapku dengan pandangan yang menyakitkan. Aku tahu ia marah, tapi seharusnya akulah yang paling marah di sini. Kami sudah beberapa kali melakukan seks saat kami tahu kami sudah cerai. Dan di sini aku tahu, aku yang bersalah karena mengizinkannya.
"Keluar dan jangan kembali," kataku padanya.
Zen hanya diam. Aku langsung menyeretnya keluar dan memastikan tidak ada seorang pun yang melihat kami. Kudorong dirinya sejauh mungkin sampai di ujung tangga, lalu aku kembali ke dalam kamarku dengan perasaan yang berkecamuk.
Dadaku bergemuruh hebat. Gara-gara Zen, rasanya aku enggan melanjutkan aktivitasku untuk membuat kado untuk Jeremy. Rasanya tidak pantas aku merangkainya saat ini di saat aku dan Zen baru saja hampir berhubungan lagi.