"Apa kamu marah, Dai?" tanyanya.
Aku menggelengkan kepalaku. "Aku lebih ke kecewa, Bu. Selama ini Ibu nggak pernah bilang apapun soal itu ke aku. Tapi ya sudah, semua udah terjadi dan aku nggak bisa egois, kan? Udahlah, Bu. Aku juga mau siap-siap kerja," ucapku lalu berdiri meninggalkannya ke kamar.
Di kamar, ada perasaan kosong dan hampa. Aku merasa Ibu tidak terbuka padaku. Jadi, aku memang sebaiknya melakukan hal yang sama. Aku juga tidak akan mengatakan bahwa aku pindah bekerja. Tidak akan sama sekali.
Setelah aku bersiap, aku langsung berangkat tanpa makan siang. Berpamitan selayaknya dan kembali bekerja sekaligus memberikan surat pengunduran diri.
Teman-temanku, merasa sedih. Tentu saja aku merasakan demikian. Tapi bukan berarti aku lantas tidak akan pernah kembali. Aku pasti akan kembali ke kedai ini walau hanya sekadar meminum kopi.