"Sudah kamu kasih ke dia?" tanya Aini saat mereka dalam perjalanan pulang.
"Sudah. Apa kamu senang?"
"Hidup harus berdamai, jadi tentu saja aku tenang, Zen."
Zen senang mendengar jawaban Aini. Ia lalu mengusap tangan Aini dengan kasih sayang dan mengecupnya.
"Dia sendiri tadi?" tanya Aini lagi.
Zen mengangguk. Ia senang mendengar Aini banyak bertanya. Sebab memang biasanya ia diam karena takut jika Zen marah kalau ia banyak bertanya.
"Kenapa kamu senyum Zen?"
"Aku senang karena kamu begitu dewasa. Bahkan melebihi mantan istriku yang bahkan tadi aku merasa ia masih seperti yah, aku nggak perlu menjelaskannya, kan?"
Aini mengerti dan mengangguk. Tentu ia paham sebagai wanita bagaimana perasaan mereka ketika tahu mantan suaminya akan menikah. Mungkin bukan karena masih cinta, tapi karena merasa tergantikan dan tak rela.
"Nggak apa-apa. Biarkan hal seperti itu mengalir sampai benar-benar hilang, Zen. Karena memang mengikhlaskan itu susah ketimbang berbicara," jelas Aini.