Sudah seminggu Lissa tanpa Zen. Ia bahkan masih enggan mendatangi Zen lebih dulu walau amarah dalam dirinya sudah musnah. Ia hanya masih tidak bisa melupakan apa yang sudah Zen lakukan di belakangnya.
Tapi Lissa tidak bisa memungkiri bahwa ia merindukan Zen.
Antara ingin bercerai atau tetap bertahan. Lissa sama sekali tidak tahu pilihan apa yang harus ia ambil.
Ia bukan wanita yang menginginkan uang. Ia hanya ingin disayang dan dihargai. Tapi setelah mengetahui semua kejujuran Zen belakangan ini, ia merasa Zen sama sekali tidak menghargainya.
Hatinya merasa rapuh dan rusak. Tubuhnya semakin melemas setiap ia mengingat kembali hal-hal yang terjadi pada Zen dan Daisy.
Suaminya bercinta kembali dengan mantan istrinya.
Bukan masalah bagi Lissa jika Zen hanya bertemu. Tapi melakukan seks? Ia tidak habis pikir ke mana akal sehat mereka pergi.
Sambil meratapi kesedihan, Lissa membuat es kopi dan duduk di balkon memandang kota yang bercahaya dengan gemerlap-gemerlap.