"Sebesar apa rasa cintamu pada Daisy, Zen?" tanya Lissa selepas mereka bercinta.
Dahi Zen berkerut. Tidak biasanya Lissa bertanya hal seperti itu padanya. Tapi jika memang bicara tentang cinta. Perasaannya pada Daisy masih sama, tapi Zen lebih memprioritaskan Lissa yaitu istrinya.
"Aku lebih mencintaimu, Lissa. Daisy itu masa laluku. Mungkin kelihatannya aku seperti nggak bisa melupakannya. Tapi semua tindakanku semata-mata hanya ingin memperbaiki kesalahan yang pernah aku buat. Kita sudah pernah bicara hal ini, bukan?"
Lissa mengangguk. "Aku hanya bertanya seberapa besar. Bukan tentang hal selanjutnya itu, Zen."
Kemudian Lissa menghela nafasnya dan beranjak. Ia meraih handuknya dan berjalan menuju kamar mandi. "Aku masuk siang, ingat? Jadi, bersiaplah antar aku," ujarnya seraya tetap berjalan dan kamar mandi tertutup.