Aku merasa waktunya tidak tepat. Entah memang saat ini dia sudah berubah atau hanya alasanku yang tidak terima bagaimana dia saat ini.
Langkah Zen mendekat dan semakin mendekat pikiranku terpecah belah hingga kembali berkumpul lagi.
Tatapannya mengarah ke Devan dan seperti memberikan aba-aba untuk meninggalkan kami, karena Devan memang pergi dari kami begitu saja.
Sementara itu Zen menatap Raka. Tatapannya sama seperti dengan Devan, tapi Raka memilih tetap tinggal dan aku juga tidak mempermasalahkannya.
"Bagaimana kabarmu?" tanyanya.
Pertanyaan pertama yang kupikir tidak akan kudapatkan, kini kudapatkan saat ini juga.
"Baik. Sangat baik. Bagaimana denganmu?" balasku.
Zen mengangguk dan ia menyilakan aku dan Raka untuk duduk di kursi teras.
Jarak kursiku dan Zen sangat jauh. Ia menjaga jarak. Sepertinya memang sebuah kesengajaan hingga suara anak kecil keluar begitu saja dan datang kepadanya dengan memanggilnya, 'Papa'.