Aku hanya diam setelah Zen mengatakan kejujurannya. Memangnya apalagi yang harus aku lakukan? Aku tentu ingin membalas dendam, tapi tidak sekarang. Tidak di saat kondisiku masih lemah. Perlahan aku akan membuatnya jatuh berkali-kali hingga jera dan akan membiarkanku pergi. Karena aku tidak ingin sama sekali bersamanya.
"Aku punya syarat sebelum kamu menikahiku, Zen," kataku mulai membahas topik itu.
Zen yang awalnya hanya menunduk seraya memegang tanganku, kini ia menatapku dengan pandangan terkejutnya.
"Kenapa kamu membahasnya sekarang? Aku pikir kita akan membahasnya lain waktu," katanya.
"Aku ingin membahasnya sekarang," kataku dengan tegas tanpa memberikan alasan padanya.
"Oke, katakan."
Aku berdeham sebentar. Kuharap aku tidak menunjukkan kegugupanku. "Aku ingin mengajukan syarat tentang suatu saat nanti jika kamu selingkuh, maka kita resmi bercerai tanpa adanya penundaan. Catatan itu harus tertulis di atas hitam putih bermaterai," jelasku.