"Aku baru pertama kali ini merasakan tendangan ini. Ini... sangat menyenangkan," katanya dengan suara senang.
Dari caranya bicara aku bisa merasakan senang juga. Artinya bayiku sehat di dalam. Zen juga tak melepaskan tangannya dari perutku. Ia menatap di sana dan terus mengusapnya dengan lembut. Lalu tak lama tendangan itu berubah menjadi diam sesaat kemudian menendang lagi kegirangan. Aku tertawa kecil, begitu pun Zen.
Sampai rumah Zen membuka pintu mobil untukku. Ia menuntunku ke dalam rumah secara perlahan lalu mengambil barang belanjaanku dan menaruhnya di dapur secara langsung. Setelah itu ia duduk di hadapanku.
Zen menghubungi Tino dan merubah rencana agar Tino menjemputnya ke alamat rumahku. Kemudian Zen bersandar di sofa dan menatapku.
"Kamu semakin cantik," katanya memuji.
Bersama Zen, aku ingin sekali berada di atas ranjang bersamanya. Tapi aku tahu itu sangat berdosa. Seperti aku tidak tahu malu. Dan tentunya akan ada pihak-pihak yang tersakiti tentunya.