"Aku mau bertemu dengan Zen," kataku pada Raka. Aku memberitahunya agar ia tidak perlu cemas mencariku nantinya.
Raka mengerutkan dahinya karena memang aku masuk ke dalam ruangannya hanya untuk mengatakan itu. Padahal bisa saja memberitahunya melalui dial telepon kantor. Tapi aku lebih senang berbicara langsung. Yah, sekaligus mencoba untuk memberanikan diri.
"Tunggu, kamu mau ketemuan dengan Zen? Apa aku nggak salah dengar?" tanyanya bingung.
"Ya, kamu nggak salah dengar, Raka. Ada hal yang ingin kubicarakan padanya."
Kududukkan bokongku di kursi depan mejanya dan bersandar di sana.
"Kamu yakin?"
Aku tahu masa laluku bersama Zen dinilai cukup rumit dan sangat tidak baik. Tapi seharusnya mereka berpikir bahwa manusia bisa saja telah berubah. Entah kenapa keluargaku masih tidak begitu percaya terhadap perubahan Zen.
"Kamu nggak sedang merencanakan balikan padanya, kan?" tanya Raka serius.