Ketika semua melihatku keluar, mereka menatapku dengan wajah kesedihan mereka. Jeremy mendekat dan mencoba menenangkanku. Mataku tidak bisa berhenti menatap kaca yang memperlihatkan Raja yang entah apa dokter dan suster lakukan dengan keadaan panik juga terburu-buru.
Air mataku terjatuh tapi bibirku terasa kelu. Aku tidak bisa bicara lagi selain menatap Raja. Ia masih diam dan tidak bergerak. Cincin pernikahan miliknya masih ia pakai dan memori pernikahan itu datang. Seperti mundur dan menceritakan kisah-kisah kami.
Lalu saat aku melihat tindakan terakhir seperti tidak menunjukkan hasil, aku langsung membelalakkan mataku. Suster menutup seluruh tubuh Raja dengan selimutnya.
"Nggak, nggak, nggak! Nggak bisa begitu!" aku langsung berlari menuju pintu IGD dan masuk dengan berlari. Tidak ada yang mencegahku. Aku kembali membuka selimut itu dan aku bisa melihat wajah luka-luka Raja dari dekat. Kuusap wajahnya secara perlahan dengan buliran air mata yang masih terjatuh.