"Marry me."
Tiba-tiba Raja mengajakku untuk menikah dengannya di sela-sela kami sedang bercinta. Aku tertawa kecil seraya membalas kecupannya.
"No. Aku nggak siap," balasku.
Well, jangan kaget. Aku sudah tidak peduli apakah kami nantinya bisa bersatu atau tidak. Atau hubungan ini terlarang atau tidak, yang jelas aku ingin menjalaninya sebagaimana perasaanku menginginkannya.
Sebenarnya aku cukup kaget karena Raja mengajakku menikah. Tapi aku juga tahu bagaimana perasaannya padaku sejak Ama mencetuskan penilaiannya. Bukan karena Ama saja, aku juga merasakannya.
"Kalau begitu aku akan terus mengajakmu menikah denganku sampai kamu bilang 'ya'," katanya seraya menghujaniku dengan kecupan-kecupannya.
Jantungku berdebar kencang. Rasanya aku ingin mengatakan bahwa aku mencintainya. Tapi tidak sekarang, tidak sampai ia yang menyatakannya duluan dan malah bukan mengajakku menikah. Ide menikah untuk sekarang bagiku terlalu cepat dan menggebu. Aku tidak ingin salah melangkah lagi.