"I-Ibu … Ibu serius mengatakannya? Ish! Jadi Ibu mau bilang kalau Mala jauh lebih baik dariku karena bisa punya kekasih berwajah abstrak?" Sofi tak terima dibandingkan dengan Mala yang jelas sangat berbeda jauh darinya. "Apa hebatnya juga Mala?" Lagi, Sofi masih mengajukan protes pada ibunya.
Wanita yang mendengar suara anak gadisnya itu sama sekali tidak mempengaruhinya untuk berpikir yang lain. Mala adalah keponakannya yang paling cantik. Itu sudah bukan rahasia umum lagi. Sayangnya, gadis itu tidak memiliki kemampuan belajar yang baik atau lebih tepatnya sangat malas belajar. Intinya, tidak ada yang bisa diharapkan untuk urusan sekolah. Terang saja, Sofi sangat kesal bila ibunya membandingkannya dengan Mala. Itu sangatlah tidak adil.