Suasana masih sangat tegang di Kasil Bunga Utama. Alasannya tak lain karena Peri Lili sedang kesal dengan angjet daun yang diisi oleh para penjaga, pengawal, prajurit atau pun dayang yang berada di sana. Ia sama sekali kesal karena keinginanya tidak terwujud. Hanya satu yang ia inginkan dari pengambilan suara itu-hukuman yang berat bahkan hukuman mati untuk Peri Lala.
"Aku akan memberikan satu kali lagi kesempatan terakhir. Kali ini, kalian harus mengisinya dengan baik-baik. Pastikan kalian mengisinya dengan sangat hati-hati." Perintah itu terdengar seperti sebuah ancaman. "Aku juga tak akan segan memberikan hukuman untuk kalian yang mengisinya asal-asalan. Jangan pernah bermain denganku!"
"Ampun, Yang Mulia, izinkan hamba mengatakan ini. Demokrasi adalah hal yang dilakukan tanpa ancaman--"
"Diam! Dan ikuti saja perintahku! Siapa kamu, sampai beraninya mengajukan protes padaku?!"