"Waow! Kalian sudah sangat berani mengusirku sekarang?!"
Meski Anti tahu ia sudah berbohong sebelumnya, ia tetap dengan pendiriannya. Tidak ada seorang pun yang bisa merasa berkuasa di rumah ini selain dirinya.
"Apa lagi sekarang, Kak Anti? Apa menunggu sesuatu yang lain?" Alih-alih menjadi takut, Sofi semakin tegas pada gadis yang lebih tua darinya itu. Tidak ada alasan juga untuk mengalah. "Kalau memang tak ada, Kak Anti sudah bisa meninggalkan kamar ini seperti yang Kakak katakan. Ah, lagi … tolong pintunya ditutup."
"Ckckckck, kamu semakin kurang ajar padaku, ya?" Anti menutup pintu itu dengan sangat kasar. Ia bahkan membantingnya. "Rasakan itu." Lalu, ia kembali dengan kucing putih menuju kamarnya.
Suara keras yang ditimbulkan dari pintu itu sontak saja membuat Cindy kaget dan bangun dari tidurnya. Sofi menjadi tak enak pada adik kecilnya itu. Mungkin kalau kata-katanya tak menyinggung Anti, kejadian ini tidak perlu terjadi.
"Eng …."