Cindy hanya bisa pasrah menerima perlakuan Anti. Semuanya memang seperti yang dikatakan Sofi. Cindy mulai menyesal tidak mendengar perkataan Sofi tadi. Mestinya kalau ia bisa sedikit melawan, Anti mungkin tak terlalu semena-mena padanya. Nasi sudah menjadi bubur, Cindy hanya bisa berpasrah.
"Bagaimana? Sekarang apa lagi yang ia suruhkan padamu?"
"Tidak ada. Kak Anti hanya memintaku keluar dari kamarnya. Itu saja …."
"Hm … mau taruhan denganku? Sebentar lagi dan lagi, lagi dan lagi … ia akan terus memintamu melakukan sesuatu untuknya. Ya … sebenarnya meski aku menentangmu melakukannya, pada akhirnya kamu tak memiliki pilihan lain. Memang sudah takdirnya seperti ini." Panjang lebar Sofi mengatakan semuanya.
"Tidak, tidak … lain kali aku tidak akan mau bila disuruh. Aku akan bersikap tegas pada Kak Anti," balas Cindy dengan percaya diri. Ia juga mengepalkan tangannya. "Aku bisa melakukannya, tentu saja."