"Maaf, maaf … tapi sebaiknya kamu mengganti pakaianmu terlebih dahulu."
Entah ada angin apa, Peri Ella mengatakannya. Cindy yang awalnya terkejut dengan suara Ella, semakin bingung dibuatnya.
"Pakailah pakaian terlebih dahulu. Kita bisa membicarakannya lagi nanti." Peri Ella lalu memilih pergi ke kamar mandi.
Cindy lalu bergegas membuka lemari, mengambil pakaian dan memakainya. Itu adalah piyama bergambar unicorn. Itu tidak sampai lima menit, ia benar-benar dalam gerakan yang sangat cepat. Meski begitu, masih sempat ia menuju meja rias dan memoles skincare.
"Ini gila … tidak … apa aku benar-benar telah berbicara dengan seorang peri? Apa itu nyata? Tidak!" Cindy masih tak bisa menerima semua ini.
"Cih! Dasar gadis labil. Bisa-bisanya dia masih tidak percaya setelah berbicara denganku. Ha?! Ini tidak bisa diterima! Apa aku tidak nyata? Begitulah kalau kurang tidur." Peri Ella mulai kembali dengan kata-katanya. "Apa kamu sudah memakai baju?" tanyanya dari dalam kamar mandi.
Cindy naik ke atas tempat tidur sebelum akhirnya ia membalas, "Iya!" Ia bahkan ragu apa benar kenyataan ini harus ia terima. Seorang peri?
"Hentikan semua basa-basi ini!" Peri Ella terbang dan langsung muncul di hadapan Cindy. "Sekarang katakan, apa aku tidak nyata bagimu?!" sindirnya. Ia sudah tak tahan lagi. Semua yang telah terjadi ini seakan tak dianggap oleh Cindy dan itu sangat membuatnya kesal.
"A …."
"Aku ini nyata Cindy. Jangan berpikir lagi kalau kamu sedang bermimpi, no! oh iya, kalau perlu cubitlah lenganmu seperti sebelumnya agar kamu percaya."
"Ta-tapi …."
"Aku nyata!"
Peri Ella lalu mendekati vas bunga lalu menjatuhkannya.
Prang!
"Lihat, apa sekarang ini tidak nyata? Apa perlu aku menghapus semua data di benda kotak itu?" tanyanya sambil menunjuk laptop Cindy.
Cindy menggelengkan kepalanya. "Jangan coba-coba melakukannya."
"Jadi … apa yang kamu ragukan?"
"Kamu adalah makhluk halus!"
"Oh shit!"
Cindy terpaku memandangi makhluk kecil di depannya. Ukurannya yang hanya satu ruas jari dan bertebangan ke sana dan kemari dengan seenaknya memaksa mata Cindy harus lebih jeli.
"Mengapa kamu begitu mungil?"
"Mungil? Aku bahkan sedang mengubah tubuhku menjadi seribu kali lebih besar."
Kini Cindy sudah tak peduli lagi entah ini hanyalah hayalan atau memang kenyataan. Ia berbalas kata dengan peri kecil itu. Ini sangat menarik baginya.
"Baiklah, sebelum aku tidur, kita bisa berbincang sebentar …."
"Tapi sebelumnya, bisakah kamu membantuku membuka jendela? Aku ingin tidur di dalam bunga yang ada di halaman."
"Bukannya kamu adalah seorang peri? Lantas, mengapa membuka jendela saja tidak bisa? Gunakanlah sihirmu untuk membukanya." Cindy sedikit meremehkan kemampuan peri kecil di depannya.
"Kamu tidak tahu apa-apa soal peri dan kekuatannya. Aku beritahu suatu rahasia padamu … bahkan sihirpun memiliki keterbatasan."
"Aku juga beritahu suatu rahasia padamu … manusia tidak begitu mudah mempercayainya."
Entah sudah keberapa kali Peri Ella kesal dengan perlakuan Cindy. Selain dari tingkah, kini langsung dari mulutnya. Anak gadis itu seketika berubah dari gadis yang takut dengan keberadaannya menjadi paling berani.
"Apa sulit bagimu membantuku nanti? Aku bahkan rela menjalani hukuman ini dan membantumu."
"Apa? Membantu? Aku sama sekali tidak memintamu untuk membantuku. Kalau kamu memang tak berniat melakukannya … pergilah, aku bisa mengatasi masalahku sendiri. Tunggu dulu, memangnya aku punya masalah apa?"
Sedikit geram Peri Ella dibuat oleh perkataan Cindy. Ia menarik napas yang sangat dalam. Ekspetasinya yang sudah dikecewakan oleh tanggapan gadis itu sedikit membuatnya menyesal dan juga ingin kembali saja ke Kerajaan Floe.
"Seandainya bisa memilih, aku tak akan datang ke sini dan menyulitkan hidupku."
"Ya sudah, pulang saja sana!"
"Ckckck! Gadis ini … kalau kamu tahu apa yang akan terjadi pada keluargamu, aku yakin kamu akan memohon pertolonganku."
"Hoaaam ...."
Mata Cindy sudah sangat sayup. Ia tak bisa lagi menahan kantuknya meski sedang berbicara. Dan sesaat kemudian, gadis itu sudah terlelap. Peri Ella menjadi kesal. Bisa-bisanya ia ditingga tidur oleh lawan bicaranya. Terlebih lagi, ia terperangkap dan tak bisa keluar sekarang dari kamar ini. Peri itu hanya bisa memandangi jendela yang tertutup rapat.
"Sial! Percuma saja aku berbicara dengannya," keluhnya. Ia lalu terbang dan menuju meja belajar Cindy. Di sana ada selembar tissue yang belum terpakai yang terletak begitu saja. Peri Ella menggunakannya sebagai alas dan juga selimut. Tidak ada pilihan lain, ia tetap hanya bisa tidur dalam ruangan ini. "Seseorang tolonglah aku … aku kedinginan."
Ada sebuah pilihan lain yang bisa dilakukan Peri Elle yaitu tidur bersama Cindy. Setidaknya, di dalam selimut akan membuatnya menjadi hangat. Peri Ella memikirkan resiko lainnya. Tubuhnya bisa hancur lebur bila tertindih Cindy. Itu bukanlah hal yang bagus.
"Pe … ri … pe … ri." Samar-samar, suara itu terdengar.