Bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit lalu. Hampir semua penghuni kelas pergi ke kantin, menyisakan beberapa orang yang tidur atau bercengkrama dengan teman sebaya. Nia memegang perutnya yang bunyi, ia lapar tapi malas ke kantin. Adakah yang bersedia mengantarkan makanan untuknya? Tak masalah jika harus membayar.
"Hah, sudahlah, aku tidur saja."
Kedua tangan Nia terlipat di atas meja, menjadi bantal untuk kepalanya. Tidak empuk sih, setidaknya tidak sekeras kayu meja. Ia menoleh ke arah kiri, menatap iri para gadis yang membentuk lingkaran. Tawa mereka lebar sekali seolah tak ada beban di pundak. "Tak ada gunanya iri pada mereka. Ayo tidur." Tepat setelah mengatakan itu, kelopak Nia tertutup, menyembunyikan manik karamelnya.