Daun pintu ditarik dengan kencang menimbulkan suara bising di keheningan malam. Orang di dalam kamar menutup kuping dengan tatapan takut sedangkan orang di luar kamar menggedor pintu tak sabar dengan wajah yang memerah.
"Nia, kamu di dalam kan? Buka pintunya," titah wanita di luar.
Nia menggelengkan kepala. Masih tidur di kasur dengan tatapan takut. Untung ia mengunci pintu tapi bagaimana jika ibunya diam-diam punya kunci cadangan atau mendobrak pintu?
"Ibu, ku mohon, jangan masuk. Besok aja marah-marahnya," pinta Nia dalam hati.
Ia masih ingat pesan ibunya tadi sore. Mengancam akan melaporkan Nia sebagai orang hilang jika tidak pulang. Gadis itu akan menanggung malu jika wanita berambut coklat benar-benar melaporkan Nia.
Nia hanya bisa berdoa dalam hati agar ibunya pergi. Hatinya belum siap menjelaskan apa yang terjadi atau sekedar mendengar omelan.
"Maaf Bu, nanti aja. Aku gak mau ketemu Ibu. Hatiku masih sakit," lirih Nia menatap sendu pintu.
