"Sadar Nia. Kamu gak pantas merasakan kebahagiaan ini. Siapa kamu? Jangan sampai menularkan kesialanmu pada mereka," batin Nia. Senyum gadis itu tergelincir menyadari betapa tak pantasnya ia bahagia. Tatapan gadis itu berubah sendu dengan bibir yang terus menerus menghela napas seolah beban yang ada dipundaknya sangat berat hingga tak yakin akan mampu bertahan.
Kedua tangan gadis itu menelungkup, beralih fungsi menjadi bantal. Nia menenggelamkan wajahnya, tak mau orang-orang melihat wajah sedih Nia. Tak lama tubuh gadis itu bergetar diikuti dengan buliran air yang mengalir dari pelupuk mata. Gadis seputih salju itu menggigit bibir kuat, tak mau ada suara yang lolos dari bibir mungilnya.
"Nia."
"Nia, bangun. Ujiannya udah selesai."
Suara bas terdengar persis di depan telinga Nia. Mengusik alat pendengaran gadis itu. Masih dalam keadaan terpejam, Nia membalikkan kepala ke arah lain.