Suasana hati Nia masih buruk, sama seperti langit diatas sana yang tertutupi awan hitam, menutupi matahari hingga bumi terlihat lebih gelap dari biasanya. Semilir angin berhembus kencang, membanting jendela yang masih terbuka hingga jantung Nia berdetak kencang saking kagetnya. Pohon di pekarangan bergoyang, beberapa daun terbang meninggalkan tangkai. Kasihan pembantu di rumah, kerjaannya akan bertambah karena halaman tertutupi daun yang berguguran.
Nia menatap pantulan wajahnya di cermin, pucat dengan bibir yang kering. Ia membetulkan dasi yang miring lalu bergegas keluar kamar. Namun sebelum gagang pintu ditarik, sebuah telfon masuk. "Ck siapa sih? Ganggu aja."
"Hei, kamu kok pakek seragam. Jangan bilang mau sekolah?" Nia berdecih, ternyata Kevin yang menelfonnya.