Kevin menapakkan kakinya di rumah besar milik orang tuanya. Ia membuka pintu kayu setelah memasukkan motornya di garasi. Pemuda rambut cepak itu berjalan gontai ke kamarnya, merebahkan tubuhnya yang kaku ke ranjang.
Kevin menatap langit langit kamar, bibirnya tersenyum ketika sekelebat memori saat belajar bersama Nia terputar diotaknya. Kevin bisa mengingat jelas rona di pipi putih Nia ketika tangannya dengan lancang mengelus pucuk kepala Nia. Apalagi ketika gadis manis itu pura pura menghitung demi menutupi gugupnya. Hanya dengan membayangkan wajahnya saja, hati Kevin berbunga bunga. Kevin tak bisa menahan debaran jantungnya, sedikit takut jantungnya akan meledak saking kencangnya detak jantung Kevin.
Semburat merah muncul di wajah dan telinga Kevin, menutupi kulit putihnya. Bibir tebalnya semakin tertarik ke atas, ketika wajah Nia semakin jelas diotaknya. Bahkan sekarang ia bisa mendengar suara Nia. Suara yang lebih indah dari musik manapun.