Di sebuah ruangan rumah sakit berukuran sepuluh kali sepuluh berjajar dipan-dipan yang dipisah satu dengan yang lain dengan sekat kain. Diurutan pertama itu ada Syifa yang masih terbaring lemas dengan luka bagian punggung dan sedikit di kepala.
Sengaja Sabda datang dan menghampiri Syifa setelah sebelumnya diantar oleh panitia wisata.
"Syifa! bagaimana keadaanmu? " Tanya Sabda kepada Syifa." Sudah lumayan baik. Hanya sedikit pusing dan sesekali mau muntah." Jawab Syifa.
"Kamu masih ingat awal kejadian pada perahu yang naas itu." Tanya sabda dalam obrolannya.
"Seperti yang kamu tahu aku duduk diposisi samping bersama Dewi, tiba-tiba seperti ada benturan keras dari arah belakangku, setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi. Dan setelah sadar aku ada di ruangan ini dengan punggung dan kepala yang terasa sakit." Terang Syifa kepada Sabda.
"Sabda! apakah teman-teman masih menungguku pulang." Tanya Syifa kepada Sabda.
"Teman-teman dan rombongan sudah lebih dulu pulang sementara Aku diijinkan oleh panitia menemanimu hingga sembuh dan mengantarkanmu pulang bersama panitia wisata." terang Sabda.
"Syukurlah aku tidak sendiri di sini." kata Syifa.
Keesokan harinya Syifa harus persiapkan diri karena ada cek-up dari dokter yang menanganinya.
Mandi ganti baju dan sarapan pagi telah ia lalui dan menuggu dokter datang untuk periksa rutin. Pagi menjelang siang Dokter dan dua pembantunya masuk ruangan tempat Syifa dirawat.
"Selamat Pagi!" Sapa dokter ditengah-tengah pasien yang telah menunggu.
"Pagi Dok!" Jawab sebagian pasien.
"Syifa! bagaimana keadaanmu?" Tanya dokter kepada Syifa.
"Sudah lumayan membaik Dok!"Jawab Syifa.
"Ada yang dikeluhkan?" Tanya dokter kepada Syifa.
"Tidak Dok, hanya badan masih lemas." Jawab Syifa.
"Apakah kepala masih pusing dan muntah?" Tanya dokter kepada Syifa.
"Tidak Dok." jawab Syifa kembali.
"Apa yang terjadi dengan Syifa dok?" Tanya Sabda kepada dokter.
"Terjadi benturan keras di bagian punggung Syifa yang mengakibatkan gegar otak ringan di kepala. Dan sepertinya luka di kepala dan punggung Syifa sudah mulai pulih. Dan besok boleh pulang, tetapi jangan lupa obatnya harus dihabiskan." Terang dokter kepada Sabda.
"Bagaiman dengan Dewi dan Dina? " Tanya Syifa kepada Sabda.
"Dewi mengalami patah tulang lengan dan sudah dioperasi untuk menaruh pen di dalam ototnya. Sementara Dina dari rombongan perahu yang satunya terdapat lima belas jahitan di kepala." Terang sabda kepada Syifa.
"Sabda! Ingin rasanya aku cepet pulang. Aku merindukan nenek di kampung." Ujar Syifa kepada Sabda.
"Tentu kita akan pulang besok, bersabarlah!" Kata Sabda kepada Syifa.
Hari yang telah ditunggu telah tiba. Syifa dan kedua temannya Dewi dan Dina berada di lobi untuk menunggu panitia yang sedang mengurus berkas dari rumah sakit.
"Hari ini kita pulang ke hotel barang semalam untuk menunggu mobil travel yang akan antar kita ke rumah. Karena jam keberangkatannya besok pagi." Kata ketua panitia menerangkan.
Maka Sabda Syifa dan temanya bertolak dari rumah sakit menuju hotel yang dituju sesuai arahan panitia. Tidak lama sampailah mereka ke hotel. Dan setelah cek in mereka masuk ke ruang masing-masing.
Malam menjelang Sabda menghmpiri Syifa yang berada di kamarnya.
"Syifa! sedang apa? obat dari Dokter sudah kamu minum?" Tanya Sabda kepada Syifa di balik pintu kamarnya.
"Belum, sebentar lagi" jawab Syifa.
"Kita makan di sana yuk." Ajak Sabda kepada Syifa sambil menunjuk restoran di komplek hotel. Syifa hanya mengagguk tanda mengiyakan ajakan Sabda.
Sampai di restoran itu Sabda dan Syifa menuju meja yang telah mereka pesan. Tidak lama pelayan restoran mengantarkan pesanan mereka. Sabda dan Syifa menikmati malam dengan obrolan-obrolan ringan layaknya pasangan muda mudi yang sedang kasmaran. Hingga pada saatnya Syifa terdiam.
"Syifa! ada yang kau pikirkan?" Tanya Sabda kepada Syifa.
"Aku takut... kamu jadi sasaran amarah kedua orang tuamu hanya gara-gara menemaniku di sini." Kata Syifa kepada Sabda.
"Aku sudah telephon kepada orang tuaku di rumah untuk memberitahukan apa yang terjadi di sini. Dan mereka bisa memahami." Terang Sabda.
"Sabda! kenapa engkau rela lakukan ini semua kepadaku?" Tanya Syifa kembali.
"Karena Aku mencintaimu Syifa." Jawab Sabda singkat. Syifa terdiam matanya memerah menahan tangis.
"Ada apa Syifa? Apa aku salah?" Tanya Sabda kepada Syifa.
"Iya, engkau mencintai orang yang salah." Jawab Syifa.
"Cinta tidak mengenal benar atau salah. Cinta adalah kejujuran yang lahir pada setiap orang." Tutur Sabda.
"Tetapi cinta bisa berujung penderitaan Sabda." Sambung Syifa.
"Bukankah cinta butuh pembuktian Syifa?" Kata Sabda.
"Semoga engkau tidak menyesal mencintaiku." Kata Syifa.
Malam semakin larut Sabda dan Syifa belum beranjak dari meja restoran. Sesekali pegawai restoran curi pandang mereka berdua. Sabda dan Syifa menyadari sudah cukup lama mereka berdua ngobrol di meja makan.
"Syifa! baiknya kamu minum obat dan istirahat agar tubuhmu kembali bugar. Esok perjalanan panjang menanti!" Kata Sabda kepada Syifa.
Mereka berdua meninggalkan meja makan setelah lebih dulu bayar pesanan di restoran. Bertolak dari restoran Sabda dan Syifa berjalan kaki melawati lobi hotel dan taman yang terbuka dengan langit dan udara bebas. Sebentar kemudian Sabda menghentikan langkahnya.
"Syifa! coba kamu lihat langit di atas sana! Apa yang kamu lihat? Tanya Sabda kepada Syifa.
"Aku melihat Bulan." Jawab Syifa.
"Bukankah bulan butuh malam agar tampak sinarnya yang indah, Demikian halnya Cinta butuh pengorbanan agar indah dirasa." Tutur Sabda.
Syifa mendekat kearah Sabda dan kedua tangan Sabda terbuka hingga meraka berdua saling memeluk. Air mata menetes mbasahi pipinya.
"Sabda! Mungkinkah engkau menjadi bagian dari takdir hidupku?" kata Syifa selepas dari pelukan Sabda.
"Tuhan menghendaki hambanya berpasangan untuk saling melengkapi. Demikian halnya dirimu menjadikan pasangan untukku agar aku bisa mengisi hatimu." Tutur sabda dalam dinginnya malam. Pasangan kekasih itu beranjak dari taman meninggalkan malam yang dingin dan kembali ke kamar.
"Syifa! tidurlah semoga mimpi indah." Ucap sabda meninggalkan kamar Syifa menuju ke kamarnya.
Hari yang dinanti telah tiba. Pagi-pagi Syifa mandi dan sarapan pagi kemudian berkemas dan menunggu mobil travel yang akan ditumpangi mengantarkannya pulang ke rumah. Sebagaiman teman Syifa yang lain juga berkemas untuk bertolak dari hotel menuju rumah masing-maaing.
Tidak lama datang Panitia tour memberikan arahan dan mengecek kesiapan anggotanya untuk pulang.
"Teman-teman hari ini kita bertolak dari hotel menuju rumah kita masing-masing. Atas nama panitia rombongan Saya mengucapkan terima kasih kepercayaannya kepada kami dan mohon maaf jika ada sesuatu yang tidak berkenan di hati teman-teman semua.
"Kejadian yang menimpa teman-teman kemarin menjadikan pelajaran dan kenangan yang tidak terlupakan di pulau Bali ini. Tentu ada hikmah dibalik ini semua. Bahwa kebaikan bisa saja berawal dari sesuatu yang buruk. Cinta bisa saja datang dari sesuatu yang kita benci. Saya ucapkan selamat jalan. Selamat kembali kepada keluarga kalian." Ucapan yang begitu membekas dihati disampaikan oleh ketua panitia membuat semua rombongan menjadi terharu.