Hari ini pengumuman kelulusan sekolah disampaikan lewat online. Hal itu sengaja menjadi kebijakan pihak sekolah agar tidak terjadi uporia yang berlebihan bagi yang merayakan kelulusan. Dan menjaga mental agar tidak depresi kalau ada yang gagal dalam ujian.
Namun menjadi masalah tersendiri bagi Syifa yang berharap bisa melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi. Kondisi hidup yang sebatangkara dengan bekal materi yang pas-pasan membuat dirinya tertantang untuk merubah keadaan.
Ia buka gadeged jadulnya untuk melihat pengumuman hasil ujian sekolahnya.Matanya berbinar tanda bahagia setelah Ia tahu hasil ujiannya dinyatakan lulus dengan nilai yang bagus. Bahkan memenuhi Syarat untuk mengajukan beasiswa ke perguruan tinggi negeri untuk beberapa fakultas tertentu. Segera Syifa datang ke sekolah untuk meyakinkan informasi tersebut sekaligus mohon bimbingan dan rekomendasi dari pihak sekolah.
Hari telah berganti Sabda segera mengikuti anjuran orang tuanya untuk mengikuti program kursus bahasa inggris sebagai bekal dia nanti untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri mengikuti jejak kakaknya.
"Sabda bagaimana dengan kursus kamu, ada masalah?" Tanya Pak Karta di sela makan malam. Sudah menjadi tradisi keluarga Pak Karta berdiskusi ketika makan malam bersama.
Sebagai keluarga yang sibuk dengan karir dan aktifitas masing-masing makan malam menjadi momen yang sangat penting untuk menjaga komunikasi antar keluarga.
"Baik Pa sudah pasti ada perkembangan dari hari ke hari." Terang Sabda kepada Pak Karta.
"Papa ingin kamu berhasil kuliah dan bisa bekerja di perusahaan multi nasional dengan jaminan masa depan yang baik. Apa yang terjadi pada Kakakmu membuat Papa sangat terpukul. Papa selalu khawatir dengan masa depannya dengan kondisi yang seperti itu. Menghabiskan hari-harinya hanya di kursi roda." Cerita Pak Karta kepada Sabda.
Makan malam menjadi berbeda dengan suasana yang penuh keperihatinan. Di lain waktu Syifa terus mencari informasi tentang kepastian beasiswa dirinya ke perguruan tinggi negeri sekaligus menghitung biaya tambahan yang mungkin ada.
Hingga tiba pada waktunya Syifa harus memutuskan untuk memilih perguruan tinggi yang tidak jauh dari rumah dengan harapan Ia bisa sambil bekerja di tempat Pak Haji. Maklum dengan setengah hari kerja Syifa dapat gaji yang tidak seberapa. Akan tetapi sangat membantu biaya hidup Syifa selama ini.
Sementara Sabda segera mempersiapkan diri untuk keberangkatannya ke Amerika. Passport dan visa sedang diurus oleh kolega Pak Karta yang biasa urus visa study ke luar negeri khususnya Amerika.
"Sabda ijazah dan transkip nilai kamu segera kamu urus. Pasport dan visa study kamu sudah beres. Tinggal urus tiket penerbangan saja." Papar Pak Karta kepada Sabda.
"Iya Pa." Jawab Sabda singkat.
Keesokan harinya Sabda menemui kepala sekolah untuk mengambil ijazah dan transkip nilai sebagaimana yang dikatakan Pak Karta.
"Kedatangan Saya kali ini sekaligus mohon pamit dan minta doa restu dari Bapak agar diberi kemudahan dan ketegaran selama saya belajar di luar negeri sehingga bisa berhasil sesuai yang diharapkan." Kata Sabda kepada Kepala Sekolah.
"Bapak hanya bisa mengaminkan apa yang menjadi doa dan harapan kamu Sabda." Jawab Kepala Sekolah.
Di lain waktu Sabda sengaja datang ke rumah Syifa. Sudah beberapa minggu setelah pengumuman kelulusan keduanya tidak bertemu. Ada kerinduan yang menggantung di dada dan ingin rasanya untuk bertemu.
"Assalamualaikum." Sapa Sabda dari balik pintu setelah sebelumnya mengetuk pintu beberapa kali. Dan Akhirnya tetap tidak ada jawaban. Sabda menunggunya di teras rumah hingga sekian lama tidak ada tanda-tanda kalau Syifa ada di rumah. Sabda tengok samping rumah, pintu juga terkunci. Ia pergi ke tetangga sebelah namun rumah kosong pintu terkunci. Hingga sore hari Sabda pulang dengan hampa.
"Sabda, besok lusa kita berangkat, Mama kamu terpaksa tidak bisa ikut antar kamu ke bandara, Ia ingin menemani Kakak Kamu di rumah. Kasihan katanya ditinggal terus hanya ditemani Bi Inah yang sibuk urus rumah." Kata Pak Karta kepada Sabda.
"Iya Pa." Jawab Sabda.
Sebagaimana ketika masih sekolah Syifa bangun pagi dan urus rumah. Memasak, menyapu rumah Cuci baju dan seabrek pekerjaan lainnya dia lakukan setelah bangun pagi. Baru setelah itu Ia berangkat ke tempatnya Pak Haji untuk bekerja sebagai buruh di tempat usahanya dan pulang sore hari.
Semenjak lulus dari sekolah Syifa bekerja full time di tempat Pak Haji. Dia Sadar butuh uang lebih untuk masuk perguruan tinggi meskipun mendapat beasiswa dari kampus.
Esok hari Syifa tidak masuk kerja karena harus mengurus pendaftarannya di Universitas pilihannya.
Informasi lewat online terkesan mendadak dari fakultas yang Ia pilih. Sehingga terpaksa bolos kerja karena tidak ada waktu untuk datang minta ijin kepada Pak Haji. Juga perjalanan dari rumah ke kampus yang cukup waktu lama khawatir urusan tidak bisa terselesaikan dengan baik.
Untuk yang kedua kalinya Sabda sengaja datang ke rumah Syifa. Sampai di halaman depan rumah Sabda berhenti dan diam untuk beberapa saat. Dia amati rumah Syifa dan sama seperti waktu kemarin.
Rumah dalam kondisi tertutup dan terkunci tampak sepi seperti telah ditinggalkan penghuninya.
Dia coba turun dari motor dan mendekat ke arah pintu. Dia ketuk pintu dan ucapkan salam namun tidak ada jawaban. Dia ketuk kembali pintu itu dan tetap saja tidak ada jawaban. Dia tengok samping rumah namun tidak ada siapa-siapa.
Sabda duduk dan menunggu di teras rumah dengan harap Syifa kembali ke rumah atau minimal ada orang yang tahu keberadaan Syifa sekarang.
Hingga berjam-jam Sabda menunggu tetap saja tidak ada siapa-siapa. Sampai adzan dhuhur dari mushola yang tidak jauh dari rumahnya terdengar. Sabda semakin bingung mau kemana harus mencari Syifa.
"Mau mencari siapa Nak?" Tanya Bi Jum tetangga sebelah Syifa menyapa.
"Mau mencari Syifa Bi." Jawab Sabda sambil menghampiri Bi Jum yang baru kembali pulang dari sawah.
"Bukanya Nak Syifa bekerja?" Kata Bi Jum
"Bekerja di mana Bi?" Tanya Sabda kembali.
"Sudah hampir satu tahun semenjak Ibunya dikabarkan meninggal di Saudi Syifa bekerja di tempatnya Pak Haji." jelas Bi Jum kepada Sabda.
"Kerja apa Bi Syifa di sana?" Tanya Sabda rasa ingin tahu.
"Pabrik krupuk sama makanan kering setahu saya." Terang Bi Jum kepada Sabda.
"Baiklah Bi, Saya akan temui Dia di sana." Kata Sabda kepada Bi Jum.
Sabda bergegas mencari rumah Pak Haji seperti kata Bi Jum tadi. Sebentar kemudian sampailah Ia pada tempat yang di tuju.
"Assalamualaikum." Sapa Sabda kepada salah satu pegawai di tempatnya Pak Haji.
"Waalaikum salam." Jawab salah satu pegawai Pak Haji.
"Apa benar ini rumah Pak Haji?" Tanya Sabda kemudian.
"Ini Pabriknya tetapi kalau rumahnya ada di sebelah situ." Terang pegawai pak haji.