Chereads / Salju Di Korea / Chapter 25 - Bab 25 Kusimpan Cintaku Untukmu(2)

Chapter 25 - Bab 25 Kusimpan Cintaku Untukmu(2)

Perasaan lega pada diri Syifa karena telah bertemu dengan tambatan hatinya. Namun perasaan cinta berubah jadi rindu yang tidak bertepi.

Di dalam kamar Ia pajang foto-foto orang terkasih. Foto Ayah, Ibu, Kakek, Nenek tidak terkecuali foto Sabda.

Ia pandangi satu persatu foto itu. Setiap foto itu menyimpan sejuta kenangan yang tidak akan hilang dari ingatannya.

Malam semakin larut namun mata belum bisa terpejam. Hari-hari yang melelahkan Ia lewati tanpa seorang teman. Di kursi belajar itu Ia duduk berjam-jam hingga kepala terasa berat Ia rebahkan kepala diatas meja dan tertidur.

Pagi yang cerah badan yang bugar hati yang semangat penuh percaya diri, Syifa berangkat kerja ke tempatnya Pak Haji

"Assalamualaikum" Sapa Syifa kepada salah satu temannya.

"Waalikumsalam Syifa. Dua hari nggak masuk kerja ada apa Syifa?" Tanya Rina teman kerja Syifa yang berumur tiga tahun lebih tua dari Syifa.

"Lagi ngurus kuliah Kak." Jawab Syifa.

"Syifa, kuliah itu biayanya mahal, lebih baik uangmu kamu simpan bisa buat beli motor, renofasi rumah dan keperluanmu yang lain." Kata Rina kepada Syifa.

"Tetapi Kak, Syifa juga ingin memperbaiki nasib Syifa. Syifa tidak ingin selamanya bekerja seperti ini. Bekerja berangkat pagi pulang sore bahkan sampai malam dengan upah yang kecil." Terang Syifa.

"Bersyukurlah Syifa cari pekerjaan itu susah." Kata Rina kepada Syifa.

"Betul Kak, tetapi sesekali kita harus merubah cara berpikir kita. Kalau dulu kita yang mencari pekerjaan sekarang diubah pekerjaan yang mencari kita. Caranya bagaimana? Kita bekali diri kita dengan ilmu, skil, keahlian dan etos kerja yang baik." Terang Syifa.

"Tetapi merubah keadaan seperti itu tidak mudah Syifa, kita terlanjur ditakdirkan menjadi orang miskin." Kata Rina kepada Syifa.

"Jangan dulu bicara takdir kalau kita belum berusaha mengubahnya." Terang Syifa.

"Setiap hari Aku kerja keras berangkat pagi pulang sore kadang sampai malam masih ditambah lembur di hari libur, suami juga kerja tetapi kehidupanku biasa-biasa saja. Malah seringkali cari pinjaman kalau belum gajian padahal rumah belum punya masih tinggal sama mertua." Terang Rina.

"Untuk merubah nasib, tidak cukup hanya kerja keras saja Kak, tetapi harus diimbangi dengan kerja cerdas terus ada keberanian mengambil resiko dari zona nyaman." Terang Syifa.

"Aku tidak paham maksud kata-kata kamu Syifa." Kata Rina kepada Syifa.

"Sekarang kakak punya pekerjaan, tetapi penghasilan kakak kurang untuk kebutuhan sehari-hari tetapi kakak tidak berdaya untuk meninggalkan pekerjaan ini. Khawatir tidak dapat ganti pekerjaan yang lebih baik. Rasa khawatir itu sebuah persoalan yang harus dicari solusinya. Solusinya seperti apa? Bekali diri dengan ilmu skil dan etos kerja yang baik.

"Masih tidak percaya diri dengan skil dan keahlian kita cari solusi lain, berwira usaha misalnya. Tidak ada modal? Pastikan kita punya produk berkuwalitas baik, punya pasar yang baik, pasti dipermudah mencari pinjaman modal." terang Syifa.

"kata-kata kamu benar Syifa, tetapi susah sekali dilakukan." Kata Rina.

"Memang untuk memulai sesuatu yang baru itu berat Kak Rina. Harus berani mengambil resiko dan keluar dari zona nyaman. Banyak contohnya orang-orang besar terdahulu yang lahir dari keluarga miskin dan mengawali karirnya dengan banyak resiko dan penderitaan sebelum mereka sukses dan menjadi orang besar." Terang Syifa.

"Kata-kata Kamu terlalu tinggi Syifa tidak bisa terjangkau oleh orang kecil seperti Saya." elak Rina.

"Kakak, apa yang saya sampaikan bukan maksud untuk mengecilkan hati kakak, justru sebaliknya mbesarkan hati Kakak bahwa masih ada harapan bagi kita untuk merubah nasib kita lebih baik." Kata Syifa.

"Syifa, Saya bersyukur dengan keadaan Saya seperti ini." Kata Rina kepada Syifa.

"Ungkapan rasa syukur itu mestinya diterapkan dengan cara yang benar." Kata Syifa.

"Apa buruknya bersyukur dengan keadaan yang ada. Bukankah orang tua mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur." Kata Rina.

"Iya betul Kak, Tetapi memaknai kata syukur tidak cukup hanya menerima keadaan yang ada. Tetapi lebih dari itu kita bisa berbuat banyak agar hidup lebih bermanfaat baik untuk diri sendiri, keluarga dan orang lain." Terang Syifa.

"Kamu betul Syifa, tetapi waktu sudah mendekati jam delapan pagi kita harus mulai kerja sebelum Pak Haji menegur kita." Kata Rina kepada Syifa.

Syifa dan Rina bergegas untuk bergabung dengan teman-temannya yang lain. Setelah berbagi tugas mereka menghampiri pekerjaan masing-masing.

Sementara di rumah Raja duduk diatas kursi rodanya di teras rumah. kejenuhan mulai menghinggapi dirinya namun sinar matahari pagi dengan udara yang segar membuat jiwanya terasa bersemangat. Ingin rasanya kakinya menginjakkan tanah dengan rumput yang menghijau.

"Nak Raja kalau butuh sesuatu panggil Bibi ya! Bibi ada di ruang belakang mau merapikan baju." Kata Bibi.

"Iya Bi, jawab Raja setengah hati. Ingin rasanya ada orang yang membantu memapahnya berjalan sekedar menggerakkan kaki yang lemas tidak terasa. Namun karena kesibukan Bi Inah Raja mengurungkan niatnya.

Untuk mengusir kesepian Raja membuka aplikasi gadged sekedar main game membaca informasi dari berbagai media.

Tidak nyaman rasanya ketika menginginkan sesuatu harus teriak-teriak panggil Bibi intuk membantunya mengambilkan sesuatu atau membantu memapahnya jika harus ke kamar mandi.

Semakin siang udara di luar semakin panas. Raja ingin kembali pada suasana yang berbeda. Ia mengeser kursi rodanya pelan pelan dengan tangannya yang tidak begitu kuat. Semenjak terjadi kecelakaan itu semua organ tubuhnya mengalami perubahan mulai menurunnya tenaga hingga hilangnya tenaga pada organ tubuhnya.

Kedua tangannya bergerak memutar roda pada kursinya sesuai yang Ia kehendaki. Namun terasa berat rupanya hingga kursi itu hanya bergeser sedikit ketika kedua tangannya menggerakkannya.

Dan akhirnya setelah melewati usaha kerasnya Dia berhasil menggeser kursi roda itu kedalam. Bi Inah kembali datang menghampirinya.

"Siapa yang membantu Nak Raja masuk kedalam rumah?" Tanya Bi Inah kepada Raja.

"Saya sendiri Bi." Jawab Raja dengan napas lelahnya.

"Nak Raja, Bibi sudah bilang kalau perlu apa-apa panggil Bibi! Nanti kalau Ibu Nak Raja tahu Bibi bisa dimarahi." Kata Bi Inah.

"Tetapi Bibi sibuk sekali, tidak tega Saya melihat Bibi kesana kemari mengurus pekerjaan rumah masih harus mengurus Saya.

"Tidak apa-apa Nak Raja itu sudah tanggung jawab Saya dan menjadi pekerjaan saya." Kata Bi Inah kepada Raja.

"Seandainya saja ada orang yang bantu Bibi, tentu Bibi tidak sesibuk ini." Kata Raja.

"Selama ini Bibi bekerja sesuai keinginan Ibu dan Bapak. Bibi tidak merasa kerepotan dengan pekerjaan ini. Kalau lelah itu sudah pasti. Tetapi mengeluh dengan pekerjaan itu bukan cara yang baik. Bibi kerjaan apa yang bibi bisa." Terang Bi Inah kepada Raja.

"Tidak banyak orang yang punya integritas dengan pekerjaannya seperti Bibi." Kata Raja kepada Bi Inah.

"Seharusnya memang begitu Nak Raja." Kata Bi Inah.