Chereads / Salju Di Korea / Chapter 26 - Bab 26 Kusimpan Cintaku Untukmu(3)

Chapter 26 - Bab 26 Kusimpan Cintaku Untukmu(3)

Setelah melakukan penerbangan pesawat berjam-jam dan transit di Japan Airlines, kemudian, Turkys Airline dan beberapa kota di negara lainnya akhirnya tibalah di bandara Internasional Logan. Boston.

Tiba di bandara Pak Karta segera melanjut kan perjalanan menuju Harvard University dengan terlebih dulu mencari penginapan sekitar kampus itu.

"Sabda sementara waktu untuk beberapa hari kedepan kita akan menginap di sini sampai benar-benar kamu diterima dan kuliah di kampus itu." Ucap pak Karta.

"Baik Pa." Jawab Sabda sambil menarik kopernya.

"Di sini nanti kamu akan bertemu dengan teman-teman mahasiswa dari berbagai negara dan banyak juga dari Indonesia." Kata Pak Karta kepada Sabda.

"Bagaimana dengan komunikasi sehari-hari Pa?" Tanya Sabda kepada Pak Karta.

"Komunikasi sehari-hari ya pakai bahasa Inggris, kan Sabda sudah kursus belajar bahasa Inggris di Indonesia." kata Pak Karta lagi.

"Iya Pa. Tetapi Sabda merasa tidak pede saja. Dialektika orang sini dengan yang Sabda pelajari sepertinya berbeda." Kata Sabda.

"Iya, di tempat kursus itu lebih mengedepankan tata bahasa resmi atau baku sementara dalam percakapan sehari-hari disini sudah mengalami perubahan. Namun konsep pesan yang disampaikan ya sama saja. Nanti lama-lama kamu akan paham sendiri bahasa mereka. Sementara waktu nanti kamu bisa tanya dulu sama teman kamu yang lebih dulu tinggal di sini." Kata Pak Karta kepada Sabda.

"Iya, Pa." Jawab Sabda yang cenderung pasif dengan lingkungan barunya.

Sementara di hari libur Ny Indah sengaja seharian menjaga Raja sambil menghibur dan menemaninya.

"Raja seringkali kamu tidak pernah mau makan masakan Bi Inah, ini Ibu masak masakan kesukaan kamu gudeg sama telur bacem. Dimakan ya sayang!" kata Nyonya Indah kepada Sabda.

Raja hanya diam saja pandangannya kosong. Didalam hatinya menyimpan porsoalan yang tidak terungkapkan.

"Raja Ibu suapin mau? Ibu mengerti Kamu pasti jenuh sehari-hari hanya duduk di kursi roda tidak ada aktifitas tidak ada teman. Tetapi kalau kamu tidak mau makan kapan kamu akan sembuh sayang. Badan kamu tampak lebih kurus, rongga mata kamu tampak lebih jelas." Kata Ny Indah kepada Raja.

"Makanlah Sayang setelah itu obat dan vitaminnya dimimum ya!" Kata Ny Indah kepada Raja. Raja membuka mulutnya dan makan makanan yang disuapkan oleh Ibunya.

"Makanlah yang banyak sayang agar tubuh kamu segera pulih seperti semula." Kata Ny Indah kepada Raja.

Raja makan beberapa suapan dari ibunya dan kemudian berhenti. Dia menggelengkan kepalanya sebagai isyarat sudah cukup Dia makan. Dan Ny Indah berhenti menyuapinya.

Di sudut kamar itu Syifa masih duduk di kursi belajarnya. Dia berharap bisa menyelesaikan kuliahnya dengan cepat dengan maksud bisa menghemat biaya. Beaaiswa dari kampus hanya untuk ongkos belajarnya saja sementara untuk kebutuhan lainnya Dia harus cari sendiri.

Upah Dia bekerja di tempatnya Pak Haji tidaklah seberapa karena tidak bekerja penuh. Sementara Pak Karta dan Sabda masih sibuk mengurus pendaftaran Sabda sebagai mahasiswa di Harvard University.

Setelah urusan itu selesai Pak Karta menyempatkan diri jalan-jalan di sekitar kota itu sekedar untuk mencari suasana yang berbeda dengan di Indonesia.

Di luar gedung hall center itu ada halaman dengan taman kecil sekedar untuk duduk bersantai menikmati hari sambil makan popcorn.

"Sabda coba kamu amati orang orang yang berlalu-lalang sekitar sini. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri bukan?" Kata Pak Karta kepada Sabda.

"Maksud Papa?" Kata Sabda.

"Di Amerika ini idiologinya kapitalis sementara warganya berpaham sekuler." Kata Pak Karta kepada Sabda.

"Apakah itu alasan Papa menyekolahkan Aku di sini?" Kata Sabda.

"Dengarkan dulu penjelasan Papa." Kata Pak Karta kepada Sabda.

"Sebagai negara kapitalis tentu Amerika punya akses bisnis dan politik ke seluruh dunia. Hal itu akan mempermudah lulusannya untuk masuk di dalamnya." Kata Pak Karta.

"Berarti kita akan selalu jadi proxi As ya Pa?" Tanya Sabda.

"Tergantung permasalahannya. Dulu sebelum Indonesia merdeka banyak cendekiawan Indonesia yang belajar ke negeri Belanda, pertanyaannya apakah semua dari mereka menjadi proxi Belanda? tentu tidak. Bahkan banyak dari mereka bersatu merancang kemerdekaan Indonesia." Terang Pak Karta.

"Lantas apa hubungannya dengan warganya yang cenderung hidup sekuler?" Tanya Sabda.

"Sekuler itu memisahkan antara cara hidup yang sifatnya privat dengan korporasi. Korporasi bisa berupa organisasi, sistem, agama dan lainnya. Lantas apa kelebihannya cara hidup sekuler ini. Warganya tidak mudah terprovokasi dengan dalih agama, politik atau masalah lainnya mereka cenderung self proteck melundungi diri sendiri dari predator dari luar.

"Sementara kelemahannya cenderung apatis dengan urusan orang lain. Bukan berarti mereka tidak punya empati dan rasa sosial kepada orang lain. Banyak yayasan-yayasan sosial mereka dirikan tanpa menumpang hidup dari yayasan itu." Terang Pak Karta kepada Sabda.

"Cara bicara Papa seperti proxinya Amerika Serikat." Kata Sabda.

"Papa tidak jadi proxi Negara manapun. Papa cinta tanah kelahiran Papa. Begini cara papa mencintainya." Kata Pak Karta kepada Sabda.

"Kenapa idiologi kapitalis dan sistem yang sekuler menjadi idola Papa?" tanya Sabda kemudian.

"Papa tidak mengidolakan idiologi dan sistem negara dimanapun. Semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apa yang menjadi kekurangan kita bisa kita pelajari dari Negara lain. Dan apa yang menjadi kelebihan kita bisa kita tawarkan kepada Negara lain." Terang Pak Karta.

"Hari sudah malam kita pulang ke penginapan. Besok Papa akan kembali pulang ke Indonesia cuti Papa hampir habis, tinggal beberapa hari lagi. Jangan lupa jaga diri baik-baik. Jangan terlalu mudah berkawan dengan seseorang sebelum kamu kenal betul orang itu. Kita tidak pernah tahu hidup di rantau banyak karakter manusia dengan riwayat hidup yang berbeda-beda." Kata Pak Karta menasehati.

Pak Karta dan sabda masuk taksi untuk pulang ke penginapannya. Sementara Syifa pulang dari kuliah segera ke tempatnya Pak Haji untuk bekerja dengan sistem borongan karena waktunya untuk bekerja tidak tentu. Di lain waktu Ia mencoba mencari pengganti pekerjaan lain dengan upah yang lebih belum juga ada yang cocok.

"Syifa ini upah kamu minggu kemarin. Maaf Pak Haji tidak bisa bayar lebih karena Saya sesuaikan dengan harga jual produknya." Kata Pak Haji kepada Syifa.

"Iya Pak terima kasih." Kata Syifa.

"Syifa, Kamu anak yang rajin punya rasa tanggung jawab yang besar dengan pekerjaan kelak kamu akan sukses di masa depan." Pak haji menyemangati Syifa.

"Terima kasih doanya Pak." Kata Syifa.

Hingga malam pun tiba Syifa menyudahi pekerjaannya dan merapikan kembali alat-alat kerjanya. Sambil menutup pintu tempat kerja Syifa berpamitan pulang.

"Syifa pulang dulu Pak, Assalamualaikum." Kata syifa sambil berjalan pulang menyusuri jalan kampung pada gelapnya malam.

Sesekali Ia mendongak ke atas memandang langit yang bertabur bintang melihat bulan purnama yang bersinar terang seakan menjadi teman dalam sepinya malam. Dalam hati Dia berkata. "Tuhan malam ini engkau hadirkan jutaan bintang di langit seakan mengajaku bercanda."