Pagi sekali Pak Karta bangun tidur, dari kamar penginapan itu Ia segera berkemas. Beberapa barang bawaan sudah Ia masukkan ke koper dan siap berangkat menuju bandara.
Di sela waktu sebelum berangkat Ia siapkan sarapan pagi untuknya dan untuk Sabda. Diambilnya beberapa butir telur Dia pecahkan di atas teflon hingga menjadi telor ceplok setengah matang. Diambilnya roti dan selai dari dalam kulkas juga susu kotak kemasan untuk minum.
Dia hampiri kamar Sabda dan Dia tengok ke arah tempat tidurnya dan rupanya masih tertidur di balik selimut tebalnya. Cuaca di Amerika Serikat tidak seperti di Indonesia yang hanya ada dua musim panas dan hujan sementara di Amerika Serikat ada empat musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi.
Pak Karta memanggil Sabda dari balik pintu kamarnya hingga beberapa kali memanggil tidak juga bangun dari tidurnya. Pak Karta masuk kamar dan berjalan mendekati Sabda. Ia tepuk punggungnya pelan-pelan sambil membuka selimutnya.
"Sabda bangun! hari sudah pagi sebentar lagi Papa harus berangkat ke bandara untuk terbang ke Indonesia." Kata Pak Karta kepada Sabda.
"Jam berapa Pa Sekarang?" Tanya Sabda sambil membuka matanya.
"Sudah jam tujuh Sabda segeralah bangun dan mandi!" Kata Pak Karta kepada Sabda.
"Baik Pa." Jawab Sabda.
Beranjak dari tempat tidur Sabda berjalan menuju kamar mandi, Ia ambil handuk yang berada di ruang jemuran baju tidak jauh dari kamar mandi. Ia buka pintu kamar mandi dan mencoba membasahi tangannya dengan air. Dirasa dingin air itu Ia nyalakan tombol warm untuk memanaskan air. Ketika kembali tanganya menyentuh air itu dan terasa hangat baru kemudian Ia mandi. Sementara Pak Karta mengecek barang-barang yang akan dibawanya pulang ke Indonesia termasuk tiket dan passportnya.
Beberapa saat kemudian Sabda keluar dari pintu kamar mandi dan segera menuju ke kamarnya untuk ganti baju. Setelah memilih baju yang Ia kehendaki dan kemudian memakainya hingga tampak rapi, Ia menyusul Pak Karta ke meja makan untuk bergabung sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh Pak Karta. Dua potong roti diisi dengan telur mata sapi setengah matang dengan saos sambal dan mayo terasa di lidah beda dengan sarapan yang biasa di Indonesia dengan nasi uduk atau bubur ayam buatan Bi Inah.
"Sabda Papa sudah panggil taksi sebentar lagi taksinya datang kita harus segera keluar untuk menunggunya." Kata Pak Karta.
"Iya Pa." Jawab Sabda sambil mengakhiri sarapan paginya dengan minum segelas susu kotak yang sudah disiapkan oleh Pak Karta.
"Barang bawaannya ada di mana Pa?" Tanya Sabda kepada Pak Karta.
"Semua sudah Papa masukkan ke dalam koper itu kecuali surat-surat penting Papa masukkan ke dalam tas kecil Papa." Kata Pak Karta kepada Sabda.
"Itu mungkin mobilnya Pa?" Kata Sabda sambil menunjuk mobil yang berjalan mendekat ke arahnya.
Mobil itu berhenti didekat meraka, sesaat kemudian sopir taksi itu membuka pintu dan turun dari mobilnya. Setelah terjadi percakapan singkat antara Pak Karta dan Sopir taksi itu kemudian keduanya masuk mobil itu.
"Sabda, Kamu tidak usah antar Papa sampai di bandara cukup di sini saja. Jangan lupa belajar yang sungguh-sungguh dan jaga diri baik-baik." Pesan Pak Karta sebelum meninggalkan Sabda.
"Iya Pa, Papa juga semoga selamat sampai di rumah." Jawab Sabda. Pak Karta masuk ke mobil mobil dan diikuti oleh sopir taksi itu. Setelah keduanya masuk ke mobil segeralah mobil itu meluncur sesuai tempat yang di tuju.
Sementara di pagi hari Nyonya Indah harus mengurus Raja dan membantu Bi Inah menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.
"Raja, mau sarapan dulu apa mau mandi dulu sayang?" Kata Nyonya Indah kepada Raja.
Raja hanya diam duduk di atas kursi rodanya.
Kemudian Nyonya Indah mendekat dan mengambilkannya segelas susu dengan sedotan sebagai alat bantu minum raja. Didekatkannya segelas susu agar Raja dengan mudah meminumnya.
"Mama suapin bubur ya?" Kata Nyonya Indah kepada Raja.
Raja menggelengkan kepala tanda menolaknya.
"Kalau begitu mandi dulu biar Mama bantu." Kata Nyonya Indah kepada Raja.
Raja hanya diam. Pelan-pelan Nyonya Indah membuka baju Raja disusul dengan celana panjang berbahan lentur agar nyaman dipakai untuk bersantai dan memudahkan untuk melepas dan memakainya.
Dengan setengah telanjang Raja dengan kursi rodanya diantar Nyonya Indah masuk ke kamar mandi. Dinyalakannya tombol untuk memanaskan air, hingga sudah terasa hangat barulah Nyonya Indah menyiramkannya ke tubuh raja hingga rata. Membalurnya dengan sabun pada badan hingga membersihkan rambut dengan sampo.
Usai mandi di balutlah tubuhnya dengan handuk kering dan mendorongnya dengan kursi roda keluar dari kamar mandi menuju kamar Raja untuk ganti baju. Setelan kaos dan celana elastis lebih sering dipakai untuk Raja agar lebih nyaman ketika harus duduk seharian di atas kursi roda. Dirapikannya rambut Raja dengan sisir dan disemprotkannya minyak wangi ke bagian tubuhnya.
"Sekarang Kamu sudah rapi sayang, gantian Mama mau mandi dulu terus kita sarapan pagi." Kata Nyonya Indah kepada Raja. Raja terdiam tetapi matanya menatap ke arah Ibunya dan diakhiri dengan anggukan sebagai tanda setuju.
Di ruang tengah itu Raja mencoba menggerak-gerakkan anggota tubuhnya, mulai tangan dengan bergantian kanan dan kemudian kiri. Digerakkaannya jari-jari kaki satu persatu dan memijit-mijitnya satu persatu dengan tangan lemahnya. Begitu hingga berganti dari kanan ke kiri.
Digerakkannya otot leher dengan memalingkan muka dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Begitu Raja lakukan sebagaimana anjuran dokter agar pulih dari strok yang dideritanya akibat kecelakaan yang menimpanya.
Sementara Nyonya Indah selepas mandi kemudian berganti dengan baju kerjanya datang mendekat ke arah Raja.
"Raja, Kita sarapan dulu yuk!" Ajak Nyonya Indah kepada Raja. Dan dijawab oleh Raja dengan anggukan kepalanya. Nyonya Indah mendorong kursi roda itu dengan Raja duduk di atasnya.
"Bibi!" Panggil Nyonya Indah kepada Bi Inah. Tidak berapa lama Bi Inah datang dengan tergopoh-gopoh menghampiri Nyonya Indah. "Ada apa Bu?" Tanya Bi Inah kepada Nyonya Indah.
"Semua masakan pagi ini sudah disiapkan di meja makan Bi?" Tanya Nyonya Indah.
"Sudah Bu, Tinggal sambel tomat yang baru dimasak sebentar lagi selesai." Kata Bi Inah kepada Nyonya Indah.
"Tolong Jangan terlalu pedas Bi, beri micin dan gula sedikit saja!" Perintah Nyonya Indah
"Iya Bu." Kata Bi Inah kepada Nyonya Indah.
Bi Inah segera kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya.
Tidak berapa lama kemudian Bi Inah datang sambil membawa mangkok berisi sambel tomat.
"Ini Bu sambelnya." Kata Bi Inah kepada Nyonya Indah.
"Iya Bi, ayo kita sarapan sekalian!" Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah.