Sore itu sepulang dari kerja Nyonya indah menerima telephon dari Amerika. Nampaknya Raja kakak Sabda yang kuliah dari Amerika ingin pulang ke Indonesia karena libur semester musim panas.
Beberapa hari kemudian Sabda dan kedua orang tuanya menjemput kakaknya ke bandara. Tepat jam empat sore Raja, kakak Sabda tiba di bandara cengkareng Jakarta.
Keluarga menyambutnya dengan antusias dan bahagia. Diraihnya koper dari troli dan memasukkannya ke bagasi mobil.
Pak Karta langsung tanjap gas mobil bertolak dari bandara menuju rumahnya. Di tengah perjalanan ia mengalihkan laju mobilnya ke restoran siap saji.
Pak Karta dan keluarga menikmati menu siap saji diselingi obrolan ringan penuh canda. Sungguh sebuah keluarga yang nyaris sempurna.
"Raja! bagaimana studymu di sana.?" Tanya pak Karta kepada Raja.
"Baik Pa, tahun depan mulai skripsi S1 aku, Pa. kata raja menjawab pertanyaan Papanya.
"Berapa lama kamu libur?" Tanya Pak Karta kembali.
"Hampir satu bulan Pa!" Jawab Raja sambil minum air soda di restoran siap saji itu.
Selepas makan Pak Karta dan keluarga kembali memacu mobilnya bertolak dari restoran siap saji menuju rumah. Beberapa jam kemudian sampailah mereka di rumah.
Sampai di rumah sudah larut malam, Sabda berjalan menuju kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas dipan tampak kelelahan. Fajar subuh membuka hari dan Sabda mulai dengan rutinitas hariannya.
Membereskan kamar dan tempat tidur menata buku baru kemudian mandi dan sarapan pagi bersama keluarga.
Dengan sepeda motor kesayangannya Sabda melaju menuju sekolah, hingga pada pertengahan jalan Sabda berhenti. Tempat yang biasa Syifa menunggunya nihil tidak dia disana. Sabda kembali memacu sepeda motornya hingga sampailah ia di sekolah dan memarkirkan motornya di tempat seperti biasa. Bersama teman-temannya yang lain Sabda langsung menuju ruang kelas sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
Hingga semua siswa telah masuk di kelas masing-masing Sabda masih mencari tahu keadaan Syifa karena tidak masuk kelas.
Pak Jhon guru matemaika yang baru mengecek absensi satu persatu siswa dan pada giliran Syifa Pak Jhon menanyakan keadaan Syifa.
"Hari ini Syifa tidak masuk kelas dengan keterangan sakit. Ada yang tahu sakit apa Syifa?" Tanya Pak Jhon kepada semua siswa dan siswi di kelas. Tidak ada jawaban dari semua siswa.
Pak Jhon mengabaikannya dan fokus mengajar mata pelajaran yang diampunya.
Hingga pelajaran selesai dan waktu pulang sekolah Sabda segera ambil motor pikiranya tertuju untuk segera ingin tahu keadaan Syifa di rumah. Ia pacu motornya menuju rumah Syifa.
Ia dapati rumah itu lengang seperti tak berpenghuni. Ia ketuk pintu rumahnya, tidak ada jawaban. Ia ketuk pintunya kembali seperti ada yang mendengar dan ada suara gerakan mendekat ke arah pintu itu.
"Greek.." Suara pintu rumah khas kampung terdengar. Ia dapati nenek Syifa berada di balik pintu itu.
"Assalamualaikum Nek" Sapa Sabda kepada Nenek Syifa.
"Wa'alikum salam, oh Nak Sabda" Jawab Nenek Syifa.
"Syifa ada Nek?" Tanya Sabda kembali.
"Ada di belakang, mari Nenek antar ke Dia." Jawab nenek Syifa.
Sementara Syifa duduk termenung sambil memandangi foto kedua orang tuanya.
"Syifa! ada apa dengan dirimu?" Tanya Sabda sambil menghampiri Syifa. Syifa hanya diam dan menangis seakan tidak pedulikan kehadiran Sabda.
"Ada apa dengan Syifa Nek? Tanya Sabda kepada Nenek Syifa.
"Semenjak mendapat berita dari Ibunya di Saudi Syifa jadi pemurung sering merenung dan pendiam. Bahkan tidak mau ketemu dengan teman-temannya juga tidak mau sekolah. Nenek sudah menghibur dan membujuknya dan hasilnya seperti Nak Sabda lihat sendiri.
"Cobalah Nak Sabda hibur dan bujuk Dia agar seperti semula, sekolah kumpul dengan teman-temanya." Terang Nenek kepada Sabda.
"Memang ada Kabar apa dari ibunya di Saudi?" Tanya Sabda kepada Nenek Syifa. Nenek Syifa terdiam dan menangis.
"Maafkan Sabda nek! Sabda hanya ingin tahu barangkali bisa menghibur Syifa setelah Sabda tahu masalahnya." Kata Sabda kepada Nenek Syifa.
"Seminggu yang lalu Ibunya menjalani hukuman eksekusi karena didakwa bunuh orang di Saudi sana. Semua pihak sudah membantu upaya hukum namun itulah takdir Ibunya Syifa." Terang Nenek kepada Sabda.
Sabda terdiam dadanya terasa sesak ikut menahan kepedihan yang ditanggung Syifa dan Neneknya. Sabda mendekat ke arah Syifa.
"Syifa! Aku merasakan apa yang kamu rasakan, tetapi kamu harus tahu bahwa kamu tidak sendiri. Dunia memang tidak ramah tetapi kita harus berdamai dengan kenyataan" Kata Sabda kepada Syifa.
"Dunia tidak ramah hanya kepada kaum lemah. Hukum menjadi panglima hanya bagi orang yang berkuasa bukan sebagai wakil Tuhan yang menyayangi kaum lemah dan teraniaya." Jawab Syifa kepada Sabda.
"Bukankah Tuhan pemaaf bahkan kepada orang yang jahat sekalipun." Sambung Sabda.
"Tuhan memang maha pengampun tetapi janji Tuhan bagi para pendosa adalah Nyata." Sambung Syifa.
"Syifa Aku ingin mengajakmu jalan-jalan kemana saja. Juga Ibuku yang ingin ketemu dengan kamu." Syifa hanya terdiam seperti tidak pedulikan kata-kata Sabda.
"Syifa! kau mendengarku?" Kata Sabda kepada Syifa.
"Pergilah kamu Sabda tinggalkan Aku sendiri!" Kata Syifa bernada tegang dengan uraian air mata.
"Syifa! Dengarkan aku, Sampai kapan kamu akan terus begini. Arwah Ibumu akan meronta jika tahu kamu terus begini. Jika Kamu mencintai Ibumu tataplah hidup ini hadapi dengan tegar. Perjuangkan hidup ini agar kamu tidak bernasib seperti ibumu." Kata Sabda dengan memegang erat tubuh Syifa.
"Sabda!" Kata Syifa sambil memeluk erat Sabda.
Dari arah Dapur Nenek Syifa mengantarkan Minuman ke ruang tamu.
"Nak Sabda! Tehnya diminum dulu Nenek taruh di ruang tamu." Kata Nenek Syifa sambil menghampiri mereka berdua.
"Iya Nek." Jawab Sabda sambil menuntun Syifa ke ruang tamu.
Sabda, Syifa dan Neneknya berada di ruang tamu sambil menikmati teh hangat buatan Nenek Syifa diselingi dengan obrolan ringan antara Sabda dan Nenek Syifa. Sementara Syifa cenderung diam menyimak obrolan mereka berdua.
"Nek! Hari ini Syifa saya ajak jalan-jalan ke tempat wisata terdekat di sini sekaligus saya perkenalkan keluarga di rumah." Tidak lama kemudian Sabda dan Syifa bertolak dari rumah menuju tempat wisata tidak jauh dari rumahnya.
Jalan kaki santai sambil melihat indahnya taman yang asri juga ulah binatang yang lucu-lucu. Atau duduk berdua sambil makan cemilan dan minum soft drink diselingi obrolan-obrolan ringan adalah kebahagiaan yang baru bagi Sabda dan Syifa.
Sore menjelang Sabda dan Syifa bergegas untuk kembali ke rumah. Sampai di rumah Bi Inah menghampiri dan menyapanya.
"Baru pulang Nak Sabda!" Sabda turun dari motornya dan diikuti oleh Syifa.
"Iya Bi..." Jawab Sabda. Sabda berjalan dengan Syifa di sampingnya. Ia ketuk pintu dan ucapkan Salam. Ternyata ada Ibu dan kakaknya di dalam rumah.
"Waalikum salam jawab ibunya dari dalam rumah. Ibu Sabda menghampiri mereka berdua.
"Mari masuk!" pinta Ibu Sabda kepada Syifa.
"Raja! Keluarlah ini ada teman Sabda, ngobrollah disini sama mereka" Pinta Ny Indah kepada Raja.
Raja keluar dari bilik kamarnya dan menemui mereka. Bi Inah datang dan menghampiri mereka.
"Mau minum apa Bu?" tanya Bi Inah kepada Nyonya Indah.
"Apa ajalah Bi." Jawab Nyonya Indah.
"Bu! Ini Syifa teman Sabda yang Sabda ceritakan tempo hari." Kata Sabda mengawali pembicaraan dan disambut dengan anggukan tanda menghormat oleh Syifa.
"Teman kamu cantik Sabda." Kata nyonya Indah kepada Sabda.
"Terima kasih Bu." jawab Sabda.
"Syifa! Saya mamanya Sabda, Ini Raja kakaknya Sabda dan Ini Bi Inah yang bantu-bantu di keluarga kita." Kata Nyonya Indah kepada Syifa.
"Iya Bu" Jawab Syifa Singkat.
"Syifa! Raja ini sedang kuliah di luar negeri, sejak kecil Ia tidak pernah punya teman wanita. Dan sepertinya kamu serasi dengan dia." Kata Nyonya Indah kepada Syifa.