"Nah, akhirnya kau keluar dari kamarmu sialan," ucap Ji Min mengolok-ngolok Eun Ra yang baru saja selesai memakai pakaian pelayan miliknya dan memilih diam tidak berkutik.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Eun Ra meminta pekerjaan yang bisa Eun Ra lakukan setidaknya sedikit. Tapi sungguh, baik tubuh atau raga dan jiwanya semuanya benar-benar membutuhkan istirahat miliknya.
"Cuci piring ini, lalu lap dengan bersih, tata dengan rapi. Jika kau sudah melakukannya, kau bisa makan di samping kulkas milih tuan Tae Jung, lalu bersihkan beberapa bagian dari dapur sebelah sana," tunjuk Ji Min memerintah pekerjaan miliknya juga pada Eun Ra.
Sebagian darinya, yang lebih tua juga memilih diam tidak banyak bicara, melihat bahkan jauh lebih menyenangkan dari yang dia bayangkan.
"Kak Ji Min apa bisa aku meminta sedikit minum sebelum memulai pekerjaanku? Sejujurnya aku sangat haus, hanya tidak tahu saja dimana aku bisa meminta minumnya," minta Eun Ra pada Ji Min yang sebenarnya anak pembantu yang dihormati.
Ji Min menatap tajam Eun Ra, dia juga memilih melihat Eun Ra dengan mata serius mengintimidasi. "Tidak ada minum atau makanan sedikitpun jika kau belum bekerja," jelas Ji Min membuat Eun Ra menghela nafasnya berat.
Dia berjalan menuju piring dan beberapa perlengkapan dapur untuk dia bersihkan, tidak banyak dari sedikit itu Eun Ra hanya memilih melakukannya saja dari pada berbicara.
Berharap Ji Min yang dia kenapa akan menjadi temannya. Eun Ra justru mendapat hal yang tidak menyenangkan seperti yang dia harapkan.
"Lakukan pekerjaanmu dengan benar, maka aku akan memberimu minum," ucap Ji Min berjalan menjauh mengerjakan setidaknya sedikit miliknya sebelum pekerjaannya dilanjutkan oleh Eun Ra.
Jadi seperti ini realitanya, Ji Min adalah senior, dan Eun Ra adalah anak baru. Wajar saja Eun Ra sedikit tertekan, jika yang sebenarnya dilakukan oleh senior memang sangat biadab diukuran Eun Ra yang tidak begitu diperlakukan buruk oleh pamannya.
Dalam diam, Eun Ra melakukan semuanya. Tidak banyak bicara, terus melakukannya sampai hari benar-benar menjadi pagi, pukul lima subuh. Tidak ada yang benar-benar berhenti bekerja di sini. Tae Jung benar, semua terus pekerja seperti kerja rodi namun entah mendapat fasilitas seperti apa setelah mereka membanting semua tulang miliknya.
"Selesai, mana makananku Kak," minta Eun Ra pada Ji Min yang masih sibuk dengan lap yang dia pegang di tangannya. Mendengar aduan dari Eun Ra, Ji Min langsung melemparinya lap tersebut tanpa bicara.
"Lakukan milikku dulu, kau akan mendapatkan jam istirahat seperti yang kau inginkan nanti. Aku akan menyiapkan makananmu," jelas Ji Min yang berjalan menjauh membiarkan Eun Ra menyelesaikan pekerjaannya dan Ji Min akan beristirahat lebih dulu dengan mengambilkan makanan miliknya dan untuk Eun Ra.
Merasa kesal bukan main, dipermainkan terlalu banyak, Eun Ra benar-benar ingin marah. Tapi apa daya, dia dibeli bukan untuk rebahan di ranjang saja.
Jika beberapa perempuan menginginkan bantuan memang Eun Ra harus membantunya. Dan lagi, walaupun mereka tidak menginginkan bantuan dari Eun Ra, Eun Ra harus siap membantu siapapun.
Ingatan dalam harga diri seorang Eun Ra adalah uang yang dibeli Tae Jung untuknya benar-benar bukan uang sedikit.
Eun Ra benar-benar harus tahu diri.
Jam enam pagi. Eun Ra sukses tidak tidur dalam satu hari, ini adalah kali pertamanya. Di tempatnya dulu (pelelangan) benar-benar tidak sekrisis ini. Eun Ra masih bisa tidur setidaknya lima jam di tempatnya sebelumnya, dan lagi. Untuk tambahan saja Eun Ra masih bisa makan semudah yang dia inginkan setidaknya mereka menggunakan sistem yang rata untuk makanan.
Mereka menjual manusia, fasilitas dan makanan yang disediakan setidaknya layak untuk dimakan karena kesuburan tubuh manusia yang dijual adalah masalah yang paling utama.
"Ini, aku baru saja selesai makan. Makanlah di dekat kulkas, lima menit saja. Karena tuan Tae Jung akan sarapan pukul tujuh pagi."
○○○
07:00
Pukul tujuh tepat.
Tae Jung keluar dengan jas rapi berwarna hitam dengan kemeja putih di dalam. Tidak menggunakan dasi sama sekali. Keluar dari kamarnya, berjalan sampai lantai dasar dan mulai merapikan pakaiannya sendiri menuju meja makan kebesaran miliknya.
Dari kakeknya.
"Dimana Kak Ji Kang?" tanya Tae Jung yang sadar jika laki-laki lebih dewasa darinya itu tidak berada di kamarnya atau setidaknya di meja makan sekarang.
"Tuan Ji Kang pergi ke rumahnya sekarang, dan tidak banyak bicara sedikitpun tuan Ji Kang pergi dengan wanita yang dia beli sejak tadi malam," ucap salah satu tangan kanannya yang sedang berdiri di samping Tae Jung.
Eun Ra melihatnya dari kejauhan komunikasi baik dari Tae Jung pada bawahan-bawahannya. Tidak memotong kemungkinan sekarang jika Tae Jung benar-benar menjadi atasan yang cukup baik.
Walaupun matanya yang tajam seolah-olah mengintimidasi seseorang, Eun Ra tahu jelas jika sebenarnya Tae Jung memang orang yang baik.
"Duduklah di sampingku, temani aku makan. Kak Ji Kang pergi, aku tidak bisa makan sendiri," minta Tae Jung pada Go Hyung yang sudah sejak lama sekali mengabdi pada kakeknya.
Go Hyung mengambil duduk di sampingnya, mengambil kursi dan piring untuuk mengambil makanan dan Tae Jung meminta semua pembantu jangan mengawasinya untuk pergi menjauh menggunakan tangannya.
"Go Hyung paman (tidak satu darah)," panggil Tae Jung membuat Go Hyung nya mengalihkan tatapannya dari makanannya dengan tatapan serius. "Ya," jawab Go Hyung melihat Tae Jung.
"Sepertinya aku sangat kasar pada Kak Ji Kang apa aku berlebihan?" tanya Tae Jung menanyakan soal bagaimana dia memberikan semua keluh kesahnya pada Go Hyung daripada ayahnya.
"Tidak," jawab Go Hyung dengan serius. "Apa yang sudah kau lakukan sudah benar, Ji Kang memang terlalu banyak bermain. Setidaknya jika kau ingin mendidiknya dengan caramu, kau sudah berhasil pada tahap yang sekarang." Tae Jung menghela nafasnya berat.
"Bagaimana kabar bibi?" tanya Tae Jung kabar kedua orang tua Ji Kang termasuk ibu Ji Kang. Hubungannya dengan ibunya benar-benar jauh dari yang dia pikirkan.
"Bibimu masih sama, dia tidak bisa mengatur Ji Kang dengan baik, dan membuat apa yang menurutnya sendiri benar. Cara mendidiknya masih sama," jelas Go Hyung membuat Tae Jung menghela nafasnya berat.
Keduanya selesai makan, walaupun disela-sela makannya keduanya sibuk berbicara percayalah keduanya saling cepat untuk urusan apapun. Contohnya makan, berdiskusi dan berpikir. Tidak ada yang tersesat mencari jalan keluarnya, contohnya Tae Jung sampai sekarang.
"Apa jadwalku hari ini, paman?" tanya Tae Jung selesai makan dan meminta kegiatan apa saja yang akan dia lakukan satu hari penuh ini.
"Hanya mengambil senjata kiriman Portugis, jika kau tidak bisa kau bisa menyuruhku atau yang lainnya karena uang sudahku kirimkan kemarin." Tae Jung menganggukan kepalanya pelan, ini bukan masalah besar sama sekali. "Yang lainnya?" tanya Tae Jung lagi memintanya.
Go Hyung menganggukan kepalanya pelan, dia menatap sekitar memastikan tidak ada yang melihatnya atau mendengarnya untuk bagian terdalamnya saja.
"Tidak ada," jawab Go Hyung membuat Tae Jung menganggukan kepalanya pelan. Tae Jung menganggukan kepalanya pelan dan memikirkan apa yang akan dia lakukan untuk ke depannya.
"Aku akan mencari adikku," ucap Tae Jung mengatakan jika dia membutuhkan bantuan Go Hyung mencarinya. Alis Go Hyung menyatu, memangnya apa yang sudah Tae Hyun lakukan sampai-sampai Tae Jung harus mencarinya?
"Ada masalah apa? Apa yang terlihat serius sampai kau harus mencarinya?" tanya Go Hyung yang menanyakan alasan dibalik Tae Jung mencarinya.
"Tae Hyun bermain wanita lagi, ibu sangat khawatir dan aku harus turun tangan karena ayah sangat kasar mendidiknya."